Cerita Mistis 2 Mahasiswa Lihat Penampakan di Bundaran Teknik UGM Jogja: Nyanyi Gugur Bunga

Cerita Mistis 2 Mahasiswa Lihat Penampakan di Bundaran Teknik UGM Jogja: Nyanyi Gugur Bunga

TRIBUNJATENG.COM - Begini cerita mistis dua mahasiswa yang melihat penampakan seusai nyanyikan lagu Gugur Bunga di Bundaran Teknik UGM.

Cerita horor dan mistis memang kerap muncul bahkan di setiap sekolah maupun kampus.

Di antaranya adalah kampus UGM, khususnya di Fakultas Teknik UGM.

Menurut cerita yang beredar, ada larangan menyanyikan lagu Gugur Bunga ketika melewati bundaran teknik UGM.

Menyanyikan lagu Gugur Bunga dipercaya akan mengundang arwah-arwah pahlawan yang gugur pada masa penjajahan dahulu.

Seperti yang diceritakan di Podcast Scary Things, ada dua mahasiswa yang melihat penampakan tersebut pada sekira terjadi pada 90-an atau 2000-an.

Awal kejadian tersebut adalah dua mahasiswa Fakultas Ekonomi UGM tersebut tengah kebingungan mengenai apa yang harus mereka tulis.

Pasalnya mahasiswa yang kemudian disebut sebagai Joko dan Dias mengikuti UKM mading yang harus dikumpulkan besok.

Kemudian Dias yang baru mendengar tentang mitos Gugur Bunga tersebut memberi ide untuk menulis hal tersebut.

Joko yang asli Jogja menolak untuk mencoba sendiri dan hanya menuliskan tentang mitos tersebut untuk tugas mading.

Hanya saja Dias meminta Joko untuk menemaninya ke bundaran FT UGM untuk mengambil beberapa foto.

Sampailah keduanya di bundaran FT UGM dan Dias memang mengambil beberapa foto untuk keperluan mading.

Namun saat Joko mengajaknya pulang, Dias meminta waktu sebentar untuk merokok.

Hanya saja saat Dias bukannya menyalakan rokok, ia malah berjalan ke arah bundaran FT UGM sambil menyanyikan lagu Gugur Bunga.

Joko pun panik dan meminta temannya tersebut untuk berhenti.

Dias yang ingin memastikan mitos tersebut tetap menyanyikan lagu Gugur Bunga sambil hormat layaknya upacara bendera.

Diad pun menyelesaikan lagu namun tak terjadi apa-apa.

Joko yang panik dan takut buru-buru mengajak Dias pulang.

Joko pun menyalakan motor dan lalu mengambil arah timur, yakni jalan yang ia dan Dias lewati saat akan ke bundaran FT UGM.

Namun bukannya pulang, mereka malah kembali ke bundaran tersebut.

Dian yang masih tidak takut, pun meminta Joko mengubah rute sehingga mereka keluar lewat arah barat.

Hanya saja mereka juga masih kembali ke bundaran tersebut dan kali ini keduanya melihat sosok kakek-kakek.

Kakek-kakek mengenakan baju lurik itu duduk di bundaran tersebut.

Itu membuat Joko semakin takut dan mengambil jalan pulang terakhir yakni jalur selatan.

Namun keduanya masih kembali ke bundaran dan kakek-kakek tersebut masih duduk di sana.

Sadar jika ada yang aneh, Joko dan Dias pun memarkirkan motor dan meminta maaf kepada sosok kakek tersebut.

"Nuwun sewu mbah, minta maaf. Maafin temen saya nyanyi nyanyi kaya gitu, mestinya gak boleh.

Kita janji gak ngelakuin itu lagi," kata Joko kepada kakek tersebut.

Kakek itu hanya diam, lalu tiba-tiba berdiri dan menunjuk arah belakang Dias dan Joko.

Tenyata di belakang, ada puluhan penampakan arwah korban penjajahan.

Di paling depan bahkan terlihat sosok laki-laki dengan kepala buntung yang menenteng kepalanya.

Ada ibu-ibu dengan kaku buntung dan sosok dengan banyak bekas luka tembak.

Arwah ini serentak berjalan ke arah Joko dan Dias.

Dias yang sempat mecoba kabur menggunakan motor milik Joko terlihat kembali ke bundaran tersebut.

Joko pun memohon dan meminta maaf atas kelakuan dirinya dan temannya itu.

Tanpa mengucap sepatah kata pun, kakek itu menunjuk arah timur tempat mereka pertama kali datang.

Akhirnya mereka langsung tancap gas hingga bisa pulang ke rumah.

Karena kejadian itu, keduanya pun sepakat tak menulis tentang mitos bundaran FT UGM. (*)