Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Pemerintah Berencana Akan Impor Beras Lagi Tahun Depan, Pengamat Minta Ada pehtiungan Cermat

Pengamat pertanian mengingatkan Pemerintah jika pada tahun depan kembali mengimpor beras dari luar negeri untuk kebutuhan pengadaan cadangan

TRIBUN JATENG/RIFQI GOZALI
Khaerudin (35) petani asal Desa Undaan Lor, kecamatan Undaan, Kudus membawa poster penolakan impor beras, Senin (15/1/2018). Sejumlah petani merasa khawatir jika impor tersebut berimbas pada turunnya harga gabah dari petani 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Pengamat pertanian mengingatkan Pemerintah jika pada tahun depan kembali mengimpor beras dari luar negeri untuk kebutuhan pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP). Kedatangan beras impor diharapkan tidak terjadi saat berlangsung panen raya di dalam negeri.

Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai, rencana tersebut sebagai antisipasi dari masa tanam dan panen yang mundur.

Meski demikian, dia menegaskan agar kebijakan impor pangan dapat dilakukan secara cermat. Hal tersebut agar masuknya impor beras tak berbarengan dengan masa panen tahun depan. Serta jumlah impor yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, dibutuhkan penghitungan yang tepat.

"Yang penting kuota impor itu dihitung cermat, berapa kebutuhannya dan kapan datangnya. Jangan sampai malah jadi mudarat karena datang saat panen raya," kata Khudori, Selasa (26/12).

Sebagaimana diketahui, Pemerintah Indonesia akan kembali melakukan impor beras di tahun depan. Alasannya, produksi beras dalam negeri diperkirakan masih belum kembali normal di tahun depan dampak dari adanya El Nino.

Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia sudah mengamankan 3 juta ton beras berasal dari komitmen India dan Thailand.

Perinciannya, 2 juta ton diamankan dari Thailand dan 1 juta ton dari India. Soal rencana impor 3 juta ton yang sudah mendapatkan komitmen dari Thailand dan India, Khudori mengatakan, belum menghitung lagi apakah kebutuhan tahun depan memang sebesar itu.

Khudori menceritakan, ekor dampak dari El Nino membuat paceklik lebih lama. Pada awal Desember lalu, saat ia ke Jember naik kereta dari Jakarta, sebagian wilayah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Timur dan juga Jawa Timur, mayoritas sawah masih bera (kurang produktif). Dia menambahkan, hanya sebagian kecil sawah yang terlihat sudah menyiapkan bibit padi.

"Semula saya perkirakan Desember ini sudah tanam serentak karena hujan sudah merata. Tapi ini meleset. Sebagian besar wilayah Jawa sepertinya baru tanam di awal Januari. Ini berarti paceklik bertambah panjang lagi," kata dia.

Jika merujuk data KSA BPS terbaru, produksi beras di Februari 2024 diperkirakan hanya separuh dari Februari 2023. Demikian juga dengan produksi bulan Maret 2024 juga diperkirakan akan sama. Jika hal tersebut terjadi maka kemungkinan produksi tahun depan bisa lebih rendah lagi dari tahun ini. Dengan demikian panen kemungkinan juga akan mundur pada Mei 2024.

"Ekor dampak El Nino ke mana-mana dan masih panjang," ujarnya.

Pemerintah menurutnya harus memastikan bagaimana hasil dari tanam cepat atau tanam culik yang dilakukan Kementerian Pertanian.

"Saat SYL (mantan Menteri Pertanian) masih menjabat kan bilang nyiapin 500.000 hektare lahan untuk antisipasi. Ini perlu ditanya ke Kementan bagaimana hasil dan progresnya," ungkapnya. (Kontan/Ratih Waseso)

Baca juga: Libur Nataru : Tren Konsumsi BBM Melonjak pada 23 Desember 2023

Baca juga: PENGUMUMAN! 1 Januari 2024 Vaksin Covid-19 Berbayar, Stok Vaksin Masih Ada 2 Juta Lebih

Baca juga: PENGUMUMAN! 1 Januari 2024 Vaksin Covid-19 Berbayar, Stok Vaksin Masih Ada 2 Juta Lebih

Baca juga: Tabel Pinjaman BRI Umum Non KUR dan KUR 28 Desember 2023, Bunga Max 1 Persen/Bulan

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved