Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Hippindo Tak Khawatir dengan Persaingan Penjualan di Sosial Commerce

para pelaku bisnis ritel juga mengadopsi atau melakukan penjualan di e-commerce maupun social commerce.

Editor: Vito
istimewa
Belanja online/ilustrasi 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) tidak khawatir dengan keberadaan social commerce, seperti TikTok Shop yang disebut menjadi ancaman bagi UMKM serta para pelaku usaha ritel.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah. Menurut dia, hal tersebut sah-sah saja, asalkan social commerce itu mampu menjaga keaslian produk (original), hingga tidak merangkap sebagai penjual, alias hanya sebagai e-commerce.

Seperti diketahui, sekarang ini muncul fenomena penggabungan platform e-commerce dengan sosial media. Fenomena tersebut terjadi di Tiktok dengan nama program project Social commerce atau Project S, yang sebelumnya disebut-sebut akan masuk ke Indonesia.

"Sebenarnya asal e-commerce (atau pun social commerce) fokus, selaku mall online yang menjaga produk yang dijual sudah sesuai peraturan, bila impor-impornya legal, bayar pajak resmi, standarisasi ada, mereknya asli, dan tidak merangkap sebagai seller, tapi hanya sebagai ecomerce, maka harusnya tidak masalah," katanya, kepada Tribunnews, Selasa (12/9).

Terkait dengan dampak kepada pelaku usaha ritel, ia pun mengungkapkan bahwa tak sedikit pula yang melakukan penyesuaian dengan perkembangan zaman.

Dalam hal ini, para pelaku bisnis, khususnya ritel juga mengadopsi atau melakukan penjualan di e-commerce maupun social commerce.

"Ada plus minusnya terkait adanya social commerce. Yang pasti kami sektor offline selalu update mengikuti teknologi," paparnya.

Budihardjo justru mendorong para pelaku bisnis ritel tidak hanya berdagang secara konvensional, alias menjajakan barang di toko, tapi juga berdagang di pasar online, baik itu e-commerce maupun social commerce.

Meski demikian, dia menambahkan, dampak penjualan online hingga kini belum terasa signifikan terhadap bisnis ritel.

"Saat ini di Hippindo melihat seperti ritel restoran belum terdampak, malah jualan online juga. Jadi sebenarnya bisnis online itu ada positif dan negatifnya," ucapnya.

"Tapi kalau toko baju, ya karena belinya memang di online kan, di live shopping. Untuk itu perlu upaya toko itu harus bekerja sama dengan online, supaya selain punya toko bisa jualan di online," bebernya.

Budihardjo pun mendukung penuh adanya social commerce jika pada prinsipnya turut membantu mengakselerasi penjualan produk-produk lokal. "Kalau membantu menjual produk dan brand lokal, maka sangat baik," tukasnya.  (Tribunnews/Bambang Ismoyo)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved