Berita Pendidikan
SOSOK Imam Anak Petani Asal Klaten Lulus S3 di Austria, Cita-cita Kembangkan Edukasi STEM
Berangkat ke Austria pada 2019, Imam merampungkan studi di Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education pada 2023.
TRIBUNJATENG.COM, KLATEN - Kisah inspirasi nyata disampaikan Imam Fitri Rahmadi.
Sebagai anak seorang petani, pria yang kini berusia 32 tahun dapat mengejar impian setinggi-tingginya.
Dia belum lama ini telah lulus studi S3 di Austria.
Warga Klaten ini pun tak menampik jika awalnya butuh kebulatan tekad untuk mengejarnya, meskipun pula kondisi ekonomi orangtua dirasa kurang memungkinkan.
Baca juga: Bupati Demak Ingin Guru Paud Bisa Wujudkan Pendidikan Anak Usia Dini Kompeten
Menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dengan beasiswa merupakan impian bagi anak-anak di Indonesia.
Salah satu anak negeri yang beruntung itu adalah santri yang juga anak petani asal Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Imam Fitri Rahmadi (32).
Ia baru saja menyelesaikan studi S3 Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education, Linz School of Education (LSEd), di Johannes Kepler Universität Linz, Austria.
Seperti dilansir dari TribunSolo.com, dia menceritakan perjuangannya sebelum mendapat beasiswa.
Lahir dari pasangan Sugiarto dan Sudiyem, yang bekerja sebagai petani dan guru.
Imam Juga anak pertama dari 3 bersaudara.
"Ibu saya guru SD, dulu ibu juga minta anaknya jadi guru," ujar Imam.
Dia sebelumnya menempuh pendidikan pesantren di Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo pada 2002 – 2005.
Kemudian dia memilih mengambil S1 jurusan pendidikan agama Islam.
Baca juga: Maudy Ayunda Ingin Hapus Hal Ini Seumpama Diangkat Jadi Menteri Pendidikan, Netizen: Gak Relate!
"Saat itu saya lihat peluang guru pendidikan agama Islam masih sedikit, jadi kalau lulus masih bisa diangkat (PNS)," ucapnya.
Namun, sesaat sebelum lulus Imam kepikiran untuk menempuh pendidikan lebih tinggi lagi.
"Saya tertantang untuk melebihi ekspektasi orangtua dan terinspirasi dari dosen saya yang kuliah di luar negeri."
"Kok pinter-pinter, jadi saya kuliah lagi S2," kata dia.
"Setelah itu ada niatan ingin pendidikan lebih tinggi sampai puncak," tambahnya.
Dia lalu berkeinginan melanjutkan S3 di luar negeri.
Hingga dia kemudian mencoba mencari informasi terkait beasiswa.
Imam akhirnya mendapat informasi beasiswa dari Kementerian Pendidikan di Indonesia yang bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan Austria.
"Ada teman dosen yang kuliah di luar negeri, memberikan informasi beasiswa itu."
"Sebelumnya juga ikut program talent scouting dari Dikti."
"Lalu diprioritaskan ikut Peningkatan Keterampilan Bahasa Inggris (PKBI) selama 3 bulan," jelasnya.
Baca juga: Tandatangani PKS, UKSW dan GMIT Wujudkan Kolaborasi Layanan Pendidikan Unggul
Berangkat ke Austria pada 2019, dia merampungkan studi di Department of Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) Education pada 2023.
Disertasinya berjudul Exploratory Studies of User-generated Micro Games for Supporting Learning (Studi Eksplorasi Game Mikro Buatan Pengguna untuk Mendukung Pembelajaran), membuatnya meraih gelar PhD.
"Tesis saya tentang game kecil untuk mendukung pembelajaran."
"Singkat namun penuh makna dan menyenangkan," kata Imam.
Ketersediaan game mikro buatan pengguna Internet (user-generated microgames) yang semakin banyak dan mudah ditemukan pada platform pembelajaran terbuka (open learning platform).
Namun itu masih minim digunakan untuk mendukung pembelajaran.
“Riset yang saya lakukan didasari atas keprihatinan akan kondisi pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar (SD) di Indonesia,” tuturnya.
Baca juga: Pengurus Dewan Pendidikan Cilacap Akhirnya Dikukuhkan, Sempat Sepi Peminat dan Seleksi Dibuka 3 Kali
Temuan penelitian berimplikasi kepada para pengguna (users) platform pembelajaran terbuka untuk memperhatikan tujuan pembelajaran, karakter terbaru, dan kemungkinan bermain bersama dalam mengembangkan game mikro.
Bagi pengajar, mereka dapat memanfaatkan game mikro buatan pengguna secara kreatif baik untuk menyampaikan materi pembelajaran, menguasai keterampilan, atau meningkatkan literasi.
Penelitiannya pun melibatkan 4 guru SD di Indonesia dimana tersebar di Jakarta, Depok, Pangkal Pinang, dan Madura.
Imam saat ini bekerja sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung dan founder Akademik Ekselen Indonesia (Akselensia).
Selepas selesai menempuh pendidikannya, dia ingin meningkatkan kualitas akademik di Indonesia dalam makna seluas-luasnya.
Baik keterampilan berpikir, menulis, penelitian, maupun publikasi ilmiah.
"Ke depan saya terpikir mengembangkan edukasi STEM, baik di Klaten maupun di Bangka Belitung tempat asal istri," pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Anak Petani Asal Klaten Lulus S3 di Austria, Dulu Pernah Nyantri di Ponpes Al Mukmin Ngruki
Baca juga: Istri Syok Saat Buka Pintu Hotel, Tamunya Ternyata Suaminya Sendiri, Pakai Nama Palsu di OnlyFans
Baca juga: Kecewa Indra Sjafri Kepada Persis Solo, Ramadhan Sananta Batal Gabung Timnas di Asian Games
Baca juga: Bantuan Air Bersih Pj Gubernur Jateng Selamatkan Warga Demak dari Kekeringan
Baca juga: SOSOK Indriyani Setyaningrum, Disabilitas Andalan Terdepan Layanan Call Center Polres Jepara
tribunjateng.com
tribun jateng
kisah inspiratif
Klaten
Akselensia
Anak Petani Lulus S3
Austria
Pendidikan
feature
Imam Fitri Rahmadi
Pesantren Al Mukmin Ngruki
game mikro
Akademik Ekselen Indonesia
Menteri Transmigrasi Lepas 55 Tim Ekspedisi Patriot Universitas Diponegoro |
![]() |
---|
Robertus Aji, Rektor Baru SCU Beberkan Komitmen untuk Bawa Kampus Menuju 'Joyful Futures' |
![]() |
---|
PTMB 2025 Soegijapranata Catholic University Hadirkan Suasana Kekeluargaan Antar Fakultas |
![]() |
---|
Waduh! Riset Profesor Asing Ungkap Praktik Serangan Fajar Jadi Penyebab Korupsi Masif di Indonesia |
![]() |
---|
Cerita Prof Juhadi, Dosen Unnes yang Ciptakan Alat Pendeteksi Dini Longsor berbasis Android |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.