Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bisnis

Respon Pengusaha Hingga Pengamat Soal Wacana Bea Masuk Impor Asal China Hingga 200 Persen

Pengusaha dan pengamat merespon adanya wacana pemerintah akan kenakan tarif bea masuk barang impor asal China.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Idayatul Rohmah
Ilustrasi perdagangan ekspor impor 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANGPengusaha dan pengamat merespon adanya wacana pemerintah akan kenakan tarif bea masuk barang impor asal China hingga 200 persen.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Semarang Dedy Mulyadi meminta agar pemerintah mempertimbangkan dengan matang rencana tersebut.

Sebab pihaknya sendiri menilai, tarif bea masuk yang dinilai tinggi tersebut justru bakal berdampak pada maraknya penyelundupan barang-barang impor ilegal.

“Kenaikan (bea masuk) impor itu, menurut saya takutnya penyelundupan justru meningkat. Jadi bagaimana caranya supaya bisa lolos itu diakalin, akhirnya seperti itu,” kata Dedy, kemarin.

Dedy mengungkapkan, pengusaha Indonesia sendiri masih cukup bergantung terhadap bahan baku impor termasuk dari China. Ia menilai, harus ada kompromi antara pemerintah Indonesia dan China agar produk-produk China tidak terlalu banyak diimpor ke Indonesia.

“Untuk industri tekstil sendiri, sebenarnya kalau berbisnis juga kita ini resiprokal, timbal balik. Kadang-kadang kita impor kain dari China tapi kita kan beli batu bara. Jadi umpamanya china larang (ekspor) batu bara kan repot juga.

Jadi musti ada suatu terobosan baru dan regulasi pemerintah yang tepat, jangan sampai menghambat atau mempersulit,” terangnya.

Sementara itu, Dedy pun meminta agar pemerintah meningkatkan upaya pengamanan dan regulasi untuk mengantisipasi jalur masuk impor illegal.

“Impor tekstil China itu sudah dari dulu ada, tinggal bagaimana kita membuat buffer-nya. Terpenting masuk jalur legal, itu bisa dikontrol. Tapi kalau jalur ilegal ya susah, karena Indonesia luas sekali dengan Pelabuhan di mana-mana sehingga butuh pengamanan ekstra,” tambahnya.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Diponegoro Nugroho SBM menilai pengenaan bea impor yang terlalu tinggi akan menyuburkan penyelundupan barang.

Menurutnya, ini menjadi dampak negatif yang mestinya dipertimbangkan pemerintah jika ingin mengenakan bea impor yang tinggi terhadap produk dari China.

“Dampak negatif lainnya adalah industri dalam negeri kehilangan kesempatan belajar menjadi efisien (learning process menjadi efisien), karena tidak ada pesaing. Jadi mestinya bea masuk yang tinggi hanya dikenakan sementara setelah itu makin lama makin diturunkan,” jelasnya.

Dia lebih lanjut memaparkan, sebenarnya di era perdagangan bebas dan globalisasi ini, hambatan perdagangan berupa tarif atau bea masuk impor bukanlah sesuatu yang populer. Apalagi Indonesia telah menjadi anggota berbagai kerjasama atau blok perdagangan bebas internasional.

“Dalam blok-blok itu kan hambatan tarif atau bea masuk diminimalkan bahkan bisa sampai nol. Jika dilakukan terhadap barang impor dari China, maka kalau China anggota dari blok-blok perdagangan itu maka kita bisa kena sangsi. Atau kemungkinan lain China bisa membalas hal yang sama terhadap ekspor kita ke sana,” terangnya.

Nugroho pun lebih jauh mengusulkan agar Indonesia meningkatkan daya saing produk terhadap produk dari China. Caranya, yakni memberantas biaya tinggi.

"Misal dengan memberantas biaya lain-lain atau suap, meningkatkan kualitas produk, dan melakukan efisiensi produk," tambahnya. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved