Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Kondisi Perekonomian Global dalam Ketidakpastian, Destry: RI Pun bakal Terimbas

Bank Indonesia (BI) menyebut kondisi perekonomian global sampai dengan saat ini masih dibayang-bayangi ketidakpastian.

PEMKOT SEMARANG/WIDI KRENOVA
Gedung Bank Indonesia ini terletak di Jalan Imam Bardjo SH No 4. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut kondisi perekonomian global sampai dengan saat ini masih dibayang-bayangi ketidakpastian.

Hal itu disebabkan oleh berbagai peristiwa yang mengakibatkan prospek ekonomi dunia tidak menentu.

"Dalam ekonomi global ini ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita semua, karena sebenarnya semua ini menggambarkan ekonomi global itu belum pulih dari ketidakpastian," tutur Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam diskusi virtual LPPI, Jumat (23/2).

Menurut dia, fenomena pertama yang mewarnai dinamika global ialah tensi geopolitik yang terjadi di kawasan Eropa dan Timur Tengah. Konflik antara Ukraina dan Rusia, serta Israel dengan Hamas telah mengakibatkan disrupsi rantai pasok global.

Teranyar, konflik yang terjadi di Timur Tengah membuat distribusi melalui Terusan Suez yang berada di antara Laut Tengah dan Laut Merah terganggu. Imbasnya, rantai pasok sejumlah negara, khususnya di Eropa, semakin terganggu.

"Yang biasanya melalui Terusan Suez akhirnya harus berputar karena adanya konflik di Middle East, dan itu mengakibatkan terganggunya arus barang," jelasnya.

Destry menuturkan, fenomena lain yang perlu menjadi perhatian ialah tingkat suku bunga acuan tinggi bank sentral negara maju, yang masih akan berlangsung, atau biasa disebut higher for longer.

Meski tingkat suku bunga acuan berbagai negara sudah mencapai puncaknya, ia berujar, hal itu belum dapat dipastikan kapan bank sentral bakal menurunkannya.

"Sekarang masalahnya adalah kapan timingnya, dan berapa besar The Fed (bank sentral AS) akan mulai menurunkan suku bunganya," ujarnya.

Destry menyatakan, momen higher for longer kemudian berimbas terhadap laju pertumbuhan ekonomi. BI memproyeksi, pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini melambat menjadi 2,8 persen, turun dari 2023 yang diprediksi sebesar 3 persen.

Bukan hanya pertumbuhan yang melambat, dia menambahkan, perekonomian dunia juga menunjukan adanya fragmentasi. Satu buktinya ialah laju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang terjaga, sementara di sisi lain China serta beberapa negara Eropa mengalami pelemahan ekonomi.

"Apa yang terjadi di ekonomi global paling tidak akan mempengaruhi perekonomian kita, baik itu di sektor keuangan kita maupun sektor riil kita," ucapnya.

Moderat

Adapun, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, kondisi perekonomian Indonesia masih relatif moderat di saat perekonomian global mengalami tekanan.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan tetap terjaga di kisaran 5 persen. Ia menyebut, kondisi perekonomian Indonesia yang baik tercermin dari beberapa indikator yang baik pada Januari 2024.

“Sampai Februari inipun masih terlihat bahwa berbagai indikator menunjukkan adanya indikasi pertumbuhan yang masih bisa terjaga,” katanya, dalam konferensi pers, Kamis (22/2).

Menkeu menuturkan, hal itu di antaranya PMI Manufaktur Indonesia yang konsisten ekspansi dalam 29 bulan berturut-turut, mencapai 52,9 pada Januari 2024. Kemudian dalam waktu yang sama, konsumsi listrik untuk bisnis tumbuh 8,9 persen year on year (yoy), meskipun untuk industri sedikit turun 0,5 persen yoy.

Dari sisi konsumsi, dia menambahkan, Indeks Keyakinan Konsumen terjaga di angka 125, Mandiri Spending Indeks meningkat 40,0 persen yoy, dan Indeks Penjualan Riil tumbuh 3,7 persen yoy.

“Indonesia dalam situasi yang relatif baik. Namun kalau kita lihat dari kegiatan manufaktur sampai dengan awal tahun, dunia memang tidak dalam posisi yang cukup baik,” bebernya.

Menkeu menyatakan, PMI manufaktur global pada Januari 2024 sudah menginjak di level 50, tetapi jika dilihat dari berbagai negara di dunia, hanya 27,3 persen negara yang PMI manufakturnya ekspansif, sedangkan 50 persen dari berbagai negara kegiatan PMI manufakturnya mengalami kontraksi atau di bawah 50.

“Jadi Indonesia termasuk kelompok baik atau terbaik di 27,3 persen (negara-Red). Kita bersama Filipina, India, Tiongkok, Meksiko, dan Rusia. Di sisi lain, PMI Manufaktur Global per Januari 2024 mulai membaik. Aktivitas sektor manufaktur di Amerika Serikat, Korea Selatan, Vietnam, Brazil, dan Australia pulih ke zona ekspansi," terangnya.

"Sementara itu, negara yang mengalami kontraksi antara lain Eropa, Jerman, Prancis, Italia, Inggris, Jepang, Thailand, Malaysia, Turki, Kanada, dan Afrika Selatan. Artinya, kondisi dunia masih dalam posisi yang cukup ringkih atau rentan,” sambungnya. (Kompas.com/Rully R Ramli/Kontan/Siti Masitoh)

Baca juga: Pasar Modal Tetap Positif Usai Pemilu 2024

Baca juga: Sah! Daftar Tarif Listrik Token Listrik PLN Senin 26 Februari 2024 Beli Rp 1 Juta Dapat Segini

Baca juga: SAH! Harga BBM Terbaru Seluruh Indonesia Mulai Hari Ini Senin 26 Februari 2024, Cek JAWA BALI DIY

Baca juga: Jadwal Lengkap Kereta Cepat Whoosh Senin 26 Februari 2024, Padalarang Bandung Hingga 21.12 WIB

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved