Berita Semarang
Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti Semarang Titik Awal Perjalanan Bhikkhu Thudong Internasional 2024
Kota Semarang menjadi titik awal perjalanan Bhikkhu Thudong Internasional 2024. Perjalanan Bhikkhu Thudong Internasional
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kota Semarang menjadi titik awal perjalanan Bhikkhu Thudong Internasional 2024.
Perjalanan Bhikkhu Thudong Internasional 2024 akan diikuti 40 orang Bhikkhu Thudong terdiri dari 30 orang bhikkhu dari Thailand, dan 10 orang bhikkhu dari Indonesia.
Thudong adalah perjalanan spiritual yang dilakukan untuk mengikuti jejak Buddha pada zaman kehidupannya ketika belum ada transportasi atau wihara.
Perjalanan mereka akan dimulai dari Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, di Bukit Kassapa, Banyumanik, Kota Semarang.
Selanjutnya para Bhikkhu Thudong menuju Candi Agung Borobudur dan perjalanan diakhiri di Candi Muaro Jambi, Provinsi Jambi pulau Sumatera.
"Adapun pertimbangannya karena para Bhikkhu Thudong memenuhi undangan Gubernur Provinsi Jambi untuk berkenan melakukan perjalanan thudong ke Candi Muaro Jambi," jelas Koordinator Bhikkhu Thudong 2024 Kota Semarang, Wahyudi Santiphala dalam keterangan tertulis, Senin (13/5/2024).
Menurutnya, Kota Semarang sebagai tuan rumah event internasional Bhikkhu Thudong tahun 2024 merupakan kebanggaan sekaligus kehormatan tersendiri.
Untuk itu, pihaknya mengajak warga Kota Semarang berkenan turut hadir dan mendukung kegiatan bersejarah ini.
"Mari jadikan kehadiran Bhikkhu Thudong Internasional 2024 di Kota Semarang menjadi ajang keakraban dan pesta rakyat bersama," katanya.
Alasan Semarang Jadi Titik Awal
Menurut Wahyudi, Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti menjadi titik mula perjalanan Bhikkhu Thudong dengan pertimbangan bahwa di vihara inilah untuk pertama kalinya berdiri Sima pada tahun 1959.
Sima adalah tempat khusus upasampada (pengukuhan) bhikkhu baru.
"Dan di Sima inilah untuk pertama kalinya di tanah air dilaksanakan upasampada bhikkhu sesudah ratusan tahun rubuhnya Wilwatikta-Majapahit," bebernya.
Berdasarkan dokumen arsip Badra Santi Institute, lanjut dia, ditemukan catatan bahwa Duta Dharma dari Srilanka, Bhante Narada Mahathera selama hidupnya telah 14 kali berkunjung ke Indonesia.
Kunjungan Pertama beliau pada tahun 1934 saat tanah air masih di bawah Pemerintahan Hindia-Belanda.
"Kemudian atas undangan Bhikkhu Ashin Jinakkhitha, Bhikkhu Putra Pertama Indonesia, Bhante Narada Mahathera berkunjung kembali," ungkapnya.
Kunjungan Kedua, terjadi pada tahun 1958 untuk meresmikan Vihara 2500 Buddha Jayanti di Bukit Kassapa.
Pada saat itu beliau menyematkan saririka datu (relik) berupa sehelai rambut (kesa) Buddha Gotama.
Kemudian sesudahnya beliau menyatakan, “Nilai Spiritual Vihara 2500 Buddha Jayanti Setara Candi Borobudur” (majalah Buddhis, 1958).
Kunjungan Ketiga, tahun 1959 untuk menetapkan Sima Internasional Kassapa di Vihara 2500 Buddha Jayanti.
Peristiwa bersejarah ini disusul peristiwa penting bersejarah berikutnya yaitu upacara upasampada bhikkhu pertama di tanah air, yaitu Drs. Dharmasoka Ong Tiang Biauw, Direktur Sekolah Sariputra Jakarta, menjadi Bhikkhu Jinaputta.
Bhikkhu Jinaputta adalah sosok penting pembabar Buddha Dharma di Vihara Karanjati, Yogyakarta yang bersambung dengan pembinaan di Vihara Dharma Surya, Janggleng, Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung (majalah Buddhis, 1959).
Selain itu, dari gemblengan Bhikkhu Jinaputta lahir banyak tokoh organisatoris Buddhis dan pengusaha nasional di Indonesia, seperti misalnya Ibu Dra. Sri Hartati Murdaya, Ketua Umum Walubi.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi berkat dukungan seluruh upasaka-upasika di tanah air yang kala itu masih dalam satu derap kesatuan langkah.
"Artinya, organisasi Buddhis belum terpecah oleh karut marut persoalan organisasi antar majelis agama Buddha seperti hari ini," imbuh Wahyudi.
Peran & Jasa Besar Jenderal Gatot Subroto
Ia menuturkan, pemilihan Kota Semarang sebagai Tuan Rumah Bhikkhu Thudong Internasional 2024 yang bertempat di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Semarang juga mempertimbangkan faktor kesejarahan lainnya.
Yakni terdapatnya peran dan jasa besar Jenderal Gatot Subroto dalam mendukung Bhikkhu Ashin Jinarakkhita untuk mendirikan Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti di Bukit Kassapa.
Saat itu, Jenderal Gatot Subroto menjabat sebagai Panglima Teritorial IV Jawa Tengah (sekarang Kodam IV Diponegoro).
"Beliau mempunyai hubungan dekat dengan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita, Pelopor Kebangkitan Buddha Dharma di Nusantara," ungkapnya.
Tidak sampai di sini, ungkap dia, dokumen arsip Badra Santi Institute juga mengungkap sumber informasi penting bernilai kesejarahan tinggi Bukit Kassapa.
Berdasarkan naskah berjudul, “de Laatste Boeddhisten op Java” yang diterbitkan surat khabar de Locomotief tahun 1902, merujuk sumber karya tulis beraksara Jawa Kuna dari Pantura.
Sumber dimaksud mengisahkan perjalanan seorang pemeluk Buddha terakhir di Jawa sesudah rubuhnya Wilwatikta-Majapahit.
Sosok ini bernama Kjai Tapa dari Pantura yang membawa pustaka terakhir Wilwatikta-Majapahit untuk disimpan di Candi Agung Borobudur.
Dalam perjalanannya, Kjai Tapa dikejar dan dihalangi penguasa saat itu, yang bernama Kjai Gedhe.
"Kjai Tapa berlari menyelamatkan diri menembus hutan Srondol, kemudian berdiam di tepi Sungai Ngaran (Kaligarang)," tuturnya.
Di tepi sungai ini, Kjai Tapa terkesima menjumpai sebuah candi kecil dengan empat arca Buddha mengelilingi satu arca Buddha di pusatnya (Candi Panca Dyani Buddha?) Kjai Tapa berdiam sementara waktu di Candi ini yang juga terdapat sebuah pendapa dengan sekelompok arca Buddha dengan desain indah.
Sesudah berhasil menyelamatkan diri dari pengejaran Kjai Gedhe, Kjai Tapa melanjutkan perjalanan ke Candi Agung Borobudur dengan singgah di Bukit Siwakul.
Kemudian ia meneruskan perjalanan melalui danau yang kini dikenal sebagai Rawapening.
"Setelah beberapa waktu, Kjai Tapa tiba di Candi Agung Borobudur dan bertemu seorang guru Buddha terakhir di Jawa yang bernama Kjai Rana," paparnya.
Agenda Bhikkhu Thudong di Semarang
Perjalanan Thudong Internasional 2024 kali ini akan mengulang kembali peristiwa bersejarah menempuh “jalur sakral” di Hutan Bukit Kassapa dan Hutan Pakintelan yang luasnya lebih dari 200 hektar.
Rabu, 15 Mei 2024, petang hari sesudah acara penyambutan singkat di Vihara Buddha Dipa, Pakintelan, Gunungpati.
Para Bhikkhu Thudong berjalan kaki menembus kedalaman hutan kota dan menyeberangi Sungai Kaligarang yang berbatasan dengan Kelurahan Pudakpayung, Banyumanik.
Untuk kelancaran dan keamanan perjalanan di “jalur sakral” ini, sejumlah relawan gabungan dari beberapa elemen masyarakat secara aktif terjun mendukung persiapan.
"Sebanyak kurang lebih 300 orang relawan gabungan baik dari kelompok masyarakat dan pemerintah ikut berkontribusi menyiapkan jalur dan persiapan lainnya," terangnya.
Puncak Acara Pelepasan Bhikkhu Thudong 2024 dilaksanakan pada hari Kamis pagi, 16 Mei 2024 jam 08.00-09.00 WIB di Bukit Kassapa, Kalipepe, Pudakpayung, Semarang.
Kehadiran bhikkhu thudong 2024 di Kota Semarang akan dimeriahkan dengan pesta rakyat berupa penampilan seni budaya lintas agama.
Di antaranya penampilan seni budaya antara lain drum band SDN Pakintelan 2, Rebana SDN Pakintelan 1, Kuda Lumping Pakintelan, Paduan Suara warga Katolik lingkungan Yohanes de Brito dan lingkungan Maria Mediatrix, Barongsai Kelenteng Tay Kak Sie, dan Bale Ganjur dari PHDI Semarang atau Pura Agung Girinatha.
Dilepas Tokoh Lintas Agama
Upacara pelepasan perjalanan bhikkhu Thudong bakal dimeriahkan dengan kehadiran Walikota Semarang, Tokoh FKUB Jateng dan Semarang, Tokoh lintas agama, sekitar 35 orang bhikkhu anggota Sangha di Indonesia, dan siswa siswi serta mahasiswa/i dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Semarang.
Antara lain Sekolah Kuncup Melati, Mahasiswa Jurusan Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan YME, FBB Untag Semarang, Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama UIN Walisongo, dan lainnya.
Selain itu, dipastikan akan hadir cucu Jenderal Gatot Subroto yang ingin menyaksikan langsung peristiwa bersejarah di Bukit Kassapa.
Di bukit ini, kakek beliau mendukung Bhikkhu Ashin
Jinarakkhita menorehkan jejak karya menabur benih Dharma di Nusantara pada masa awal yaitu mulai tahun 1955 sampai dengan 1964 atau sekitar 9 tahun, 10 bulan di Kota Semarang.
"Kami untuk dan atas nama Panitia Thudong 2024, mengajak warga Kota Semarang untuk turut berpartisipasi," kata Wahyudi.
Partisipasi dapat dilakukan, baik dengan bergabung dalam kepanitiaan bersama maupun mendukung persiapan acara.
Pertimbangannya, pada tahun 2023 lalu, terdapat kurang lebih 3000 warga memadati Desa Pakintelan di Gunungpati dan Desa Pudakpayung di Banyumanik.
Pada peristiwa itu, terdapat spontanitas warga yang mengambil peran untuk turut mangayubagyo.
"Ada yang menyediakan air minum, nasi bungkus, menghias bunga di pratima (altar), meminjami diesel, sound system, dan sebagainya," bebernya.
Kota Semarang Hujan, Berikut Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini Jumat 19 September 2025 |
![]() |
---|
Jual Beli Gadget Bekas Bisa Online dan COD di Gulabed Semarang, Begini Caranya |
![]() |
---|
Bukan Hanya Cinta! Ini 5 Hal yang Wajib Wanita Pertimbangkan Sebelum Menikah |
![]() |
---|
Dishub Kota Semarang Target Jalanan Bebas dari “Cumi-Cumi Darat”, Ini Upayanya |
![]() |
---|
Proyek Outer Ring Road Semarang Terkendala Anggaran, Masih Cari Skema Pembangunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.