Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

6 Fakta Rindu Meninggal Setelah Dihukum Guru Squat Jump 100 Kali: Tak Kerjakan Tugas hingga Demam

Setelah menjalani hukuman squat jump 100 kali, Rindu mulai merasakan sakit. Sewaktu pulang ke rumah, Rindu pun merasakan sakit di bagian kedua kakinya

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
(TRIBUN MEDAN/Facebook Selli Winda)
Putra Sinaga, 14 tahun, siswa SMP Negeri I STM Hilir, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, meninggal dunia setelah diduga dihukum squat jump oleh gurunya bernama Selli Winda Hutapea. 

6 Fakta Rindu Meninggal Setelah Dihukum Guru Squat Jump 100 Kali: Tak Kerjakan Tugas hingga Demam


TRIBUNJATENG.COM  - Seorang siswi SMP meregang nyawa setelah dihukum squat jump 100 kali.


Korban adalah Rindu Syahputra Sinaga (14), Siswa Sekolah Menengah Pertama warga Dusun I Desa Negara Beringin Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang meninggal dunia diduga setelah dihukum gurunya squat jump 100 kali


Berikut 


1. Hukuman Squat Jam Inisiatif Siswa 


Kejadian itu terjadi pada Kamis (19/8/2024).

Waktu itu, ada 6 siswa SMP Negeri 1 STM Hilir, yang tidak mengerjakan tugas belajar agama Kristen.


Selli Winda, guru agama Kristen pun bertanya kepada para siswa, apa hukuman yang diinginkan.


Lalu, siswa menjawab, squat jump.


2. Jumlah 100 diinisiasi oleh Selli Winda


Selli Winda pun meminta agar siswa itu squat jump sampai 100 kali dengan catatan bisa berhenti sejenak ketika capek.


3. Rindu mengeluh capek hingga demam


Setelah menjalani hukuman itu, Rindu mulai merasakan sakit. Sewaktu pulang ke rumah, Rindu pun merasakan sakit di bagian kedua kakinya.


Besoknya, Rindu mengalami demam tinggi. Rindu dirawat di Rumah Sakit Sembiring dan meninggal dunia pada Kamis (26/9/2024).


4. Rindu meninggal


Seminggu setelah dihukum, Rindu meninggal dunia pada Kamis (26/9/2024).


5. Kesaksian Ibu Rindu


Yuliana Padang, ibu korban menjelaskan, anaknya itu dihukum karena tak bisa menghafal apa yang disuruh guru mata pelajaran agama Kristen tersebut.

Hal itu diketahuinya karena sepulang sekolah, Rindu langsung mengeluh sakit.


"Hari Kamis dihukum guru dia mengeluh kedua kakinya sakit,"katanya kepada Tribun Medan, Jumat (27/9/2024).


Yuliana membeberkan bagaimana rintihan sakit anaknya sebelum tewas.


Hampir setiap hari Rindu meringis kesakitan akibat  kedua pahanya membengkak dan berwarna biru tua.


Meski sudah diobati, sakit yang dialami korban tak mereda.


Malah semakin parah sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.


"Saya bawa dia berobat, tapi tidak sembuh juga, dia terus mengeluh kesakitan 'mak sakit kurasa kakiku ini mak',"kata Yuliana menirukan ucapan anaknya.


Yuliana mengungkap, pada Selasa 24 September ia datang ke sekolah dan meminta izin secara langsung supaya anaknya diizinkan libur karena sakit.


Keesokan harinya, Rabu 25 September kondisi korban semakin parah dan dibawa ke klinik lagi.


Setibanya di klinik, rupanya tim medis sudah tidak mampu menanganinya sehingga korban dirujuk ke RS Sembiring Delitua.


Pada Kamis 26 September, pagi sekitar pukul 06:30 WIB, anaknya dinyatakan meninggal dunia.


"Rabu anak saya ngedrop, saya bawa ke klinik lagi. Rupanya klinik merujuk ke RS Sembiring, Delitua. Hari kamis pagi setengah 7 kurang anak saya sudah tidak ada lagi, meninggal dunia,"ujarnya dengan tangisan.

 

6. Selli Winda syok


"Saat ini, kondisi guru itu lagi down. Dia merasa bersalah dan terpukul lah. Karena dia tak menyangka sampai seperti ini," kata Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Deli Serdang, Muriadi, kepada Kompas.com melalui saluran telepon, Minggu (29/9/2024).


Muriadi menjelaskan, SW menjadi guru honorer yang mengajar pendidikan agama Kristen baru sejak Januari 2024.


Sebab, guru yang sebelumnya mengajar mata pelajaran itu telah pensiun.

Ia mengungkapkan, dalam waktu dekat Dinas Pendidikan Deli Serdang bersama dirinya mengunjungi guru tersebut untuk membicarakan masalah Rindu


"Nah, kemarin memang kesepakatannya, gurunya ini dinonaktifkan sementara. Tujuannya, untuk menghindari hal yang tak diinginkan," ucapnya.


Di samping itu, ke depan pihaknya bersama Dinas Pendidikan akan mengambil langkah persuasif.


Yakni, mempertemukan keluarga RSS dengan guru tersebut.


"Pastinya, kita siap melakukan mediasi dan komunikasi untuk diupayakan terjadi perdamaian.


(*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved