Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Kisah Rini Dapati Jenazah Pengidap HIV/AIDS Tak Ada yang Mau Mengurusi, Relawan Turun Tangan

Rini, relawan dari Yayasan Orbit Surabaya, LSM yang bergerak untuk pendampingan korban narkoba dan pengidap HIV-AIDS memiliki kisah pilu.

|
Editor: rival al manaf
IST
Ilustrasi jenazah. (Kompas.com) 

TRIBUNJATENG.COM - Rini, relawan dari Yayasan Orbit Surabaya, LSM yang bergerak untuk pendampingan korban narkoba dan pengidap HIV-AIDS memiliki kisah pilu.

Ia pernah mendapati kejadian pilu yang dialami jenazah PSK yang meninggal karena HIV/AIDS.

Warga sekitar tidak ada yang mau dan berani mengurus jenazah tersebut karena takut.

Akhirnya Rini dan para relawan turun tangan.

Baca juga: 56 Persen Wilayah Banjir di Kota Semarang Telah Teratasi

Baca juga: "Yang Laki-laki Gak Mau Pisah" Denny Darko Terawang Teuku Ryan Masih Ingin Pertahankan Ria Ricis

Baca juga: Antisipasi Bencana, Bawaslu Batang Cek Lokasi Pendistribusian Logistik Pemilu

HARI AIDS SEDUNIA- Seorang aktivis gelar teatrikal peringati hari Aids Sedunia
HARI AIDS SEDUNIA- Seorang aktivis gelar teatrikal peringati hari Aids Sedunia (DOK)

Jenazah wanita tersebut sempat terlantar dan tak ada yang mau mengurusnya karena takut tertular. 

Nasib pilu ini dialami oleh ES, seorang PSK di Surabaya yang jenazahnya sempat ditolak oleh tetangga karena mengidap HIV-AIDS (ODHA).

Jenazah ES sempat tak terurus selama beberapa jam sebelum akhirnya relawan turun tangan.

Diketahui, jenazah perempuan berinisial ES itu meninggal dunia, pada Senin (29/1/2024).

Namun, warga setempat menolak untuk memandikan dan mengafani jenazahnya.

Pemulasaraan jenazah ES akhirnya ditangani oleh relawan pendamping ODHA.

Tak ada tetangga yang mau mengurus jenazah PSK tersebut.

Hal itu dikarenakan mereka cemas akan tertularnya HIV-AIDS.

Usut punya usut, ES (49) adalah seorang perempuan yang semasa hidupnya bekerja sebagai pekerja seks komersil (PSK).

Dia memiliki seorang putri berusia 12 tahun.

Rini, relawan dari Yayasan Orbit Surabaya, LSM yang bergerak untuk pendampingan korban narkoba dan pengidap HIV-AIDS mengatakan dirinya bersama dua relawan lain, Marwah dan Anies, akhirnya turun tangan mengurus pemulasaraan jenazah ES yang ditolak warga setempat.

Sebagai aktivis pendamping kaum rentan sosial seperti ES, Rini mengatakan ES terdeteksi sebagai ODHA sejak awal Desember 2023 dengan diagnosa awal sakit lambung.

"Awalnya dia sakit-sakitan, itu November. Sempat mendapat perawatan di RS Haji dua kali." ujar Rini kepada wartawan di Surabaya, Roni Fauzan, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

"Membaik, pulang, dan harus kontrol lagi dua minggu sekali." lanjutnya.

"Tapi kondisinya semakin menurun, karena seharusnya ada jadwal kontrol di awal Januari tapi tidak berangkat," tukasnya.

"Terus saya mendapat kabar kemarin (29/1), ES meninggal subuh,” jelasnya lagi.

Pada Senin (29/01/2023) pukul 9 pagi, Rini mendapat laporan bahwa tidak ada seorang pun yang datang merawat jenazahnya, termasuk modin (petugas sosial laki-laki dan perempuan dalam satu kawasan RW yang khusus mengurusi pernikahan dan kematian warga menurut agama Islam).

"Lho kok bisa? Saya pun akhirnya datang jam 09.30 setelah koordinasi dengan teman [relawan] lainnya. Gak onok uwong blas [tidak ada orang sama sekali].”

“Saya datang minta tolong untuk disiapkan alat memandikan jenazah, baru disiapkan. Itu pun siap dimandikan jam 1 siang", terang Rini.

"Jujur, saya sebagai pendamping ODHA pun masih awam memandikan jenazah. Untungnya ada teman kami Mbak Marwah yang bisa. Saya dan Mbak Anies pun sebisa-bisanya membantu," lanjutnya.

Rini mengungkapkan jenazah ES tidak tertangani begitu lama karena warga, perangkat kampung dan Modin “takut”.

"Alasannya karena takut. Padahal sebagai Modin, pasti sudah mendapatkan pelatihan menangani jenazah, termasuk yang ODHA. Yang melatih ya Dinas Kesehatan. Jadi nggak perlu takut." jelasnya.

"Yang tampak datang di situ lho hanya Modin laki-laki. Setelah selesai dikafani, bersih, Pak Modin dan asistennya inilah yang menyolati dan mendoakan jenazah, sampai di makamnya juga", ujar Rini.

ES pun akhirnya dimakamkan pada pukul 15.00 WIB. Ternyata kejadian ini tak hanya sekali ini saja terjadi.

Rini, yang tinggal tidak jauh dari ES, mengatakan peristiwa serupa sebelumnya pernah terjadi beberapa kali di kampung di Kecamatan Sawahan.

Sebagai konteks, lokasi kampung ini berdekatan dengan eks lokalisasi Dolly dan area pemakaman Kembang Kuning, Surabaya.

"Seperti halnya tahun kemarin. Inisial AS pun nggak ada yang memandikan. Alasannya sama, takut," kata Rini.

Secara terpisah, Heri selaku modin di kampung tempat ES tinggal, mengakui memang kalau masih banyak warga yang merasa takut.

"Ya karena memang penyakit HIV-AIDS itu penyakit yang menakutkan, ya to? Meskipun orangnya meninggal, virusnya ikut mati, tapi hatinya peramut (perawat) jenazah ataupun hatinya masyarakat masih ada ketakutan itu," tutur lelaki yang juga guru mengaji di masjid setempat, Selasa (30/01) sore, kepada wartawan di Surabaya.

"Seringnya kejadian itu. Kemudian di wilayah ini kurang adanya sosialisasi tentang HIV, gitu lho. Jadinya warga dan pekerja-pekerja seksual itu sepertinya kurang mendapatkan sosialisasi. Mendapatkan edukasi itu kayaknya nggak ada," kata Heri.

Heri menyoroti pekerjaan ES sebagai PSK dan juga maraknya prostitusi di daerah tersebut.

Kampung padat penduduk yang salah satu gangnya terdapat beberapa rumah yang menyewakan kamar bebas tamu dan hanya berjarak satu kilometer dari eks lokalisasi Dolly dan Jalan Jarak, dikatakan Heri, sampai sekarang masih eksis beroperasi.

Meskipun lokalisasi Dolly sendiri sudah ditutup Walikota Tri Rismaharini pada 11 tahun lampau.

"Dari pihak pemerintahnya sendiri, meskipun lokalisasi Dolly dan lainnya sudah tutup, ternyata [di sini] masih ada [praktik prostitusi liar]. Saya katakan ini karena kurang pengawasannya dari Pemkot," kata Heri.

Heri mengeklaim bahwa Modin seperti dia yang merupakan perangkat pekerja sosial yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Pemkot Surabaya, masih terus melayani warga sebaik mungkin.

Dia juga mengaku sudah mengetahui prosedur standar untuk menangani jenazah warga yang mengalami sakit seperti AIDS.

"Kami dapatkan ilmunya dari pelatihan dari teman-teman LSM dan modin-modin sebelumnya," paparnya.

"Kami bekerja sama [khusus untuk merawat jenazah perempuan dengan kasus tertentu seperti HIV-AIDS] dengan beberapa LSM." lanjutnya.

"Untuk misalnya jenazahnya warga laki-laki ya kami yang tetap menanganinya. Itu tanggung jawab kami sebagai sesama manusia makhluk Allah," pungkas Heri. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul HEBOH Jenazah PSK Ditolak Warga Gara-gara Idap HIV, tak Ada yang Mau Urus Karena Takut Tertular, 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved