Momen Nataru Belum Mampu Genjot Konsumsi Produk Minuman Ringan
konsumen lebih menahan belanja akibat dampak kenaikan biaya-biaya seperti BBM, gas, hingga bahan-bahan pokok.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) berharap kinerja industri minuman dapat sedikit recovery pada kuartal IV/2024 mengingat adanya momen natal dan tahun baru (nataru).
Hanya saja, Ketua Umum Asrim Triyono Prijosoesilo tidak meyakini momen nataru mendatang dapat mengompensasi penurunan kinerja industri minuman yang sudah terjadi saat ini.
Hal itu karena konsumen lebih menahan belanja akibat dampak kenaikan biaya-biaya seperti bahan bakar minyak (BBM), gas, hingga bahan-bahan pokok.
"Hal ini menggerus keyakinan konsumen untuk membelanjakan uangnya," ujarnya, kepada Kontan.co.id, Selasa (10/10).
Triyono menuturkan, konsumen lebih memilih untuk menabung uang mereka daripada membelanjakannya. Nah, hal ini menunjukkan ketidakyakinan konsumen pada masa yang akan datang.
Apalagi dengan adanya konflik global seperti perang Palestina-Israel dan Rusia-Ukraina akan menyebabkan disrupsi di global supply chain dan juga kenaikan harga minyak.
"Pada kuartal IV/2023, harapan kami ada momentum kenaikan sementara karena nataru. Tapi kami juga tidak menutup mata bahwa bisa saja tingkat konsumsi menjadi flat," imbuhnya.
Adapun, indeks penjualan riil (IPR) kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih menempati posisi kedua sebagai penopang kinerja penjualan eceran, dengan tumbuh sebesar 2 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Hal itu berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank indonesia (BI) periode Agustus 2023, yang mencatat kinerja penjualan eceran nasional terus membaik hingga Agustus 2023.
"Pertumbuhan IPR secara tahunan utamanya ditopang oleh kinerja penjualan subkelompok sandang yang meningkat sebesar 8,1 persen yoy, disusul IPR kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh sebesar 2 persen yoy," tulis Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam Survei Penjualan Eceran BI, Selasa (10/10).
Berdasarkan hasil survei itu, IPR tercatat sebesar 204,1 pada Agustus lalu, tumbuh 1,1 persen yopy. "(IPR) tetap kuat, meski tidak setinggi pertumbuhan 1,6 persen (yoy) pada Juli 2023," ujarnya.
Jika dilhat secara bulanan, kinerja penjualan pada Agustus lalu tumbuh sebesar 0,4 persen (month to month/mtm). Angka itu lebih baik dari bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 8,8 persen.
Lalu, IPR kelompok bahan bakar kendaraan bermotor tumbuh 1,4 persen secara yoy. Sementara itu, sejumlah kelompok lainnya tercatat mengalami kontraksi.
Kelompok suku cadang dan aksesori turun 0,9 persen, kelompok peralatan informasi dan komunikasi anjlok 17,2 persen, kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya turun 6 persen, serta kelompok barang budaya dan rekreasi turun 5,8 persen. (Kontan.co.id/Dendi Siswanto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.