Singgih Januratmoko
Sosialisasikan 4 Pilar Kebangsaan, Singgih Januratmoko Ingatkan Jaga Persatuan Bangsa dalam Pemilu
Kontestasi Pemilu makin dinamis usai perdebatan calon presiden dan calon wakil presiden beberapa kali digelar.
TRIBUNJATENG.COM, SURAKARTA -- Kontestasi Pemilu makin dinamis usai perdebatan calon presiden dan calon wakil presiden beberapa kali digelar.
Pengguna media sosial atau warganet dan media massa juga menunjukkan keberpihakan mereka. Namun, yang harus diingat semua pihak harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan.
“Siapapun pilihan presidennya, apapun pilihan parpolnya kita semua sebagai rakyat Indonesia memiliki kewajiban menjaga keutuhan bangsa,” tegas Anggota Komisi VI DPR RI Singgih Januratmoko saat sosialisasi “Empat Pilar Kebangsaan”, di hadapan 200 warga di Banjarsari, Suarakarta, Jawa Tengah pada Senin (22/1).
Namun Singgih tak memungkiri, sejak Pilkada Gubernur DKI Jakarta pada 2011, kemudian dilanjutkan Pemilu 2014 dan 2019, pesta demokrasi mampu mengancam persatuan dan kesatuan,
“Hal ini terjadi bila isu yang diangkat melibatkan persoalan suku, agama, dan ras. SARA merupakan persoalan sensitif bagi sebuah negara yang plural seperti Indonesia, dan jangan dipermainkan saat Pemilu,” imbau Singgih.
Ia pun mengajak, masyarakat untuk tetap berkepala dingin ketika menyaksikan elit politik berdebat satu sama lain, bahkan cenderung panas dan emosional,
“Para elit politik usai berdebat bersalaman, berpelukan, bahkan ngopi bareng. Itu bukan sandiwara tapi ekspresi dalam mempertahankan pendapat. Maka masyarakat jangan ikut terbawa emosi,” tuturnya.
Ia juga mengimbau, masyarakat untuk tidak melakukan black campaign atau menyebarkan informasi tanpa data, mengenai capres-cawapres, partai politik, hingga calon legislatif,
“Black campaign adalah kampanye hitam tanpa data, merupakan fitnah untuk membangun persepsi buruk tentang seseorang. Ini jauh dari sifat insan pancasilais dan beragama,” tegas Singgih.
Singgih mengingatkan, persatuan dan keutuhan bangsa harus diutamakan di atas kepentingan pribadi dan golongan. Rasa cinta terhadap bangsa dan negara bisa diekspresikan dalam berbagai ideologi atau kerja nyata, “Namun jangan melupakan kita memiliki Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan menjaga NKRI,” imbuhnya.
Para pendiri bangsa menginginkan Republik Indonesia menjadi negeri yang mampu menyejahterakan rakyatnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa, “Itu cita-cita untuk selamanya, tidak hanya untuk sekian dekade,” kata Singgih. Menurutnya, bubarnya sebuah negara, karena ketidakmampuan menyejahterakan rakyat, sekaligus tidak mampu menjaga persatuan dan kesatuan.
“Maka, kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan segenap elemen bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dan para calon pemimpin bangsa terus memikirkan kemakmuran rakyat. Jangan sampai pesta demokrasi yang hanya lima tahun sekali membubarkan impian para pendiri bangsa,” pungkas Singgih. (*)
Baca juga: Begini Ucapan Felix Seda yang Dianggap Melecehkan Najwa Shihab dalam Acara Desak Anies di Yogyakarta
Baca juga: Bocah SD Ditemukan Ayahnya Tergantung di Kandang Sapi, Tontonannya di Youtube jadi Sorotan
Baca juga: Pikap Remuk Setelah Kecelakaan Adu Moncong dengan Truk Gandeng, Sopir Lolos dari Maut
Baca juga: Berkarya Sejak 1999, Band Poppunk Semarang Pyongpyong Rilis Single Terbaru
Singgih Januratmoko
Singgih Januratmoko Golkar
sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan
Sosialisasikan 4 Pilar
Ketum DPP PINSAR Singgih Januratmoko: Kenaikan Harga Ayam Wajar, Bukan Akibat Program MBG |
![]() |
---|
Singgih Januratmoko: DPR Harus Jadi Jalan Tengah Antara Tuntutan Rakyat dan Kekuasaan |
![]() |
---|
Komisi VIII DPR dan Kementerian HU Komitmen Tak Ada Lagi Kecurangan dalam Pelaksanaan Ibadah Haji |
![]() |
---|
Singgih Januratmoko: Kementerian Haji dan Umrah Bawa Fokus Baru Pelayanan Jemaah |
![]() |
---|
Golkar DIY Fokus Konsolidasi, Tak Terganggu Isu Munaslub untuk Gantikan Bahlil Lahadalia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.