Bisnis
Kunci Sukses Pemilik UMKM Batik Puspa Laras Semarang: Kain Tak Tersisa, Keuangan Tercatat Rapi
Di sudut lobi sebuah hotel di Kota Semarang, deretan kain batik Puspa Laras karya Arneta tertata rapi seolah menyapa setiap tamu tiba.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di sudut lobi sebuah hotel di Kota Semarang, deretan kain batik Puspa Laras karya Arneta tertata rapi seolah menyapa setiap tamu tiba.
Tampak Beragam kemeja batik dengan potongan modern, beberapa outer bergaya kekinian di gantungan display berbahan kayu di lobi Hotel Quest Simpanglima Semarang.
Baru dua tahun berjalan, karya batik milik Arneta sudah melanglangbuana ke berbagai kota. Tak hanya di Hotel Quest Simpanglima Semarang, Arneta mendisplai produknya di berbagai titik di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga.
Sementara, sudut rumah sederhananya di Perumahan Sambiroto Baru, Semarang, menjadi saksi bisu perjalanannya membangun usaha. Dari membatik hingga menjahit pakaian, ia lakukan di rumah produksinya.
"Produk saya membatik, dari kain sampai ready to wear," tutur Arneta, saat di Hotel Quest Simpanglima Semarang, Minggu (26/10/2025).
Inovasi dan kreasi pun menjadi kunci usahanya kian berkembang. Tak hanya sekedar membatik, ia mengembangkan usaha teknik turunan berupa ecoprint dan gesek godong.
Arneta tidak bekerja sendiri. Ada enam perajin yang telah ia latih teknik-teknik membatik, ecoprint, maupun gesek godong. Mereka merupakan mahasiswa. Empat di antaranya aktif membantu setiap hari, sementara dua lainnya siap turun tangan jika pesanan sedang tinggi.
"Saya sengaja memberdayakan mahasiswa, terutama yang kurang mampu. Biar mereka dapat tambahan sekaligus punya keterampilan baru," jelasnya.
Sistem produksi pun berjalan fleksibel. Saat pesanan menumpuk, pengerjaan bisa dilakukan di kos para mahasiswa. Produk yang sudah jadi kemudian dikirim ke rumah produksinya.
Uniknya, potongan kain sisa tak pernah dibiarkan menumpuk. Arneta berupaya untuk menghabiskan sisa-sisa kain sehingga tidak menjadi sampah yang berserakan. Sisa kain ini menjadi barang yang bernilai ekonomis.
"Sisa kain saya olah jadi gantungan kunci atau pernak-pernik lain. Jadi habis, tidak ada yang terbuang,” kata Arneta.
Namun, menghadirkan inovasi dalam membatik bukanlah satu-satunya tantangan yang harus dilewati. Di balik indahnya motif dan detail setiap karya, ada hal lain yang tak kalah penting bagi keberlangsungan Batik Puspa Laras yakni menjaga kesehatan manajemen usaha, terutama dalam pencatatan keuangan.
Baginya, pencatatan keuangan menjadi hal fundamental dalam menjalankan bisnis. Dulu, ia sempat kewalahan mengatur laporan keuangan usahanya. Selama dua tahun menjalankan usaha, ia masih mengandalkan catatan manual lewat Excel. Hasilnya, banyak transaksi tertinggal, bahkan laporan bulanan sering tidak tersusun.
"Dulu saya capek banget kalau bikin laporan. Kadang kelewat input tiap bulan. Akhirnya saya sendiri bingung, usaha ini sebenarnya untung atau rugi," tuturnya.
Perubahan besar datang ketika Arneta berkenalan dengan aplikasi SIAPIK (Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan) dari Dekranasda Kota Semarang. Lewat pendampingan intensif tiga bulan, ia belajar menginput transaksi, menyusun arus kas, hingga membaca grafik laba rugi.
| QRIS Jelajah Indonesia se-Jawa Jadi Wadah Edukasi Genjot Transaksi Digital |
|
|---|
| Bisnis F&B di Semarang Masih Tumbuh Signifikan, Warga Jateng Masih Suka Jajan |
|
|---|
| Saham Emas Jadi Incaran Investor di Tengah Tren Harga Emas Dunia Meroket |
|
|---|
| Kucuran Rp200 Triliun ke Himbara Dongkrak Properti, Suku Bunga KPR Mulai Turun |
|
|---|
| BPJS TK Sambangi Perusahaan Dorong Penggunaan Aplikasi JMO |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.