Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pelatihan Anak Muda Semarang Lawan Hoaks: Kolaborasi Japelidi & American Corner UIN Walisongo

Pelatihan Anak Muda Semarang Lawan Hoaks: Kolaborasi Japelidi & American Corner UIN Walisongo

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG/IAM
Pelatihan Anak Muda Semarang Lawan Hoaks: Kolaborasi Japelidi & American Corner UIN Walisongo. (Kiri ke kanan) Dr. Liliek Budiastuti Wiratmo, Prof. Dr. Eni Maryani, Dr. Lintang Ratri Rahmiaji, Fitri, M.Sos. 

Pelatihan Anak Muda Semarang Lawan Hoaks: Kolaborasi Japelidi & American Corner UIN Walisongo

TRIBUNJATENG.COM – Jaringan Pegiat Literasi Digital Japelidi mengadakan pelatihan Anak Muda Kreatif di Media Sosial dalam Melawan Hoaks.

Pelatihan ini merupakan kerja sama antara Japelidi dengan Konsulat Jenderal Amerika Serikat Surabaya dan American Corner UIN Walisongo Semarang.

Acara berlangsung pada Sabtu, (4/5/2024) pukul 08.00 WIB di Gedung American Corner UIN Walisongo.

Pelatihan Anak Muda Kreatif di Media Sosial dalam Melawan Hoaks dihadiri oleh 31 peserta.

Peserta-peserta tersebut berasal dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Semarang, media online, influencer dan komunitas literasi.

Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para peserta dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk secara efektif melawan informasi yang keliru dan disinformasi yang banyak beredar di platform media sosial.

Dengan merebaknya hoaks dan informasi palsu di dunia maya, penting bagi generasi muda untuk dilengkapi dengan alat dan strategi untuk membedakan antara kebenaran dan kebohongan serta berkontribusi pada masyarakat digital yang lebih terinformasi.

"Kegiatan ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan, memecahkan persoalan hoax," papar Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel, selaku Koordinator Program Japelidi lewat teleconference.

Pelatihan ini dipandu oleh beberapa pemateri yang merupakan ahli di bidang komunikasi, antara lain:

1. Prof. Dr. Eni Maryani dari Universitas Padjajaran

Dalam pemaparannya, Eni Maryani membahas tentang misinformasi dan disinformasi.

Ia memberikan pemahaman yang komprehensif kepada peserta tentang fenomena tersebut.


2. Dr. Liliek Budiastuti Wiratmo dari Sekolah Vokasi Informasi dan Humas Universitas Diponegoro

Liliek memperkenalkan toolkit atau alat-alat penting yang dapat digunakan untuk melawan disinformasi.

Ia juga memberdayakan peserta dengan strategi praktis untuk mengidentifikasi dan melawan informasi palsu.

3. Dr. Lintang Ratri Rahmiaji dari Prodi Ilmu Komunikasi Undip

Lintang memandu peserta melalui latihan menggunakan alat pengecekan fakta serta mengajak peserta untuk memverifikasi keakuratan dan kredibilitas informasi.


4. Fitri, M.Sos - UIN Walisongo Semarang

Fitri berbagi wawasan tentang merancang program-program terkait misinformasi dan disinformasi.

Ia memberikan panduan praktis tentang pengembangan inisiatif yang efektif untuk melawan penyebaran informasi palsu.

Pelatihan ini merupakan langkah penting dalam membentuk budaya literasi digital dan keterlibatan bertanggung jawab dengan informasi di kalangan anak muda khususnya di Semarang.

Selain mendengarkan pemaparan materi dari para pembicara, peserta juga aktif terlibat dalam praktik langsung menerapkan teori-teori yang telah dipelajari serta berlatih dalam merancang kampanye anti-hoaks.

Dalam rangkaian kegiatan ini, peserta dibagi menjadi lima kelompok, di mana setiap kelompok bertanggung jawab untuk mengulas salah satu materi yang telah disampaikan.

Tugas penting lainnya adalah merancang kampanye anti-hoaks yang harus memiliki target audiens yang jelas, mengedepankan kolaborasi, dan menetapkan jadwal waktu pelaksanaan kampanye.

Salah satu peserta, Widwiningrum Subadoro yang merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi Undip merasa senang bisa mengikuti pelatihan ini.

"Seru banget, terutama bagi kita sebagai anak muda yang awalnya belum begitu paham tentang pentingnya melakukan pengecekan fakta. Tapi, setelah mengikuti acara ini, kita menjadi tahu banyak hal, mulai dari fakta bahwa pengecekan fakta di Indonesia cukup banyak dilakukan, bahkan di luar negeri juga. Selain itu, kita juga menyadari bahwa ada banyak media dan portal berita yang menyediakan layanan pengecekan fakta. Hal ini perlu ditingkatkan dan disebarkan lebih luas, terutama untuk anak-anak muda," kata Widwi. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved