Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Kebakaran Permukiman Padat di Jakarta Selatan: Teriakan Santi Tak Digubris Warga, Dikira Bercanda

Kebakaran besar melanda permukiman di Jalan Manggarai Utara 2, RT 009-010/RW 01, Tebet, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/2023).

PIXABAY/Myriams-Fotos
Ilustrasi kebakaran 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Kebakaran besar melanda permukiman di Jalan Manggarai Utara 2, RT 009-010/RW 01, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (14/12/2023).

Santi (43) sedang duduk di pinggir kali bersama sang cucu ketika dia melihat api di lantai dua rumah tetangganya.

“Saya habis masak, nyuci piring, terus saya gendong cucu dan nongkrong di kali.

Baca juga: BREAKING NEWS: Kebakaran Pabrik Kayu di Mranggen Demak Berawal dari Ledakan Area Mesin

Terus ada api.

Saya bilang, ‘kebakaran, kebakaran!’.

Kebakaran permukiman padat penduduk di bantaran Sungai Ciliwung
Kebakaran permukiman padat penduduk di bantaran Sungai Ciliwung, Jalan Manggarai Utara II, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (14/12/2023).(Dokumentasi BPBD DKI Jakarta)

Saya panggil orang-orang yang dekat rumah itu (tapi) pada tidur, lagi pada ambil rapor (di sekolah),” ujar Santi kepada Kompas.com di tempat pengungsian samping gedung SDN 01 Cibondo, Manggarai, Minggu (17/12/2023).

Santi yang panik melihat api segera menggedor-gedor pintu rumah para tetangganya.

Namun, tidak ada jawaban.

Tak habis akal, Santi berlari ke gang sebelah, berteriak lantang bahwa ada kebakaran di salah satu kontrakan.

“Eh, malah ada yang bilang, ‘ah, bohong, nih’.

Saya jawab, ‘demi Allah enggak bohong!’.

Pada enggak percaya soalnya saya suka ngebanyol,” ujar dia.

Setelah melihat api berkobar besar, barulah warga setempat mempercayai ibu tiga anak itu.

Dilanda rasa panik, Santi pun lari sambil menggendong cucunya.

Tak dihiraukannya segala harta bendanya.

Namun, bak sudah jatuh tertimpa tangga, Santi malah terpeleset di pinggir kali dan jatuh terperosok.

Kedua kakinya terluka dan cucunya menangis keras.

“Enggak ada yang bantuin, semua orang sibuk berenang menyelamatkan diri sendiri.

Saya berdiri sendiri,” tutur Santi pelan.

Suaranya masih serak akibat berteriak kencang saat kejadian.

Setelah api padam, Santi dan warga lain kembali ke tempat kejadian untuk mengecek harta benda yang tersisa.

“Duit buat bayar sekolah kebakar Rp 800.000.

Duit bapaknya (suami Santi) juga Rp 700.000.

Saya sampai nangis-nangis, biarin lah pasrah,” ujar dia.

Saat ini, Santi cukup bersyukur bisa mendapatkan sedikit bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berupa pakaian dan makanan.

Rencananya, dia akan kembali tinggal di rumahnya dengan beratapkan terpal.

“Sayang kalau ngontrak sebulan Rp 500.000.

Mending uangnya buat yang lain.

Saya mandi air kali, tidur pakai lilin, biarin, deh.

Saya mah yang penting bisa umur panjang,” sambung Santi.

Secara terpisah, Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Kasudin Gulkarmat) Jakarta Selatan Syamsul Huda mengatakan, kebakaran diduga terjadi akibat korsleting.

“Informasi dari Pak RT, di rumah kontrakan tukang rokok dan tukang sayur terjadi korsleting,” kata Syamsul saat dihubungi Kompas.com, Minggu.

"Lalu, terjadi penyalaan yang merambat ke bangunan dan di sekitarnya," sambung dia.

Kebakaran itu berimbas pada 61 keluarga yang terdiri dari 244 jiwa. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Teriak saat Lihat Api di Permukiman Manggarai, Saksi: Pada Enggak Percaya karena Saya Sering Membanyol"

Baca juga: Kebakaran Kandang Ayam di Karanganyar, 5.000 Ekor Mati Terpanggang

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved