Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Inilah Sosok Ishak Bahar, Eks Cakrabirawa Yang Jadi Saksi Hidup Melihat Jasad Para Jenderal Dibawa

Beginilah sosok Ishak Bahar, mantan prajurit Cakrabirawa saksi hidup peristiwa mengerikan dari gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI.

|
Editor: raka f pujangga
Kolase Foto Kompas.com-M Iqbal Fahmi/Dok.Istimewa
Pengakuan Ishak Bahar Eks Cakrabirawa G30S PKI yang melihat jasad para jenderal dengan mata telanjang di lubang buaya. 

Alhasil, Sukitman tidak menuruti arahan itu.

Ketika para pasukan Cakrabirawa sedang sibuk mengurusi jenazah para perwira, Ishak melepaskan Sukitman.

Ishak menyembunyikan Sukitman di dalam mobil jipnya.

Pada akhirnya, Sukitman pun berhasil selamat dari maut.

Baca juga: Pelarian Eks Pasukan Cakrabirawa, Ada Yang Jadi Biksu Hingga Petani di Thailand Usai G30S PKI

Meskipun Ishak tidak terlibat dalam proses penculikan dan pembunuhan para perwira TNI AD, ia tetap ditahan tanpa proses peradilan.

Masih di hari yang sama, 1 Oktober 1965, ia bersama dengan prajurit Cakrabirawa lain yang terlibat dalam G30S dijebloskan ke dalam tahanan.

Ishak dimasukkan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang selama 17 hari. Setelah itu, Ishak Bahar dipindahkan ke Lapas Salemba hingga dibebaskan 13 tahun kemudian.

Serma Boengkoes

Serma Boengkoes adalah salah satu pelaku langsung dari Tragedi 30 September 1965 yang ditugaskan untuk menculik Mayjen MT Haryono.

Dalam misi penculikan tersebut, Serma Boengkoes menjabat sebagai Komandan Peleton Kompi C Batalyon Kawal Kehormatan Cakrabirawa yang berada di bawah Letkol Untung. Dia mengaku hanya menjalankan perintah atasannya yaitu Lettu. Doel Arief.

Pada 29 September jam 15.00 WIB, Serma Boengkoes mendapat perintah untuk melakukan penculikan terhadap Dewan Jenderal. Dewan Jenderal ini memiliki tujuan ingin mengkudeta Soekarno.

Ini Sederet Pengakuan Serma Boengkoes, Komandan Cakrabirawa Pelaku Penculikan M.T Haryono
Ini Sederet Pengakuan Serma Boengkoes, Komandan Cakrabirawa Pelaku Penculikan M.T Haryono (Bukalapak)

Ketika ditanya apakah Boengkoes mengerti dengan yang dimaksud "Dewan Jenderal", dia menjawab dalam masa G30S tersebut ada dua kubu yang tampak-nya sedang berkonflik dalam kemiliteran terutama di Angkatan Darat. Yaitu apa yang disebut sebagai "Dewan Jenderal" dan "Dewan Revolusi".

"Dewan Jenderal" adalah yang berniat melakukan coup pada Presiden Soekarno sedangkan "Dewan Revolusi" adalah yang berniat menyelamatkan Presiden Soekarno. Menurut Boengkoes ada ketidakserasian dalam Angkatan Darat tidak hanya menyangkut Soekarno.

Pada dini hari menjelang subuh, tiga truk yang yang dipenuhi tentara berangkat menuju rumah MT Haryono di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Sesampainya di lokasi, Sersan Boengkoes, yang menjadi komandan peleton, turun lebih dulu untuk mengetuk pintu rumah MT Haryono.

Pintu tersebut dibuka oleh istri MT Haryono. Boengkoes pun mengatakan jika MT Haryono harus menghadap ke Presiden Soekarno sekarang juga.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved