Berita Jateng
Hal Ini Perlu Diperhatikan dalam Project Based Learning untuk PAUD, Ini Penjelasan Pakar
Project-based learning (PjBL) bisa diterapkan pada semua jenjang dan mata pelajaran. Hal tersebut disampaikan oleh Elisabet Susanti, pelatih dari Yaya
Penulis: amanda rizqyana | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Project-based learning (PjBL) bisa diterapkan pada semua jenjang dan mata pelajaran. Hal tersebut disampaikan oleh Elisabet Susanti, pelatih dari Yayasan Guru Belajar, saat mengisi sesi belajar program Siap Kurikulum yang digelar oleh Kampus Pemimpin Merdeka, pada Selasa (16/05/2022).
Namun demikian, PjBL untuk murid PAUD tentu memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan pada jenjang lainnya.
Guru harus mulai dari lingkungan terdekat murid, misalnya mengenai keluarga, binatang di sekitarnya, berkebun, mainan, atau lainnya.
“Kita tidak berekspektasi hasilnya seperti PjBL untuk anak middle school. Kalau untuk anak PAUD ya kita lihat dari kacamata anak-anak. Apa yang ada di sekitarnya?,” jelas Susan.
Lebih lanjut, Susan memaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan PjBL untuk anak PAUD.
Pertama, PjBL merupakan proses yang melibatkan minat murid dari awal prosesnya.
Dengan menyesuaikan minat murid, maka guru akan semakin mudah untuk memfasilitasinya. Menyesuaikan minat murid bukan berarti guru melakukan personalisasi, melainkan diferensiasi.
Kedua, PjBL tidak bertujuan untuk menghasilkan suatu produk tertentu.
Setelah melalui proses eksplorasi yang panjang, murid bisa menghasilkan produk yang berbeda.
Poin terpenting pada PjBL, baik untuk jenjang PAUD maupun lainnya adalah kompetensi yang ingin dicapai.
Ketiga, dalam PjBL di PAUD, guru perlu menggunakan alat bantu yang bisa mempermudah murid memahami konteks permasalahan.
Misalnya video, gambar, dan pengamatan langsung. Setelahnya, gunakan pertanyaan pemantik yang disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak.
Contoh PjBL yang bisa dilakukan pada jenjang PAUD, guru mengajak murid berkeliling halaman sekolah untuk melihat kondisinya.
Lalu guru mulai memberikan pertanyaan pemantik. Misalnya, menanyakan pendapat apakah lingkungan sekolah bersih atau kotor.
Apabila masih kotor, tanyakan kembali, apa yang bisa dilakukan agar bisa bersih.
Pada tahap selanjutnya, guru membagi murid menjadi beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri dari murid yang memiliki kemampuan kognitif dan bahasa yang berbeda sehingga nantinya bisa saling membantu.
Aktivitas ini menantang, karena tidak semua murid akan langsung memiliki ide.
Guru bisa memberikan saran opsi, misalnya bersih-bersih bersama, membuat poster kebersihan, membuat panduan membersihkan mainan, dan lain sebagainya.
Dalam proses membuat produk, tugas guru yakni memfasilitasi pembagian peran sehingga semua murid bisa terlibat.
Setelah produk selesai, setiap kelompok bisa mempresentasikan hasil produknya baik di kelas sendiri atau kelas lain.
Dari presentasi ini guru bisa melihat bagaimana proses belajar murid dan bagaimana kompetensi yang dicapai murid dari belajar projek yang sudah mereka lakukan. (arh)
Baca juga: Skema Pembelian Solar Subsidi Pakai QR Code Disebut Akan Mampu Menekan Penyimpangan
Baca juga: DPRD Kudus Prioritaskan Pelayanan Masyarakat Maksimal, Masan: Program Umrah Gratis Kami Kawal
Baca juga: Kronologi Hilangnya Patung Ganesha Dari Bibir Kawah Gunung Bromo, Diduga Dicuri
Baca juga: Ratusan Polisi Amankan Peringatan Kenaikan Isa Al Masih di 36 Gereja Demak
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Ajak Masyarakat Jaga Kondusifitas |
![]() |
---|
3,37 Ton Sampah Belum Terkelola Dengan Baik, Pemprov Jateng Upayakan Penyelesaian |
![]() |
---|
Ini Alasan Polda Jateng Hentikan Penyelidikan Kasus Hak Siar Nenek Endang: Alhamdulillah |
![]() |
---|
Regenerasi Dalam Korupsi, Sosok Dua Sekda Klaten Rugikan Negara Rp6,8 M Kasus Sewa Plasa |
![]() |
---|
Berdayakan Potensi Desa/Kelurahan, 1.750 Koperasi Merah Putih di Jateng Sudah Operasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.