Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2024

Cerita Ramadan di Belanda, Imron Mahasiswa Asal Pemalang Susuri Jalan - Udara Dingin untuk Tarawih

Tribun Jateng melakukan korespondensi dengan salah satu warga Indonesia, Mukh Imron Ali Mahmudi (30) yang saat ini sedang kuliah doktoral di Belanda

Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: Muhammad Olies
Ist/Dok Pribadi Imron
Suasana buka bersama mahasiswa di jurusan Institute of Cultural Anthropology and Development Sociology Universitas Leiden Belanda saat Ramadan tahun ini. 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Pengalaman berpuasa Ramadan bagi masing-masing orang pasti berbeda, apalagi beda negara.

Tribun Jateng melakukan korespondensi dengan salah satu warga Indonesia, Mukh Imron Ali Mahmudi (30) yang saat ini sedang kuliah doktoral di Univesitas Leiden Belanda.

Imron, sapaan akrabnya, baru pindah dari Pemalang Jawa Tengah ke Belanda baru beberapa bulan yang lalu. Ini merupakan kali pertama berpuasa di Negeri Belanda.

Menurut mahasiswa jurusan Institute of Cultural Anthropology and Development Sociology, Leiden University itu mengungkapkan kesan berpuasa di Belanda.

"Enaknya adalah cuacanya dingin. Jadi terlalu tidak terasa haus. Selain itu, karena ini masih musim semi, jadi jam subuh dan maghribnya masih mirip dengan di Indonesia," ucapnya kepada Tribun Jateng, Jumat (22/3/2024).

Baca juga: 10 Agenda Amaliyah Masjid Baitunnur Blora Selama Ramadan, Ada Buka Bersama

Menurut Imron, meskipun semakin mendekati summer, waktu maghribnya semakin malam. Sementara waktu subuhnya semakin dini.

"Selain itu, sebagai mahasiswa PhD, waktu kerja/belajar saya sangat flexibel, kadang WFH, kadang di kantor/kampus. Jadi bisa punya waktu yang tenang dan intim juga untuk berefleksi saat Ramadan begini," terangnya.

Namun, di sisi lain, pengalaman yang kurang mengenakan tinggal di Belanda saat Ramadan ini yakni terkait tempat tinggal menuju masjid.

"Bagi yang tempat tinggalnya jauh dari masjid, butuh usaha ekstra menyusuri jalan dan udara malam yang sangat dingin untuk ikut salat jamaah dan tarawih. Seringkali memilih salat tarawih di rumah sendiri," jelasnya.

Mengambil studi di Institute of Cultural Anthropology and Development Sociology, Leiden University menjadi berkah tersendiri bagi Imron.

Alumnus Sosiologi dan Antropologi Unnes itu menyebut, di jurusannya itu lingkungan kerjanya sangat inklusif dan dari latar negara dan agama yang beragam.

Pada pekan pertama puasa, dia bersama mahasiswa lain menyelenggarakan Potluck Iftar, semacam buka bersama dengan peserta dari beragam agama dan negara, membawa makanan khas dari masing-masing.

"Kami jadi bisa saling kenal dan bertukar makanan maupun kultur budaya," ujarnya.

Sementara, bila rindu masakan Indonesia, dia tak khawatir. Hal itu lantaran ada beberapa warung Indonesia yang ada di kota dia tinggali.

"Bumbu-bumbu Indonesia atau Asia juga cukup lengkap di sini, meskipun harganya tentu berbeda dari Indonesia, apalagi untuk masakan-masakan matang biasanya lebih mahal dibanding bahan mentah," teranganya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved