Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kota Semarang

Peringatan Pertempuan Lima Hari di Semarang, Warga Padati Tugu Muda Saksikan Teatrikal

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menggelar peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Senin (14/10/2023) malam.

|
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: Muhammad Olies

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menggelar peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Senin (14/10/2023) malam.

Pertempuran Lima Hari adalah bentrokan antara pasukan Jepang dari Tentara Keenambelas dan pasukan Indonesia yang terdiri dari personil Badan Keamanan Rakyat dan pemuda pada Oktober 1945, di Kota Semarang. Pertempuran ini dianggap sebagai bentrokan besar pertama yang melibatkan militer Indonesia

Dalam peringatan tersebut, digelar pertunjukan teatrikal cerita sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang yang dipusatkan di Tugu Muda.

Sejak sore hari, masyarakat telah memadati area bundaran Tugu Muda. Mereka antusias menonton teatrikal Pertempuran Lima Hari di Semarang.

Satu di antaranya, Warga Pedurungan, Riski Hapasari Adita Ningrat. Dia tiba di Tugu Muda sejak pukul 17.00. Ia mengaku baru pertama kali nonton teatrikal Pertunjukan Lima Hari di Semarang. Dia ingin menonton anaknya yang ikut teatrikal sebagai tentara Jepang. 

"Nonton karena anak saya pentas, jadi tentara Jepang. Jadi, saya nonton depan sendiri," ucap Dita, sapaannya. 

Baca juga: Awas! Penutupan Jalan di Sekitar Tugu Muda Semarang untuk Peringatan Pertempuran Lima Hari

Baca juga: Viral! Cuaca Terlalu Panas, Pengendara Rela Tinggalkan Motor di Lampu Merah di Tugu Muda Semarang

Dia mengatakan, sangat memberikan support kepada anaknya ikut berkecimpung dalam teatrikal. Ini merupakan bagian dari mengenang sejarah Kota Semarang. Saat ini, Indonesia telah merdeka dan harus semangat menjalani kehidupan. 

"Kita yang masih hidup saat ini, terusin saja. Jangan patah semangat. Yang bekerja ya bekerja sekolah ya sekolah, nggak usah aneh-aneh," ucapnya. 

Pada upacara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Sekda Provinsi jawa Tengah, Sumarno berlaku sebagai inspektur upacara.

Dia menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada para pahlawan yang telah berjuang. Melalui momentum ini, merefleksikan kembalu peristiwa heroik di Kota Semarang. 

"Para pemuda bersatu bergotong royong merebut dan mempertahankan Kota Semarang dari tangan penjajah," ucapnya. 

Menurutnya, peringaran ini sebagai semangat gotong royong sebagai generasi penerus untuk menjaga persatuan semangat nasionalisme

Melalui sejarah, generasi penerus bisa belajar dari kesalahan dan keberhasilan untuk mengambil keputusan di masa depan.


"Ini sebagai inspirasi membangun semangat patriotisme dan menyongsong Indonesia emas 2025," ucapnya.


Dia juga mengajak masyarakat menciptakan nuansa kontestasi politik Pilkada 2024 untuk tetap menjaga kerukunan meski berbeda pilihan 


Usai upacara dilanjutkan drama teatrikal diperankan oleh anak-anak muda Kota Semarang.


Aksi teatrikal yang dibawakan pemuda Kota Semarang menggambarkan permulaan perang dimulai. Narator menyampaikan peristiwa yang menjadi salah satu pemicu perang yaitu kabar yang menyebar soal resevoir atau cadangan air minum di daerah Candi diracun pada 14 Oktober 1945. 


Saat itu dr. Kariadi berangkat untuk mengecek kabar tersebut, namun Ia ditembak tentara Jepang. Kabar kematian dr. Kariadi makin membakar semangat juang para pemuda Semarang yang kala itu sudah memanas karena Kidobutai memberontak ingin menyelamatkan kawanannya di Semarang. 


Tercatat peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang terjadi 15 Oktober hingga 19 Oktober 1945. Peristiwa ini merupakan momen di mana pejuang Indonesia bertempur melawan 
pasukan Kidobutai dan batalyon Jepang lain. 


Dalam aksi teatrikal, diperlihatkan para warga dan pemuda melakukan perlawanan dan berhadapan langsung dengan tentara Jepang dengan berbekal alat seadanya.


Sejumlah bangunan di Kota Semarang menjadi saksi bisu brutainya pertempuran yang menyebabkan mayat-mayat bergelimpangan, bahkan ada yang dikumpulkan di sungai. Beberapa bangunan itu adalah Lawang Sewu, gedung BPM (sekarang kantor Pertamina), kantor Jawatan Kereta Api, Hotel De Pavillon hingga gedung kesenian Sobokarti. (eyf)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved