Bermacam Faktor Penyebab Lonjakan Harga Beras di Kabupaten Batang
Pasca Pemilu 2024, harga beras di Kabupaten Batang mengalami peningkatan yang signifikan. Apa yang menyebabkan lonjakan harga tersebut?
Penulis: dina indriani | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Pasca Pemilu 2024, terjadi peningkatan harga beras di Kabupaten Batang.
Triossy Juniarto, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kabupaten Batang, menyatakan bahwa beberapa faktor memengaruhi kenaikan harga beras.
Mulai dari faktor politik hingga bencana alam, semuanya turut berkontribusi pada fenomena ini secara nasional.
Baca juga: Video Tekan Harga Beras, Disdag Solo Gelar Gerakan Pangan Murah di 10 Pasar
"Ini bukan hanya masalah lokal, tetapi juga terjadi di seluruh Indonesia. Jelang Pemilu, harga beras cenderung naik karena banyak faktor," ujarnya, pada Kamis (22/2/2024).
Mursiti, seorang Ahli Muda Analis Perdagangan di Disperindagkop dan UKM Kabupaten Batang, menambahkan bahwa harga beras Medium saat ini mencapai Rp 15 ribu per kilogram, sedangkan beras Premium dijual seharga Rp 16 ribu.
Dia menjelaskan bahwa salah satu faktor utama adalah ketidakstabilan musim.
"Kondisi cuaca yang tidak menentu, seperti kemarau panjang dan curah hujan yang tinggi, serta situasi politik yang memanas, semuanya berdampak pada harga beras. Terlebih lagi, Pemilu memicu peningkatan permintaan," jelas Mursiti.
Dampak dari Pemilu juga berdampak pada pasokan beras.
Curah hujan yang tinggi dan banjir di beberapa daerah di Jawa Tengah mengganggu distribusi beras ke Kabupaten Batang.
Kabupaten Batang mengandalkan pasokan beras dari wilayah timur Jawa Tengah, seperti Grobogan dan Purwodadi.
Namun, banjir yang melanda daerah-daerah tersebut pada awal tahun ini menyebabkan gagal panen dan berdampak pada ketersediaan beras di Kabupaten Batang.
Untuk mengatasi situasi ini, Disperindagkop dan UKM bekerja sama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam mendistribusikan beras murah melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Harga beras SPHP ditetapkan sekitar Rp 11 ribu per kilogram, beras ini didistribusikan ke pasar-pasar tradisional di Kabupaten Batang, terutama di Batang, Limpung, Bawang, dan Bandar.
Tiap pekan, pihaknya mendistribusikan hingga 20 ton beras SPHP menyesuaikan kebutuhan dan permintaan.
"Minimal 1 minggu sekali untuk mengirimkan beras SPHP ke pasar-pasar. Kemarin, pasar Batang menerima 10,5 ton, sedangkan pasar Bawang menerima 12,5 ton," tandasnya.
Selain itu, Disperindagkop dan UKM juga masih berupaya melaksanakan operasi pasar murah (OPM) beras, agar bisa menekan harga beras di pasaran, namun saat ini masih terkendala oleh anggaran.
"Saya Dijauhi" Kisah Mistono Korban Salah Vonis HIV, Kencing Berdarah Ternyata Ada Selang di Tubuh |
![]() |
---|
Penderitaan Mistono Karena Salah Divonis HIV RSUD Batang, Dijauhi Keluarga Tubuh Terus Melemah |
![]() |
---|
Sosok Mistono, Korban Dugaan Malapraktik RSUD Batang Yang Dijauhi Keluarga Karena Salah Vonis HIV |
![]() |
---|
BREAKING NEWS Pria Asal Batang Divonis HIV Usai Operasi Ginjal, Ternyata Ada Selang 30 Cm Tertinggal |
![]() |
---|
Batang Jadi Lokasi Program Utama Perhutanan Sosial Inklusif, 5 Desa Tunjukkan Praktik Wanatani |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.