Berita Iran
Ahli Bedah Jantung Jadi Presiden Iran, Masoud Pezeshkian akan Dilantik Bulan Depan
Presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian yang moderat dan low-profile, menjadi tumpuan harapan jutaan warga Iran yang mendambakan pengurangan
TRIBUNJATENG.COM, IRAN -- Presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian yang moderat dan low-profile, menjadi tumpuan harapan jutaan warga Iran yang mendambakan pengurangan pembatasan kebebasan sosial dan kebijakan luar negeri yang lebih pragmatis.
Menurut sejumlah analis, Pezeshkian, yang mengalahkan Saeed Jalili dalam pemilihan presiden putaran kedua pada Jumat (5/7/2024), merupakan seorang yang mungkin disambut oleh negara-negara besar dan berpengaruh dunia, dengan harapan Pezeshkian dapat mengambil jalan damai untuk keluar dari ketegangan dengan Iran terkait program nuklir negara itu yang berkembang pesat.
Pezeshkian menang dengan basis konstituen, yang diyakini terdiri dari kelas menengah perkotaan dan generasi muda, yang telah mengalami kekecewaan besar akibat bertahun-tahun penindasan pihak keamanan yang membungkam segala bentuk perbedaan pendapat publik terhadap ortodoksi Islam.
Ahli bedah jantung berusia 69 tahun itu berjanji untuk mendorong kebijakan luar negeri yang pragmatis, meredakan ketegangan akibat negosiasi yang terhenti dengan sejumlah negara berpengaruh dunia untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015 dan meningkatkan prospek liberalisasi sosial dan pluralisme politik.
Di bawah sistem pemerintahan ganda Iran, yaitu pemerintahan ulama dan republik, presiden tidak dapat melakukan perubahan besar dalam kebijakan program nuklir Iran atau mendukung kelompok milisi di Timur Tengah, karena Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengambil alih semua urusan negara.
Namun, presiden dapat memengaruhi kebijakan Iran dan dia akan terlibat banyak dalam memilih penerus Khamenei, yang kini berusia 85 tahun. Pezeshkian setia pada pemerintahan teokratis Iran dan tidak berniat menghadapi kelompok keamanan yang kuat dan para ulama yang berkuasa.
Dalam sejumlah debat dan wawancara TV, dia berjanji tidak akan menentang kebijakan Khamenei.
“Jika saya mencoba tetapi gagal memenuhi janji kampanye saya, saya akan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia politik dan tidak melanjutkannya. Tidak ada gunanya menyia-nyiakan hidup kita dan tidak dapat melayani rakyat yang kita sayangi,” kata Pezeshkian dalam sebuah pesan video kepada para pemilih.
Muncul kembali dari keterdiamannya setelah bertahun-tahun dalam isolasi politik, kubu reformis yang dipimpin mantan Presiden Mohammad Khatami mendukung Pezeshkian dalam pemilu setelah kematian Presiden berhaluan garis keras, Ebrahim Raisi dalam sebuah kecelakaan helikopter pada Mei lalu.
Pandangan-pandangan Pezeshkian berbeda dengan pandangan Raisi, anak didik Khamenei yang memperketat penegakan hukum yang membatasi pakaian perempuan dan bersikap tegas dalam negosiasi yang telah mandek dengan negara-negara besar dunia untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir. (kompas.com)
Baca juga: Ribuan Warga Bone Bolango Gorontalo Terdampak Banjir
Baca juga: Polisi Geledah Rumah Muhammad Saleh Mukadam Temukan 4 Senpi Organik
Baca juga: Jepang dan Filipina Kerjasama Pertahanan Latihan Militer Bersama untuk Hadapi Ancaman China
Inilah Alasan Kenapa Wakil Presiden Iran Mundur Setelah Hanya 11 Hari Menjabat |
![]() |
---|
Presiden Iran Ebrahim Raisi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter Warga Iran Berkabung Lima Hari |
![]() |
---|
Helikopter Presiden Iran Jatuh, Jenazah Dapat Dikenali dan Sosok Ini Sempat Telepon Paska Jatuh |
![]() |
---|
Iran Umumkan Berkabung Nasional Buntut dari Serangan Bom di Kerumunan Massa Tewaskan 84 Orang |
![]() |
---|
Iran Izinkan Warganya Umrah ke Arab Saudi setelah 8 Tahun Melarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.