Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Polemik yang Buat Djajadi Djaja Kibarkan Bendera Putih untuk Indomie, Kini Sukses dengan Mie Gaga

Polemik yang Buat Djajadi Djaja Kibarkan Bendera Putih untuk Indomie, Kini Sukses dengan Mie Gaga

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
KOLASE TRIBUN JATENG
Polemik yang Buat Djajadi Djaja Kibarkan Bendera Putih untuk Indomie, Kini Sukses dengan Mie Gaga 

Polemik yang Buat Djajadi Djaja Kibarkan Bendera Putih untuk Indomie, Kini Sukses dengan Mie Gaga

TRIBUNJATENG.COM - Nama Djajadi Djaja belakangan ini kembali mencuat ke permukaan setelah ia enggan memberikan komentar terkait berita yang mengaitkannya dengan produk mie instan yang sangat populer di Indonesia, yaitu Indomie.

Namun, sedikit yang tahu bahwa Djajadi Djaja sebenarnya adalah penemu brand mie instan yang mendunia tersebut.

Awalnya, Djajadi Djaja adalah sosok di balik kemunculan merek Indomie yang telah dikenal oleh warga Indonesia.

Namun, saat ini, ia memilih memproduksi mie instan di bawah naungan PT Jakarana Tama.

Situs resmi Gagafood.co.id menyebutkan bahwa Djajadi masih menjabat sebagai komisaris di perusahaan tersebut yang memproduksi berbagai produk seperti Mie Gaga, Mie "100", "1000", Mie Gepeng, dan Mie Telor A1.

Dalam situasi yang penuh polemik, Djajadi menolak memberikan tanggapan apapun mengenai pemberitaan yang beredar.

Namun, perlu diketahui bahwa Djajadi memiliki sejarah panjang dalam dunia industri mie instan di Indonesia.

Kisah perjalanan Djajadi dimulai pada tahun 1972 ketika ia mendirikan PT Sanmaru Food Manufacturing dan memulai bisnis mie instan.

Nama Indomie mulai populer pada tahun 1984 ketika PT Indofood Interna Corporation, perusahaan yang didirikan oleh Djajadi bersama Sudono Salim, mulai merilis produk mie instan dengan merek tersebut.

Djajadi adalah pemegang saham mayoritas dengan 57,5 persen, sementara Salim memiliki 42,5 % saham.

Namun, seiring berjalannya waktu, kontrol perusahaan tersebut secara perlahan berpindah dari Djajadi ke Salim Group.

Pada akhirnya, Djajadi terpaksa harus meninggalkan perusahaan yang pernah ia bangun.

Kehilangan kontrol atas Indomie tersebut terjadi seiring dengan kenaikan Salim Group hingga akhirnya menguasai seluruh perusahaan.

Djajadi mencoba melawan keputusan ini dan menggugat transaksi penjualan perusahaannya beserta merek-mereknya kepada PT Indofood Interna Corp.

Namun, gugatannya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Dalam upaya hukum yang berlarut-larut, Djajadi bahkan membawa kasus ini hingga ke Mahkamah Agung selama tujuh tahun.

Pada tahun 2005, Mahkamah Agung akhirnya menolak tuntutan Djajadi dan memutuskan bahwa tidak ada masalah dalam proses pengalihan bisnis tersebut.

Setelah putusan ini, Djajadi akhirnya mengibarkan bendera putih dan kehilangan hak atas merek Indomie.

Meskipun Djajadi tidak berhasil mempertahankan merek Indomie, ia tidak berhenti dalam dunia bisnis mie instan.

Pada tahun 1993, ia mendirikan pabrik mie instan sendiri melalui PT Jakarana Tama.

Mie Gaga, produk dari PT Jakarana Tama, mungkin belum bisa mengalahkan popularitas Indomie.

Namun tak dipungkiri, Mie Gaga telah menjadi salah satu pilihan favorit masyarakat.

Pada tahun 2022, Mie Gaga sudah dikenal dan diterima dengan baik oleh masyarakat, sejajar dengan brand Indomie.

Dalam sebuah keterangan resmi, Djajadi menolak untuk memberikan tanggapan apa pun, begitu juga dengan perusahaannya PT Jakarana Tama.

"Djajadi Djaja dan PT Jakarana Tama tidak akan memberi tanggapan apapun sehubungan dengan berita yang telah tersebar," tegas Djajadi melalui keterangan resminya.

Perjalanan Karir Djajadi Djaja

Dalam sejarah bisnis Indonesia, salah satu tokoh yang tidak bisa dilewatkan adalah Djajadi Djaja Chow Ming Hua.

Lahir pada tahun 1941, ia diakui sebagai salah satu perintis dalam industri mi instan di Indonesia.

Langkah-langkah briliannya dalam dunia bisnis telah mengukir jejak yang tak terhapuskan, terutama melalui penciptaan merek mi instan ternama, Indomie.

Pada awalnya, Djajadi bersama sejumlah rekannya dari sekolah menengah atas memutuskan untuk merintis usaha mereka sendiri.

Mereka mendirikan firma bernama FA Djangkar Djati, yang fokus pada penyaluran barang.

Namun, usaha ini hanya merupakan langkah awal dari perjalanan Djajadi dalam dunia bisnis.

Tidak puas dengan pencapaian awalnya, Djajadi bersama dengan empat rekan bisnisnya, yakni Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma, merintis usaha baru bernama Sanmaru Food Manufacturing.

Djajadi sendiri menduduki posisi direktur dalam periode antara tahun 1971 hingga 1978.

Bersama timnya, mereka memiliki tekad untuk menghadirkan sesuatu yang inovatif di pasar makanan Indonesia.

Sanmaru Food Manufacturing kemudian menciptakan produk yang mengubah lanskap industri makanan cepat saji di Indonesia.

Mereka menghasilkan mie instan yang diberi nama "Indonesia Mie" atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Indomie."

Keberhasilan Indomie tidak hanya dilihat dari penerimaan di dalam negeri, tetapi juga dari ekspor produk ini ke berbagai negara.

Pada tahun 1982 hingga 1983, Indomie berhasil mengekspor produknya ke negara-negara seperti Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, beberapa negara di Eropa, Amerika, hingga Australia.

Namun, Djajadi bukanlah orang pertama yang mencetuskan ide mi instan di Indonesia.

Pada tahun 1968, PT Lima Satu Sankyu dan PT Sarimi Asli Jaya yang diprakarsai oleh Liem Sioe Liong dan Salim Group telah lebih dulu menciptakan merek Sarimi dan Supermie.

Selain merek mi instan, Salim Group juga memiliki kepentingan di sektor tepung terigu melalui merek Bogasari.

Meskipun demikian, Djajadi tidak gentar dan terus berinovasi.

Pada tahun 1984, Djajadi menjalin kemitraan dengan Salim Group dan mendirikan PT Indofood Eterna.

Kerja sama ini terbentuk setelah Djajadi dan rekan-rekannya menerima tawaran untuk mengalihkan kepemilikan Indomie kepada Salim Group.

Meskipun nama-nama besar seperti Liem Sioe Liong dan Salim Group memiliki peran awal dalam industri mi instan, Djajadi dan timnya berhasil menunjukkan eksistensi mereka.

Kepemimpinan perusahaan kemudian dipegang oleh orang dekat Djajadi, yaitu Hendy Rusli. Dalam upaya untuk mengonsolidasikan merek-merek mi instan ternama, Indomie dan Supermie akhirnya berada di bawah naungan yang sama di bawah payung PT Indofood Eterna.

Meskipun Djajadi memiliki porsi saham yang lebih besar (57,5 % ), perusahaan ini akhirnya berpindah sepenuhnya ke Salim Group pada tahun 1993 setelah Djajadi dan timnya menghadapi tantangan keuangan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved