Berita Tegal
Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tempe di Tegal Terpaksa Kurangi Produksi dan Naikkan Harga Jual
Dampak kenaikan harga kedelai dari Rp 11 ribu per kilogram menjadi hampir Rp 13 ribu per kilogram saat ini terasa oleh Perajin Tempe di Tegal.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Dampak kenaikan harga kedelai dari Rp 11 ribu per kilogram menjadi hampir Rp 13 ribu per kilogram saat ini terasa oleh Perajin Tempe di Desa Debong Wetan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Wardoyo. Ia mengungkapkan bahwa hal ini mendorongnya untuk mengurangi produksi dan menaikkan harga jualnya ke pasaran.
Wardoyo menyampaikan hal ini saat diwawancara oleh Tribunjateng.com di rumah produksi tempe miliknya pada Senin (20/11/2023).
Menurut Wardoyo, harga kedelai selalu berfluktuasi terutama setelah Pandemi Covid-19, namun harga hampir menyentuh Rp 13 ribu per kilogram telah berlangsung selama sebulan terakhir. Dengan kenaikan harga kedelai dan minat pasar yang menurun, Wardoyo terpaksa mengurangi produksi tempe.
"Imbasnya, saya harus mengurangi produksi tempe. Jika biasanya saya memproduksi lebih dari 1 kuintal, sekarang saya harus menguranginya sekitar 80-90 kilogram per hari. Selain itu, saya juga menaikkan harga jual tempe karena biaya bahan baku kedelai yang mahal. Saya tidak punya pilihan selain menaikkan harga," ungkap Wardoyo kepada Tribunjateng.com.
Wardoyo menyebutkan bahwa harga jual tempe di tempatnya naik dari Rp 11 ribu per kilogram menjadi Rp 13 ribu per kilogram, menyesuaikan dengan harga kedelai. Ini berarti jika harga kedelai adalah Rp 12.500 per kilogram, maka dia juga menjual tempe dengan harga yang sama.
Namun, Wardoyo menegaskan bahwa ukuran tempe tidak dikurangi atau dimodifikasi sama sekali. Hal ini dilakukan agar pembeli atau pelanggan yang biasanya mengambil tempe di tempatnya tidak merasa dirugikan.
"Saya menjual tempe dengan ukuran per kilogram. Harga kedelai mulai tidak stabil setelah pandemi Covid-19 dan terus berfluktuasi hingga sekarang. Jadi, kadang naik, turun sebentar, dan kadang naik lagi. Karena produksi berkurang, pembelian juga mengalami penurunan," jelasnya.
Ketika ditanya mengenai pengalaman kenaikan harga, Wardoyo mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami kenaikan hingga Rp 15 ribu per kilogram.
Dalam proses produksi, Wardoyo dibantu oleh tiga karyawan, semuanya merupakan warga sekitar tempat tinggalnya. Sedangkan untuk pemasaran, ia fokus di wilayah Kabupaten Tegal, seperti Pasar Pepedan dan Pasar Kemantran.
"Harapannya, harga kedelai bisa stabil kembali. Pemerintah diharapkan dapat menekan kenaikan harga kedelai agar produksi dapat pulih seperti semula," tutur Wardoyo. (dta)
Realisasi PBB Kota Tegal Capai 60 Persen hingga Agustus 2025Â |
![]() |
---|
Leli Terkagum-kagum Saksikan Karnaval Kendaraan Hias Kota Tegal di Momen HUT Ke-80 RI |
![]() |
---|
Wali Kota Tegal Dedy Yon: Hari Kemerdekaan Harus Diisi Aksi Nyata |
![]() |
---|
Tasyakuran HUT ke-80 RI, Dedy Yon Ajak Warga Kota Tegal Perkuat Semangat Gotong Royong dan Persatuan |
![]() |
---|
Dedy Yon Kukuhkan 72 Anggota Paskibraka Kota Tegal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.