Wonosobo Hebat
300 Tenong Diperebutkan Masyarakat Wonosobo dalam Tradisi Rakanan, Ini Arti dan Filosofinya
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Ratusan orang di Dusun Giyanti, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto, Wonosobo antuasias berebut jajanan pasar dalam tradisi Rakanan yang berlangsung Jumat (12/7/2024).
Tradisi Rakanan rutin digelar setiap tahunnya setelah tanggal 1 Muharram (Sura) pada hari Jumat Kliwon. Tradisi ini sekaligus memperingati HUT Dusun Giyanti.
Budayawan Wonosobo sekaligus Sekdes Kadipaten, Tatag Taufani mengatakan, tahun ini Dusun Giyanti menginjak usia ke-269 tahun.
Baca juga: Bupati Afif Lantik Direktur Teknik Perumda Tirta Aji Wonosobo, Ini Pesan Kepada Edekus Herience
Ada banyak rangkaian acara yang digelar termasuk tradisi Rakanan, pertunjukan kesenian, atraksi kobol-kobol, pentas wayang kulit, wisuda lengger, tradisi mesusi beras, dan sholawatan
"Tahun ini Dusun Giyanti berusia 269 tahun sebagaimana usia Dusun Giyanti yang dipercaya masyarakat bahwa berdirinya Giyanti semenjak adanya perjanjian Giyanti tahun 1.755," ucapnya.
Sebelum tradisi Rakanan, dimulai terlebih dahulu pada pagi harinya dilakukan ziarah makam tokoh Dusun Giyanti.
Berbagai kesenian tradisional juga ditampilkan dalam tradisi Rakanan.
Tatag menjelaskan, nama Rakanan berasal dari kata Rakan atau jajanan pasar. Mengingat dalam tradisi Rakanan masyarakat Dusun Giyanti akan membawa sebuah wadah yang terbuat dari bambu atau mereka menyebutnya dengan tenong.
Tenong tersebut akan diisi dengan berbagai macam jajanan pasar mulai dari rames, kerupuk, buah-buahan, dan umbi-umbian yang nanti pada akhir acara akan diperebutkan masyarakat.
Adapun tenong ini mempunyai filosofi, sebagai perwujudan mempersatukan segala perbedaan. Masyarakat Giyanti yang multikultural disimbolkan dengan tenong yang mampu mewadahi berbagai macam makanan.
"Sementara rebutan tenong ini sebagai bentuk egaliter atau persaudaraan. Jadi apa yang saya makan kamu makan, apa yang kamu makan saya makan. Tahun ini 300 tenong dari masyarakat," jelasnya.
Sementara itu Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat yang turut hadir dalam acara tradisi Rakanan mengapresiasi kepada para pemerintah desa setempat dan masyarakat yang telah menggelar tradisi Rakanan.
Baca juga: Gelaran Budaya Jelang Hari Jadi Kabupaten Wonosobo, Wujud Sinergitas Masyarakat dan Pemerintah
Menurutnya, Giyanti sudah menjadi ikon Kabupaten Wonosobo dengan berbagai macam tradisi kebudayaan yang terus dilestarikan.
"Giyanti telah melahirkan penari-penari Lengger. Menurut catatan dinas pariwisata ada 1.000 lebih penari Lengger yang dididik dari Giyanti ini. Ini jadi icon menjadi ciri khas kesenian tradisional Kabupaten Wonosobo," ucapnya.
Bupati mengajak masyarakat untuk terus melestarikan seni budaya yang ada di Dusun Giyanti dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk dapat meramaikannya seperti dengan menggelar berbagai event menarik.(ima)