Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Daftar Daerah di Jateng yang Kenaikan Harga Berasnya Tertinggi, Devi: Katanya Negara Agraris

Ibu dua putra itu juga mengatakan, beberapa waktu lalu ia harus keliling untuk mencari beras ke sejumlah minimarket

Editor: muslimah
TRIBUNJATENG/Fajar Bahruddin Achmad
Rofik, pedagang beras di Pasar Pagi Tegal, menunjukkan beras jenis premium, Rabu (28/2/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Harga beras premium di pasaran Jateng terus merangkak naik.

Hal itu juga tercatat pada Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SiHati) Jateng.

Dari pendataan SiHati, kenaikan harga komoditi beras terjadi di 35 kabupaten/kota di Jateng.

Persentase kenaikan harga beras tertinggi ada di 6 kabupaten kota, di mana kenaikan harga beras di atas 10 persen jika dihitung secara periodik mingguan.

Beberapa daerah tersebut yaitu Kabupaten Kebumen, Demak, Grobogan, Sragen, Blora dan Pati.

Baca juga: Kisah Irwan Sokip Berikan Mahar 50 Kg Beras Kepada Ikrima Zakiyah: Ini Hasil Tanam dan Panen Sendiri

Baca juga: Kenaikan Harga Beras Jadi Biang Kerok Inflasi Jateng Februari 2024

Sementara untuk harga beras tertinggi per 29 Februari 2024, Kota Tegal mencatatkan rekor dengan harga beras Rp 16.833 per kilogram atau tertinggi di Jateng.

Selain Kota Tegal, Kota Magelang menempati posisi ke dua di Jateng dengan harga beras premium mencapai Rp 16.566 perkilogram.

Sementara rata-rata harga beras di kabupaten kota lainnya di Jateng tembus di angka Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu lebih.

Merangkaknya harga beras sangat memberatkan masyarakat khususnya para ribu rumah tangga. Pasalnya, beras masih menjadi kebutuhan utama untuk mencukupi pangan.

"Katanya Indonesia negara agraris, tapi nyatanya beras mahal. Yang terdampak masyarakat kecil, seperti kami ini," terang Devi, satu di antara ibu rumah tangga asal Kota Semarang, Jumat (1/3).

Ibu dua putra itu juga mengatakan, beberapa waktu lalu ia harus keliling untuk mencari beras ke sejumlah minimarket.

Ia mengaku selain mahal, ketersediaan beras di pasaran juga langka.

"Walaupun sekarang sudah mudah, tapi harganya tetap tinggi, bahkan saya beli beras 5 kilogram mencapai Rp 80 ribu lebih," katanya.

Devi sangat berharap ada pengendalian harga beras, pasalnya kenaikan harga beras menyusahkan masyarakat.

"Apalagi sebentar lagi memasuki Ramadan, pasti harganya akan lebih gila lagi," paparnya.

Adapun Pemprov Jateng terus berupaya menekan harga beras lewat berbagai upaya. Satu di antaranya melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) yang telah digelar beberapa waktu lalu.

Bahkan menurut Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana, GPM masih akan dilaksanakan sampai Lebaran mendatang. Ia mengatakan, Pemprov Jateng menargetkan 100 kali GPM digelar di berbagai wilayah di Jateng.

"Untuk realisasi GPM sampai sekarang sudah 72 kali, ke depan masih akan digelar lagi," jelasnya.

GPM menurutnya akan menekan harga komoditi pangan seperti beras yang masih tinggi. Lewat GPM Pemprov Jateng akan memberikan subsidi ke vendor penyelenggara GPM. Hal tersebut guna memberikan harga komoditi pangan lebih murah dari pada harga pasaran.

"Kami harap GPM bisa membantu masyarakat untuk mendapatkan beras lebih murah. Selain itu untuk menekan hatga beras dan menurunkan inflasi," imbuhnya. (bud)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved