Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pengembangan Pasar Modal Syariah RI Dipacu: Saham Syariah Mendominasi 69 Persen

BEI memiliki komitmen untuk terus mengembangkan pasar modal syariah, menyusul keuangan syariah Indonesia memiliki peran penting di ASEAN. 

Editor: Vito
TRIBUNNEWS
ilustrasi - Seorang karyawan berjalan melintasi papan pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, baru-baru ini. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong pengembangnan pasar modal syarian. Hal itu menyusul keuangan syariah Indonesia yang memiliki peran penting di kawasan ASEAN. 

Dalam konstelasi keungan syariah dunia, sebanyak 18 persen aset keuangan syariah dunia senilai 829 miliar dollar AS tercatat dikontribusi oleh negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.

"Indonesia memerankan posisi yang sangat penting di kawasan ini (ASEAN-Red)," kata Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, dalam acara Regional Sharia Investing Symposium 2024 yang diselenggarakan CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu (24/1).

Terkait dengan pasar modal syariah, menurut dia, BEI memiliki komitmen yang sama untuk terus mengembangkan pasar modal syariah. Ia bercerita, pasar modal syariah RI sudah dimulai sejak 1997 dengan terbitnya reksadana syariah pertama saat itu.

"Pada saat itu belum ada fatwa dari MUI terkait pasar modal syariah. Saat itu juga baru ada satu indeks yang di dalamnya ada 30 saham syariah," tuturnya.

Saat ini, Jeffrey menyatakan, dari 910 saham yang tercatat dalam BEI, sebanyak 628 saham atau 69 persennya adalah saham syariah. Kemudian, sudah ada 26 fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Tak hanya itu, dia menambahkan, sudah ada juga 11 peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengatur tentang pasar modal syariah. Sebanyak 11 peraturan OJK itu untuk memberikan panduan kepada para investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia syariah RI.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas menuturkan, pasar modal syariah di negara-negara ASEAN tumbuh positif beberapa tahun terakhir.

Menurutnya, ada beberapa langkah yang diharapkan bisa menjadi upaya untuk memperkuat ekosistem pasar modal syariah RI di ASEAN.

Pertama, mengembangkan produk dan instrumen keuangan, contohnya seperti lebih aktif dalam menerbitkan sukuk syariah dan instrumen keuangan syariah lainnya.

Antara lain, produk filantropi Islam yang terintegrasi dengan efek syariah di pasar modal syariah Indonesia, atau seperti sukuk wakaf, infak saham, zakat saham, dan wakaf saham

"Kedua, kerja sama regional Asia mencakup pertukaran informasi, harmonisasi regulasi, dan promosi bersama untuk menarik lebih banyak investor," katanya.

Ketiga, dia menambahkan, membentuk lembaga pengembangan pasar yang memiliki peran dalam meningkatkan literasi keuangan syariah. Kemudian, memberikan edukasi dan memfasilitasi inovasi produk dan instrumen keuangan syariah.

"Literasi keuangan syariah dapat memotivasi lebih bayak investor untuk berpartisipasi dalam pasar modal syariah," ucapnya.

Keempat, Yaqut menyatakan, penggunaan teknologi dalam financial technology (fintech) syariah yang bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas efisiensi dan daya tarik pasar modal syariah.

Menurut dia, semua upaya itu bekerja secara bersama-sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pasar modal syariah. Selain itu, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. (Tribunnews/Nitis Hawaroh/Endrapta Ibrahim Pramudhiaz)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved