Berita Kendal
Angka Perceraian Di Indonesia Meningkat, Inilah Penyebabnya
Angka perceraian di Indonesia menjadi sorotan Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) pada peringatan hari keluarga nasional
Penulis: rahdyan trijoko pamungkas | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG -- Angka perceraian di Indonesia menjadi sorotan Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) pada peringatan hari keluarga nasional yang dilaksanakan di Pendopo Bupati Kendal, Kamis (13/7/2023).
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan angka perceraian di Indonesia meningkat. Peningkatan angka perceraian tidak dikarenakan faktor pandemi Covid 19. Hal itu juga dipengaruhi era destruction dan digitalisasi.
"Barangkali tatanan keluarga ini ter destruction juga," ujarnya.
Menekan angka perceraian, pihaknya ingin mempersiapkan sejak sebelum hingga sesudah berkeluarga. Dirinya tidak ingin banyak single parent akibat perceraian.
"Hari ini banyak anak-anak yang hanya dengan ibunya tidak ada bapaknya akibat perceraian," tuturnya.
Dikatakannya angka perceraian di tahun 2021 mencapai 581 ribu dan tahun 2022 lebih dari 581 ribu. Angka perceraian itu separuh dari jumlah pernikahan mencapai 1,9 juta.
"Bisa dibayangkan kalau yang cerai 500 ribu terus yang tidak omongan dan uring-uringan (bertengkar) berapa jumlahnya. Jangan-jangan lebih dari itu. Hal tersebut yang kami khawatirkan disharmoni keluarga menyebabkan asuhan parenting terhadap anak," jujurnya.
Menurut Hasto, 75 persen perceraian diminta oleh istri. 80 persen perceraian dikarenakan faktor perselisihan keluarga.
"Faktor perbedaan pendapat yang kecil. Kemudian faktor ekonomi, dan terakhir hadirnya pihak ketiga," tuturnya.
Hasto mengatakan BKKBN telah melakukan perjanjian kerjasama dengan Kementerian Agama sejak tahun 2021 untuk bimbingan pernikahan. Kerjasama itu dilakukan agar pasangan dipersiapkan 3 bulan sebelum melangsungkan pernikahan.
"Tujuan tidak hanya mencegah stunting tetapi untuk memberikan nasehat-nasehat," tuturnya.
Ketua Tim Penggerak PKK Jateng, Siti Atiqoh Supriyanti menuturkan angka perceraian meningkat di seluruh Indonesia. Hal itu dikarenakan tidak hanya faktor pandemi corona, tetapi karena rapuhnya fungsi keluarga.
"Harus ada support (dukungan) untuk pencegahan yakni sosialisasi jangan menikah di usia muda karena belum kuat dari sisi mental, ekonomi, dan fisiknya. Kemudian harus ada penyelesaian jika ada perselisihan," jelasnya.
Atiqoh mengapresiasi program BKKBN yakni kembali ke meja makan. Program itu tidak bisa dianggap enteng karena memiliki filosofi yang mendalam.
" Karena kembali ke meja makan kita bisa berinteraksi dengan keluarga secara kualitas. Minimal dalam sehari sekali di malam hari. Nanti bisa cerita aktivitas masing-masing," tutur istri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
| Setengah Kilometer Jalan Desa di Brangsong Kendal Dicor Beton, Selesai Awal November |
|
|---|
| Bupati Tika Siapkan Program Cekatan: Tahun Depan Transfer Daerah ke Kendal Dipotong Rp189 Miliar |
|
|---|
| Cinta Segitiga Ibu Bhayangkari: Tega Khianati Polantas Suami demi Pak Bhabin |
|
|---|
| Manajer Kendal Tornado FC Soroti Striker Lokal: Rambut Baru Kushedya Hari Yudo Bawa Hoki Kemenangan |
|
|---|
| Kemlu Dorong Pemkab Kendal Ciptakan Inovasi Pengolahan Sampah |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.