Berita Regional
Kepala Digetok sampai Bunyi hingga Disetrika, Kisah Pelarian 5 ART Asal Brebes Naik Pagar Kawat Duri
Kisah lima pembantu rumah tangga (PRT) asal Brebes yang melarikan diri karena disiksa majikan
TRIBUNJATENG.COM - Kisah lima pembantu rumah tangga (PRT) asal Brebes yang melarikan diri karena disiksa majikan.
Ada yang disetrika dan kepala digetok hingga bunyi.
Saat kabur mereka naik pagar berkawat duri hingga tubuh mereka luka-luka.
Kelima PRT di Jalan Jatinegara Timur II, Rawa Bunga, Jatinegara, ternyata bukan bawaan Yayasan.
Lima pembantu yang berasal dari Brebes, Jawa Tengah ini ternyata disalurkan oleh perorangan dan dijanjikan gaji untuk bekerja sebagai PRT di Jakarta.
Baca juga: Tangis 5 ART yang Kabur Panjat Pagar Kawat Duri, Cerita Disiksa Majikan Digetok Disetrika Ga Digaji
Baca juga: 9 Hari Banjir Karanganyar Demak, Air Masih Menggenangi Pemukiman, 22 Ribu Jiwa Masih Mengungsi
"Jadi ada salah satu tetangga yang kenal dan bekerja disini (di Jakarta), jadi dia yang membawa (para korban). Jadi betul bukan dari penyalur (PRT)," kata Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestro Jakarta Timur, AKP Sri Yatmini.
Kata Sri, korban mengenal pelaku penyalur dari mulut ke mulut.
Kelima korban lalu didatangkan dari kampung halaman untuk bekerja di Jalan Jatinegara Timur II, Rawa Bunga, Jatinegara.
Alih-alih dapat pekerjaan yang nyaman, kelima PRT itu diduga mengalami penyiksaan.
Bahkan mereka mengaku, tak diberi gaji sesuai yang dijanjikan.
Lima pembantu rumah tangga itu kabur dari rumah majikannya pada Senin (12/2/2024), sekira pukul 02.30 WIB dini hari.
Kaburnya lima PRT ini, sempat membuat geger warga sekitar.
Sebab, mereka kabur dengan cara memanjat tembok, atap, serta pagar setinggi 2 meter sambil ketakutan.
Kepada warga, mereka bercerita ada penyiksaan di dalam rumah majikannya itu.
Oleh karena itu, mereka memilih kabur.
Parahnya lagi, mereka mengaku sering disuruh bekerja melebihi jam kerja normal sampai dini hari.
Majikannya, disebut sering kasar apabila mereka melakukan kesalahan.
Terkini, lima korban sudah berada di rumah aman untuk proses pemulihan serta pendampingan psikologis.
Sri mengungkap, pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait sosok majikan kelima ART itu.
Rumah yang ditinggali itu, awalnya merupakan klinik dokter gigi anggota keluarga pelaku.
Namun setelah dokter yang membuka praktik meninggal, sudah tidak ada kegiatan klinik di lokasi.
"Informasi dari keluarganya (dokter membuka praktik) sudah meninggal. Jadi sudah tidak digunakan untuk praktik. Hanya (ditinggali) pelaku saja dengan salah satu ibu diduga pelaku," tuturnya.
Kisah pelarian
Kisah lima asisten rumah tangga (ART) yang kabur dari rumah majikannya.
Mereka memutuskan lari dengan mempertaruhkan nyawa karena mesti memanjat pagar tinggi berkawat duri.
Kepada warga yang menolong mereka pun mengisahkan penganiayaan yang dialami sambil menangis.
Para ART itu kabur dari rumah majikan di Jalan Jatinegara Timur II, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (12/2/2024) sekitar pukul 02.30 WIB.
"Salah satunya nangis. Saya tanya kenapa, dia bilang takut. Dia bilang (mereka) kerja di dalam.
Ada lima orang yang kerja. Mereka mau pergi, kabur. Mereka bilang di sana disiksa," ungkap saksi mata bernama Vina (39) kepada Kompas.com di sekitar lokasi kejadian, Selasa (13/2/2024).
Saat itu, Vina yang sedang menginap di kantor dibangunkan oleh temannya.
Sebab, ada keributan di depan kantor mereka.
Awalnya, mereka mengira ada orang hendak bunuh diri.
Namun, saat ke luar kantor, mereka melihat cukup banyak orang berkumpul di depan sebuah rumah.
Satu orang sedang berdiri di pagar berkawat duri dan satu orang lagi berada di atap.
Saat menanyakan hal yang terjadi, Vina melihat satu orang lainnya di luar pagar.
Orang itu dalam keadaan berdarah.
"Ada satu anak lagi nangis. Siku kanannya berdarah, lutut kanannya berdarah. Insting saya jalan, mereka enggak sedang bercanda. Ada sesuatu," ungkap Vina.
Kepada Vina, tiga orang itu mengatakan bahwa mereka ingin kabur dari rumah tersebut karena dianiaya majikan.
"Sering dipukul. Ada yang kepalanya digetok sampai bunyi, ada juga yang pinggangnya disetrika. Bekas setrikaan ada di pinggang sebelah kanan," ucap Vina.
Saat itu Vina membantu orang yang berdiri di pagar kawat berduri untuk turun.
Sementara itu, mayoritas warga yang berkerumun hanya menonton.
"Yang di atap, dia nyusurin (pijakan di) tembok dan jalan pelan-pelan. Dia dibantu turun juga.
Mereka pada bawa dua tas hitam dan satu tas pink. Saya bawa ke depan kantor saya," Vina berujar.
Menurut tiga orang itu, dua ART lainnya sudah kabur satu jam sebelumnya.
Dua yang kabur lebih dulu juga mengalami luka-luka.
"Luka karena lompat dari tembok, jatuh ke tembok beling-beling (punya) bangunan di sebelah rumah itu, kena muka. Satu dibawa ke rumah sakit, satu lecet saja. Saya enggak ketemu dua orang itu," ungkap Vina.
Vina dan beberapa orang lainnya memutuskan untuk membawa tiga ART itu ke Mapolres Metro Jakarta Timur.
Vina mengatakan, saat ini laporan dugaan penganiayaan terhadap lima ART itu sudah diterima oleh Polres Metro Jakarta Timur. (Tribunjakarta)
Polisi Bunuh Polisi, Sandiwara Briptu Rizka Terbongkar, Ternyata Pelaku Pembunuhan Brigadir Esco |
![]() |
---|
Jaksa Negara Mundur, Gibran Kini Sendirian Lawan Gugatan Rp 125 Triliun |
![]() |
---|
Rekaman CCTV Ungkap Aksi Rezaldy Tewaskan Nenek 71 Tahun |
![]() |
---|
Buronan Nekat Datangi Polres Buat Laporan Kehilangan Tas, Ketahuan karena Grogi saat Ditanya Petugas |
![]() |
---|
Kelabuhi Pengurus Desa, 4 Tenaga Pendamping Desa Bertahun-tahun Korupsi Rugikan Negara Rp2,9 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.