Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

PDIP Sedih Ditinggalkan Jokowi, Ganjar: Banteng Tak Boleh Cengeng

Ganjar Pranowo menegaskan bahwa PDIP tidak akan cengeng dalam mengadapi situasi politik saat ini.

Editor: Vito
YouTube/PDIP
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat pengumuman bakal cawapres di Kantor DPP PDIP, Rabu (18/10/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Isu mengenai hubungan PDI Perjuangan dengan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memburuk semakin santer berdar.

Apalagi, kini putra sulung Jokowi sekaligus Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, telah menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Sementara itu, putra bungsu Jokowi sekaligus Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, sudah menyatakan mendukung pasangan Prabowo-Gibran di pilpres. Pernyataan serupa juga diucapkan menantu Jokowi sekaligus Wali Kota Medan, Bobby Nasution, yang lebih memilih mendukung Prabowo-Gibran.

Padahal, seperti diketahui, PDI Perjuangan bersama sejumlah partai, meliputi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai bakal capres-cawapres, dan sudah mengarahkan para kadernya untuk mendukung pasangan itu.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuanbgan Hasto Kristiyanto menyebut bahwa partainya kini merasa sedih dan perih dengan kenyataan Kader terbaiknya yang telah meninggalkan partai berlambang kepala banteng moncong putih itu.

Menanggapi hal itu, bakal calon presiden (capres) PDI Perjuangan Ganjar Pranowo menegaskan bahwa PDI Perjuangan tidak akan cengeng dalam mengadapi situasi politik saat ini.

Mantan Gubernur Jateng itu menyebut, 'banteng tidak boleh cengeng'. Bahkan, ia mengungkap istilah 'Banteng Kedaton' yang justru akan bergerak melihat kondisi politik saat ini.

Hal itu disampaikan Ganjar saat ditanya wartawan terkait dengan pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mengungkapkan kesedihan partai berlambang kepala banteng moncong putih itu usai memberikan privilege besar ke Presiden Jokowi dan keluarga, namun kini ditinggalkan.

"Kesedihan itu pasti ada, tapi kami nggak akan cengeng, banteng nggak cengeng, Banteng Ketaton itu langsung bergerak. Gitu," tandasnya, usai mengjadiri acara silahturahmi dengan Pengasuh Syuriah NU Se-DKI Jakarta, di Jakarta, Minggu (27/10).

Ganjar menyatakan, saat ini pihaknya bersama PDI Perjuangan tidak mau larut dalam romantisme kesedihan. Tetapi, dia menambahkan, yang perlu dilakukan saat ini adalah terus harus berjuang bersama rakyat.

Ia pun mengulas bagaimana PDI Perjuangan di masa Orde Baru pernah dihajar habis-habisan oleh pemerintahan saat itu untuk menggulingkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Sehingga, ia mencoba mengingatkan bagaimana peristiwa 27 Juli 1996 atau Peristiwa Kudatuli, di mana PDI Perjuangan pernah dicoba.

"PDIP (dicoba-Red) waktu PDI dihajar habis-habisan, dibakar itu (Kantor DPP-Red), bahkan ada yang mati (korban tewas-Red). Jangan lupa dengan Kudatuli loh ya," jelasnya.

Ganjar pun memastikan dirinya sangat menghargai pilihan politik dari Presiden Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka. Maka, ia mengajak seluruh barisan kader PDI Perjuangan dan pendukunganya untuk tetap bersemangat dan tidak cengeng.

"Dan kami coba fight terus, kami enggak cengeng dengan segala apa yang terjadi, dan sampai detik ini, saat ini, saya menghormati Pak Jokowi, menghormati Mas Gibran sebagai suatu pilihan-pilihan politik," tandasnya. (Tribunnews/Fransiskus Adhiyuda Prasetia)

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved