Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Harga Minyak Dunia Turun, Pertalite Bisa Rp 7.000/liter

penurunan harga Pertalite bisa saja terjadi apabila harga minyak dunia di level 60 dollar AS per barel.

Editor: Vito
TRIBUNJATENG/Yunan Setiawan
Seorang karyawan SPBU di Jepara hendak melayani penjualan pertalite. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif angkat suara terkait dengan kemungkinan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite akan turun harga. Isu yang beredar, harga Pertalite akan turun ke level Rp 7.000/liter, dari posisi saat ini yang dibanderol Rp 10.000/liter.

Hal itu seiring dengan harga minyak dunia yang terus mengalami tren penurunan dari waktu ke waktu. Sementara, PT Pertamina (Persero) telah menurunkan harga BBM non-subsidi per 1 November 2023, antara lain Pertamax yang kini sebesar Rp 13.400/liter dari sebelumnya Rp 14.000/liter.

Arifin mengatakan, penurunan harga Pertalite bisa saja terjadi apabila harga minyak dunia di level 60 dollar Amerika Serikat (AS) per barel. "Kalau harga minyak di bawah 60 dolar AS, baru (bisa turun-Red) seperti dulu," katanya, saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (8/12).

Untuk saat ini, menurut dia, rata-rata harga minyak dunia masih di level 70 dollar AS per barel. Jika dipaksakan harga Pertalite diturunkan menjadi Rp 7.000liter, maka selisih harga keekonomiannya masih terpaut jauh. "(Kalau ditetapkan Rp 7.000) ya masih ada selisih," ujarnya.

Arifin Tasrif menuturkan, pada dasarnya pergerakan harga BBM non-subsidi mengikuti harga minyak mentah di pasar internasional.

Harga minyak mentah sempat naik beberapa waktu lalu, sehingga sempat diikuti dengan kenaikan harga Pertamax dkk. Namun, seiring dengan mulai melemahnya harga minyak mentah, maka harga Pertamax dkk kini turun.

"Jadi kalau BBM non-subsidi itu bebas (sesuai pasar-Red), mengikuti indeks harga minyak internasional. (Harga) minyak kan sempat 92 dollar AS, 96 dollar AS juga kan pernah ya, sekarang balik lagi 86 dollar AS, jadi fluktuasi," bebernya.

Kendati demikian, BBM bersubsidi seperti Pertalite tidak serta-merta langsung mengalami perubahan harga ketika terjadi gejolak harga minyak mentah. Lantaran, penetapan harga bergantung pada keputusan pemerintah yang memperhitungkan sejumlah faktor, termasuk kemampuan anggaran subsidi.

Bergantung keputusan

Hal itu pula yang membuat harga Pertalite tidak mengalami kenaikan ketika tren harga minyak mentah naik, begitu pun sebaliknya ketika harga minyak mentah turun.

Arifin pun menegaskan, untuk saat ini harga Pertalite tidak ikut turun. Meski demikian, ia tidak menjelaskan lebih lanjut terkait potensi penurunan harga Pertalite ke depannya.

"Jadi ini (BBM non-subsidi-Red) turun-naiknya itu mengukuti fluktuasi harga minyak internasional, tapi yang BBM subsidi (harganya) tetap," tandasnya.

Adapun, mengutip Bloomberg, saat ini harga minyak mentah berjangka Brent masih sebesar 75,49 dollar AS per barrel. Sedangkan untuk harga minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS sebesar 70,67 dollar AS per barrel.

Dengan angka itu, Arifin enggan mengungkapkan berapa harga keekonomian Pertalite saat ini. Ia hanya menyebut bahwa harga jual saat ini masih lebih murah atau ada selisih dibandingkan harga keekonomiannya. "Masih ada selisih. Jadi yang jelas kalau di bawah 60 dollar AS, baru (turun-Red)," tukas.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengungkapkan, harga keekonomian Pertalite masih lebih mahal sekitar Rp 2.000/liter dibandingkan harga jual saat ini.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved