Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Inilah Sosok Muham Anak Yatim Penjual Keripik Punya Tabungan Jutaan Rupiah, Bisa Modali Ibu

Inilah sosok Muhammad Habiburrahman Ali atau akrab disapa Muham, seorang anak yatim penjual keripik.

Editor: rival al manaf
istimewa
Bocah penjual keripik punya tabungan jutaan sampai modali ibunya jualan cilok, Dedi Mulyadi pun kagum (via Tribun Jabar) 

TRIBUNJATENG.COM - Inilah sosok Muhammad Habiburrahman Ali atau akrab disapa Muham, seorang anak yatim penjual keripik.

Muham masih berusia 10 tahun dan duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Meski masih berusia belia, namun ia sudah berhasil menaklukan kerasnya kehidupan.

Dikatakan berhasil karena Muham tidak hanya menjalani kehidupan sebagai pelajar namun juga bekerja sebagai penjual keripik.

Baca juga: Viral Emak-emak Naik Sepeda Listrik Lawan Arus Hingga Buat Truk dan Mobil Mengalah, Ditegur Ngamuk

Baca juga: Viral Sopir Xpander Galang Donasi Usai Tabrak Porsche, Begini Jawaban Kitabisa

Bahkan hasil jualannya bisa ditabung hingga ia mampu memberi modal ibu jualan cilok.

Kehidupan seorang anak yatim tersebut bisa menjadi contoh bagi seluruh anak-anak di Indonesia.

Tak ayal kisah si bocah menjadi sorotan karena menginspirasi.

Sosok bocah tersebut terungkap saat Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengisi Safari Ramadan di Kabupaten Bogor membawa berbagai kisah inspiratif.

Bocah tersebut bernama Muhammad Habiburrahman Ali.

Ia adalah seorang pelajar kelas 4 MI di Kabupaten Bogor yang sehari-harinya berjualan keripik dan tisu.

Anak tunggal tersebut kini hidup berdua dengan sang ibu saja karena ayahnya telah meninggal dunia.

Bocah yang disapa Muham tersebut mengaku mulai berjualan dari jam 3-4 sore sampai jam 9 malam saat bulan puasa.

"Sehari kalau ramai bisa dapat Rp200 ribu, kalau sepi Rp50 ribu, untungnya setengah dari itu," ungkap Muham, dilansir dari Tribun Jabar.

Dari hasil jualan tersebut, Muham sudah memiliki tabungan yang jumlahnya mencapai Rp1,5 juta.

Menurutnya setiap berjualan hasil keuntungan selalu ditabung di celengan, ia hanya menyisihkan Rp5 ribu untuk jajan.

Muham mengatakan, tabungan tersebut akan ia gunakan untuk keperluan sekolah.

Tak hanya itu, ia pun kerap memberikan modal tambahan untuk sang ibu jualan cilok jika diperlukan.

"Tabungannya untuk sekolah, dikasih juga ke mama untuk tambahan modal jualan cilok, jumlahnya enggak tentu, tergantung mama mintanya berapa," tuturnya.

Setelah pulang berjualan, Muham tak langsung tidur, tapi ia mencuci pakaiannya sendiri dan bahkan menyetrikanya jika sudah kering.

"PR kerjainnya di rumah, kalau belajar bisa sambil jualan, kalau enggak pagi."

"Soalnya kan habis sahur itu enggak pernah tidur lagi, biasanya sambil belajar," kata bocah yang lebih menyukai roti dibanding nasi tersebut.

Sementara itu, Kang Dedi Mulyadi menilai, anak tersebut telah melampaui pendidikan hidup yang lebih tinggi dari usianya.

Sebab biasanya, bocah seusia Muham masih sibuk untuk bermain.

"Kamu ini sudah ganteng, pintar, hebat lagi. Kamu sudah melampaui sekolah tertinggi dalam hidup," ucap Dedi Muyadi.

"Jualan uangnya ditabung, nyuci sendiri, nyetrika sendiri, orang kuliahan saja belum tentu bisa seperti itu," tambahnya.

"Banyak orang dewasa yang masih minta uang ke orang tua, jadi beban orang tua," lanjut KDM.

Dedi Mulyadi pun meyakini, kerja keras sejak dini yang dilakoni Muham akan membuahkan hasil.

"Orang kerja keras itu pasti ada jalan menuju keberhasilan."

"Orang yang kerjanya tidur makin jauh dari kesuksesan," kata KDM.

Setelah berbincang, Muham pun diajak Dedi Mulyadi untuk berbelanja kebutuhan pokok untuk satu bulan ke depan di sebuah minimarket.

Nantinya, hasil jualan Muham dan ibunya bisa ditabung karena semua kebutuhan pokok telah terpenuhi.

Tak lupa, Dedi Mulyadi juga memberikan uang tambahan kepada Muham untuk tabungan masa depan.

Kisah lain datang dari seorang penjual bakso yang dicap anak gagal oleh keluarga, kini siap-siap berangkat ke Jepang.

Pria asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut kini sedang mengadu nasib di Jakarta usai ayahnya meninggal dunia.

Saat tiba di Jakarta, Aditya awalnya bekerja sebagai penjaga warung ayam penyet selama 1,5 tahun.

Hingga akhirnya ia ditawarkan oleh temannya untuk berdagang bakso keliling.

Dari hasil kerja kerasnya berjualan bakso, Aditya mendapatkan upah Rp150.000 dalam sehari.

Berjuang menyambung hidup menjadi seorang pedagang bakso, pekerjaan Aditya tersebut malah dianggap kegagalan oleh saudara-saudaranya.

"Saya disebut sebagai 'anak gagal' sama saudara dan tetangga ibu saya," kata Aditya sambil menahan tangis.

Ia mengaku selalu dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

Kendati demikian, ia tidak merasa malu dengan pekerjaannya tersebut.

"Enggak malu. Kenapa harus malu karena saya dagang?" ucap dia ketika ditemui di lapak berjualannya yang ada di Balai Kartini, Jakarta Selatan, pada Minggu (3/3/2024).

Pria berusia 20 tahun ini mengatakan, ayahnya meninggal ketika ia masih sangat muda.

Ketika itu, kedua orang tuanya diketahui memang sudah berpisah.

"(Saya) umur 18 tahun, bapak saya meninggal, orang tua juga bercerai," ucap Aditya, dikutip dari Kompas.com.

Ketika orang tuanya berpisah, Adit tinggal bersama sang ayah di Sukabumi, sementara kedua adiknya tinggal bersama ibu.

Karena hal itu juga, ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya dan berhenti ketika duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA).

Adit merasa kecewa atas perceraian kedua orang tuanya sampai ia harus putus sekolah.

Akan tetapi, ia berpesan kepada sang ibu agar kedua adiknya tidak bernasib sama sepertinya.

"Kecewa. Adik saya jangan sampai putus sekolah, jangan kayak saya!" tegas Adit.

Adit juga bercerita, ketika duduk di bangku SMP, ia bercita-cita sebagai seorang TNI.

Akan tetapi, ia harus mengubur mimpinya karena sang ibu tidak merestui.

Ibunya melarang Aditya menjadi TNI karena risiko dari profesi tersebut sangat tinggi.

Pedagang bakso ini juga merasa ibunya lebih mementingkan kakak-kakaknya.

"Dulu, ibu saya lebih mementingkan abang dan kakak dibanding saya," tutur dia.

Karena hal itu pula, semenjak kepergian sang ayah di tahun 2018, Aditya memilih mengadu nasib di Jakarta.

Menjalani kehidupan di Jakarta memang tak semudah yang dibayangkan.

"Hidup di Jakarta susah, harus punya etika, dan sopan santun," kata dia.

Kini Adit tengah mempersiapkan diri untuk mengadu nasib di Jepang.

"Saya niatnya mau bareng teman kerja ke Jepang, kerja bangunan," kata Aditya.

"Tapi, sekarang saya lagi ikut paket C dulu," imbuhnya.

Ia hendak bekerja di Jepang untuk mengumpulkan modal agar bisa membuka usaha di Indonesia.

Aditya mengatakan, jika dirinya sudah sukses nanti, ia tetap akan memaafkan sang ibu.

"Saya udah maafin dari dulu, saya ngalah orangnya," pungkas Aditya.

 

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kisah Bocah Penjual Keripik Punya Tabungan Jutaan, Bisa Modali Ibu Jualan Cilok: Rp5 Ribu Buat Jajan, 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved