Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Solo

Kisah Petani Muda di Solo Berdayakan Tanah Wakaf lewat Hidroponik

Lahan seluas 1.500 meter persegi di belakang Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jalan Kabut, Jebres, Kota Surakarta, tampak hijau dan menyegark

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: m nur huda
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Pemilik UMKM Aa818_Hydroponic, Anggi Bitho Lokmanto (34), sedang memilah sayuran di kebun yang dia kelola di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Surakarta, Jumat (27/9/2024). 


Demi menjaga keberlanjutan lingkungan, Anggi juga menerapkan sistem "zero waste". Limbah produksi diolah menjadi kompos dan dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman serta dibagikan pada warga.


Berdayakan Tanah Wakaf Nonproduktif


Seiring permintaan pasar yang kian tinggi, kebun Anggi di Ngringo yang relatif sempit sudah tak lagi memadai.


Dia lalu bertanya pada ayah mertuanya yang merupakan Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jebres.


"Saya nanya, ada nggak ya tanah yang bisa saya kelola. Waktu itu saya belum bicara tanah wakaf. Saya cuma nanya barangkali Bapak mertua ada relasi yang punya tanah nganggur untuk saya kelola dengan sistem sewa atau lainnya," ucap Anggi.


Ayah mertua Anggi lalu mencetuskan ide untuk memanfaatkan tanah-tanah wakaf Muhammadiyah yang sangat banyak jumlahnya. 


Anggi lalu diajak berkeliling menyurvei sejumlah lokasi tanah wakaf. Di bilangan Jalan Kartika, ada sebidang tanah cukup luas. Namun tertutup tembok besar sehingga peranginannya kurang. Sehingga kurang cocok untuk hidroponik.


Setelah itu, barulah dia memutuskan untuk mengelola tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres. Meski masih butuh penataan, lahan ini dia nilai potensial untuk digarap.


Secara bertahap, uang hasil panen sayuran dia manfaatkan untuk melakukan penataan lahan. Antara lain dengan menebang pohon-pohon besar.


"Kami tidak melibatkan PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) untuk penataan lahan ini. Semua kami handel dari hasil panen. Tahun pertama dan kedua, saya belum bisa bagi hasil ke pondok karena masih fokus penataan lahan dan pengembangan instalasi. Kalau sekarang kami sudah bisa rutin bagi hasil. Sebanyak 30 persen dari profit untuk pondok," jelas pria yang juga pengurus bidang Amal Usaha PDM Surakarta ini.


Lewat pengelolaan tanah wakaf ini, Anggi sebetulnya juga ingin memberdayakan santri-santri pondok. Dia ingin mereka yang mengelola kebun hidroponik. Namun, keinginannya tersebut belum bisa terwujud. Pengelolaan kebun masih dia jalankan sendiri.


Namun, Anggi tetap memberdayakan anak-anak muda dengan membuka program magang bagi mahasiswa. Lewat program magang ini dia memberikan edukasi dan membagikan pengalamannya.


Peluang Perluasan Program Pemberdayaan Tanah Wakaf


Menurut Anggi, model kerjasama bagi hasil yang dia lakukan dengan Pondok Pesantren Tanwirul Fikr sangat memungkinkan untuk diduplikasi di tanah-tanah wakaf lain.


Dirinya sendiri sudah banyak mendapat penawaran dari berbagai pondok pesantren maupun organisasi masyarakat (Ormas) Islam, mulai dari Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Tafsir Al-Qur'an (MTA), hingga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved