Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN Saizu

Akademisi PIAUD UIN Saizu Purwokerto Kritik Konsepsi Generasi Emas

Akademisi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) UIN Profesor Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto, Dr Asef Umar Fakhruddin memberikan kritik terda

Editor: Editor Bisnis
IST
Akademisi PIAUD UIN Saizu Purwokerto Kritik Konsepsi Generasi Emas 

TRIBUNJATENG.COM - Akademisi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) UIN Profesor Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto, Dr Asef Umar Fakhruddin memberikan kritik terdapat konsepsi Generasi Emas 2045. Tagline Generasi Emas harus benar-benar dibumikan, bukan hanya sekadar jargon dan slogan saja.

Menurut dia, Generasi Emas sudah menjadi pembahasan umum di masyarakat yang dirujukkan pada tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 1945. Karena itu, konsepsi Generasi Emas ini merujuk pada generasi Indonesia pada tahun 2045 kelak atau 100 tahun kemerdekaan bangsa ini.

"Menyambut tahun keramat tersebut, banyak kegiatan, program, bahkan tagline dengan menggunakan Generasi Emas sebagai fokusnya. Meski demikian, tidak semua sepakat sepenuhnya dengan konsepsi generasi emas tersebut. Salah satunya saya," ungkap Koordinator Program Studi PIAUD FTIK UIN Saizu Purwokerto itu.

Hal ini Dr Asef sampaikannya saat menjadi dosen tamu pada kegiatan Seminar Nasional dan Rapat Anggota Tahunan IV Perkumpulan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PPIAUD) Indonesia di Kampus UIN Alauddin Makassar. Kegiatan tersebut digelar sejak tanggal 1-3 Mei 2024.

Menurutnya, apabila Generasi Emas bermakna generasi unggul, produktif, serta termaksimalkan semua potensi dan kecerdasannya, memang seharusnya demikian.
Tetapi, apabila hanya slogan namun tidak ada aktualisasi berupa kebijakan maupun program untuk mewujudkan slogan itu, justru dapat melahirkan keterlenaan.

Untuk mewujudkan generasi unggul, produktif, serta kreatif, perlu ada kebijakan dan program progresif yang menopang dan memperkokoh konsepsi tersebut. Penekanan ini berpijak pada masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

Seperti halnya masih banyak anak berhenti di SMP sederajat, atau tidak melanjutkan ke jenjang SMA sederajat. Realitas ini harus segera disikapi dengan serius dan fokus.
Jika tidak disikapi, maka dapat menimbulkan masalah yang sangat serius, baik masalah sosial, kemasyarakatan, bahkan berpengaruh terhadap keamanaan bangsa.

Hal ini karena pengembangan dan pembangunan SDM sangat vital dalam penguatan dan kemajuan bangsa. Konsepsi Generasi Emas yang juga sering disandingkan dengan bonus demografi bangsa Indonesia dapat menjadi problem yang sangat serius apabila pembangunan dan pengembangan SDM tidak diperhatikan.

Dosen yang juga seorang trainer ini membeberkan, jumlah penduduk Indonesia per tahun 2024 berjumlah 279 juta. Ini merupakan jumlah yang sangat besar. Apabila sumber daya manusia (SDM)-nya tidak dijaga, dididik, dan dikembangkan potensi, justru menjadi bom waktu.

Alhasil, bonus demografi yang sering digelorakan justru dapat berubah menjadi masalah baru, yaitu masalah demografi itu sendiri. Karena itu, dia menyoroti kebijakan pemerintah dan semua institusi, serta pendampingan yang dilakukan masyarakat, agar berfokus pada pengembangan dan optimalisasi kualitas dan potensi masyarakat.

Lebih khusus, pada generasi muda dan anak-anak usia dini. Karena, anak-anak yang sekarang berusia 5-6 tahun, akan berusia 26-27 tahun pada tahun 2045. Usia tersebut merupakan usia produktif. Apabila sejak sekarang dilakukan pendampingan, pendidikan, dan pembinaan secara komprehensif, mereka akan menjadi generasi unggul, produktif, dan bermanfaat untuk bangsa dan kehidupan.

"Tagline Generasi Emas sudah saatnya dibumikan, bukan hanya dijadikan jargon dan slogan saja. Usia 100 tahun Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 2045 harus menjadi titik pijak perubahan agar Indonesia benar-benar diisi Generasi Emas yang unggul dan produktif," tutupnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved