Investasi di Jawa Tengah Januari hingga September 2024 Capai 82,26 Persen dari Target

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Realisasi Investasi di Jawa Tengah menunjukan tren positif. Sepanjang Januari - September 2024 nilai investasi di Jawa Tengah mencapai Rp 65,89 triliun atau 82,26 persen dari target 80,10 triliun hingga akhir tahun nanti. 

“Ini menunjukan kita sudah perform, namun harapannya investasi akan terus meningkat, terus naik. Membuka lapangan pekerjaan yang banyak dan pastinya untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Jawa Tengah,” kata Kepala DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah, Sakina Rosellasari, Senin (21/10). 

Sektor yang mendominasi investasi di Jateng masih sama seperti di Triwulan sebelumnya yakni didominasi oleh padat karya yaitu tekstil dan produk turunan tekstil kemudian alas kaki. Selain itu juga untuk penanaman modal dalam negeri sektor infrastruktur memegang peranan penting. 

Perda kemudahan investasi Perda Nomor 12 Tahun 2022 dan Regulasi Peraturan Gubernur berkaitan dengan insentif yakni pajak air permukaan dan pajak kendaraan. Sudah ada pelaku usaha yang mengajukan permohonan untuk pemberian insentif. 

“Perlu kami sampaikan ketika perusahaan melakukan investasi di kawasan Industri ada juga insentif seperti tax allowance dan tax holiday,” ujarnya. 

Untuk energi baru terbarukan telah ada proyek investasi yang siap ditawarkan yakni mini hidro dan geotermal. Beberapa negara sudah melakuakan Letter of Intent (LOI) atau surat pernyataan minat, salah satunya Jepang. 

“Karena mereka sudah konsen kepada industri yang zero karbon dan salah satunya menggunkan energi baru terbarukan geotermal,” ujarnya saat rilis Realisasi Investasi Jawa Tengah Triwulan III dan Januari - September 2024, di kantor DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah, Senin (21/10). 

Dikatakannya bahwa Investasi di Jawa Tengah sangat harmonis. Pelaku usaha tidak kawatir dengan pemberitaan apa pun, karena mereka melihat infrastruktur, SDM, hubungan industrial yang harmonis. 

“Tidak kemudian melihat dalam segi politik dan sebagainya. Nyatanya pemberitaan apapun pergantian kepemimpinan negara kemudian provinsi juga dilihat sebagai hal yang tidak mempengaruhi mereka melakukan investasi,” ujarnya. (*)