Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Capai Target Eliminasi Tuberkulosis, Pemkab Tegal Perkuat Kolaborasi Multisektor

Tuberkulosis masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia, sehingga kolaborasi multisektoral mutlak diperlukan untuk mencapai target eliminasi

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: m nur huda
Dokumentasi Humas Pemkab Tegal
Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Amir Makhmud (keempat dari kiri), bersama sejumlah pejabat pemerintah dan perwakilan USAID berpose salam TOSS TBC atau temukan, obati sampai sembuh saat peuncuran program Bebas TB USAID, di Syailendra Covention Hall Hotel Grand Dian Slawi, Kamis (29/2/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SLAWITuberkulosis masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia, sehingga kolaborasi multisektoral mutlak diperlukan untuk mencapai target eliminasi tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030. 

Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan Indonesia menduduki peringkat kedua kasus tertinggi di dunia setelah India dengan jumlah kasus mencapai 1,06 juta orang, dan 134 ribu kematian atau rata-rata 16 orang meninggal setiap jamnya karena tuberkulosis. 

Informasi ini mengemuka saat peluncuran program Bebas TB, hasil kerja sama Pemkab Tegal dengan Lembaga Donor United States Agency for International Development (USAID), atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat di Syailendra Covention Hall Hotel Grand Dian Slawi, Kamis (29/2/2024).

Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Amir Makhmud, mengungkapkan Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah dengan beban kasus TBC tinggi. 

Jumlah temuan kasus TBC SO atau sensitif obat tahun 2023 lalu mencapai 5.088 kasus, atau 353 kasus TBC per 100.000 penduduk. 

Banyaknya temuan kasus ini karena kegiatan deteksi untuk mencari dan menemukan kasus TBC bersama surveilans sangat gencar dilakukan, terutama pada kelompok risiko. 

Temuan kasus ini 209 persen lebih tinggi dari target estimasi sebelumnya di angka 2.430 kasus.

Dari kasus TBC yang berhasil ditemukan, 4.721 kasus mulai melakukan pengobatan, di mana 765 kasus diantaranya merupakan TB anak, 74 kasus TBC resisten obat dan selebihnya adalah kasus TB ronsen. 

Sementara keberhasilan pengobatan kasus TBC sepanjang tahun 2022 lalu mencapai 3.936 orang atau 89 persen dari 4.721 penderita. 

Penderita putus berobat 289 orang atau 6,5 persen, dan meninggal dunia 175 orang atau 3,7 persen.

Menurut Amir, kerja sama antara pemerintah, swasta, komunitas, dan mitra pembangunan lainnya sangat diperlukan untuk membangun kesadaran setiap orang dalam mengatasi tuberkulosis secara komprehensif, mulai dari pencegahan hingga pengobatan, termasuk menemukan kasus TBC.

Pihaknya pun mengestimasi temuan TB di masyarakat tahun 2024 ini bisa mencapai 6.633 kasus. 

“Prinsipnya, semakin banyak kasus kita temukan, semakin baik karena mereka bisa cepat teridentifikasi dan cepat tertangani karena memang obatnya sudah ada, ampuh dan semuanya gratis bagi pasien tuberkulosis,” jelas Amir Makhmud, dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Sabtu (16/3/2024). 

Selain itu, sambung Amir, dukungan kepada pasien tuberkulosis juga dapat diberikan melalui pemberian nutrisi dan gizi seimbang, biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan, ataupun dukungan sosial untuk pemberdayaan ekonomi bagi keluarga yang terdampak.

Sebab permasalahan TBC tidak hanya berdampak terhadap kesehatan, tetapi juga sosio ekonomi, kemiskinan ekstrem, dan gangguan gizi. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved