Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mantan ART Ini Tekuni Produksi Brambang Goreng Kini Punya 23 Karyawan

Sulistiyo Rini (34) mantan asisten rumah tangga (ART) kini sukses menjadi pengusaha brambang goreng (bramgor) di Madegondo, Grogol, Sukoharjo

Editor: iswidodo
tribunjateng/mahasiswa UIN Solo Magang
Brambang goreng kemasan toples produksi Rini di Sukoharjo 

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Sulistiyo Rini (34) mantan asisten rumah tangga (ART) kini sukses menjadi pengusaha brambang goreng (bramgor) di Madegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

Rini asli Tawangmangu kemudian hidup dan tinggal di Sukoharjo. Dia menekuni usaha produksi bramgor sejak 2014. Awalnya Rini mulai membuka usaha kecil-kecilan dengan berjualan brambang goreng karena banyak peminatnya.

"Saya sebelumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Dulu suami saya berjualan sayur dan kulakan bawang. Karena keluarga saya menyukai brambang goreng jadi saya berinisiatif daripada beli di pasar mending membuat sendiri. Dengan inisiatif saya coba-coba untuk berjualan eh ternyata banyak yang suka dan membeli," kata Sulistiyo Rini (34) kepada Via Nur Safitri mahasiswa UIN Solo magang Jurnalistik Tribunjateng.com, Sabtu (18/11/2023).

Proses produksi brambang goreng usaha milik Rini di Madegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Proses produksi brambang goreng usaha milik Rini di Madegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. (tribunjateng/mahasiswa UIN Solo Magang)

Brambang goreng milik Rini memiliki banyak varian dari bawang merah goreng, bawang putih goreng, dan keripik usus. "Kami produksi brambang goreng, juga bawang putih goreng serta keripik usus. Adanya keripik usus ini untuk memanfaatkan limbah minyaknya. Jadi setelah goreng brambang minyaknya bisa untuk goreng usus," terang Rini.

Brambang kulakan di daerah Blumbang Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, tempat kelahirannya. "Saya biasanya kulakan di sana Tawangmangu dekat rumah lama saya, karena di sana petani brambang jualnya lebih murah," tuturnya.

Produk brambang goreng Sulistiyo Rini ini proses pembuatannya dilakukan secara manual agar dapat menghasilkan brambang goreng yang renyah harum dan manis. Dalam sehari Rini bisa mengolah brambang 20-25 kilogram brambang.

Tahap awal produksi yaitu brambang dikupas kemudian dipotong tipis-tipis menggunakan pisau oleh karyawan yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga di kampung itu. Brambang kemudian dicuci menggunakan air mengalir kemudian ditiriskan.

Proses produksi brambang goreng di Madegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Proses produksi brambang goreng di Madegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. (tribunjateng/mahasiswa UIN Solo Magang)

Selanjutnya proses penggorengan dengan api sedang agar dapat menghasilkan brambang goreng yang renyah dan manis. "Kami produksi ini tak ada bahan campuran apapun, semua murni dan pakai cara manual tradisional," terangnya.

Brambang goreng produksi Rini dinamai Putri Mangu. Bramgor buatannya bisa bertahan hingga 6 bulan jika disimpan dalam kondisi tertutup rapat dan kering. Harga jualnya antara Rp35.000 sampai Rp55.000 dari 150 gram sampai 250 gram per toples.

Pendistribusian brambang goreng ini telah dikirim ke berbagai tempat baik dalam negeri maupun luar negeri. "Pembeli ada yang dari Amerika, Malaysia, Singapura, Swiss dan lainnya. Mereka pesan melalui marketplace," tandasnya. Diakuinya saat pandem covid kemarin, omzet meninggal hingga 10 kali lipat.

Diakuinya ada kendala dalam produksi bramgor. Saat musim hujan harga bawang merah naik drastis bahkan stok juga terbatas. "Sekarang karyawan ada 23 orang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu ramah tangga, dan ada juga pria yang menggoreng brambang," pungkasnya. (Via Nur Safitri mahasiswa UIN Solo magang Jurnalistik Tribunjateng.com)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved