Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Fenomena Hujan Es di Solo, BMKG Sebut Daerah Lain di Jawa Tengah Berisiko Alami Hal Serupa

BMKG memperingatkan potensi hujan es di berbagai daerah Jawa Tengah selama masa transisi dari kemarau ke musim hujan, dipicu awan Cumulonimbus.

IMAGE GENERATOR
BMKG memperingatkan potensi hujan es di berbagai daerah Jawa Tengah selama masa transisi dari kemarau ke musim hujan, dipicu awan Cumulonimbus. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ahmad Yani Semarang memprediksi bahwa fenomena hujan es yang baru-baru ini terjadi di Kota Solo pada Senin (21/10/2024) berpotensi terjadi di daerah lain selama masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

Prakirawan Cuaca BMKG Ahmad Yani, Winda Ratri, menjelaskan bahwa hujan yang disertai butiran es merupakan hal wajar selama periode transisi ini.

Winda mengungkapkan, potensi hujan es di berbagai wilayah masih tinggi karena sebagian besar daerah di Jawa Tengah belum sepenuhnya memasuki musim penghujan.

"Hujan es masih bisa terjadi karena belum semua wilayah mengalami musim hujan, sebagian masih dalam masa peralihan. Fenomena ini terjadi karena terbentuknya awan Cumulonimbus yang menjulang hingga lapisan freezing level, di mana suhu mencapai 0 derajat," jelasnya pada Selasa (22/10/2024).

Winda menambahkan, awan Cumulonimbus yang tumbuh tinggi dapat membawa massa udara dan uap air ke atas dengan kekuatan yang cukup besar.

Hal ini menciptakan kondisi labilitas udara yang tinggi, sehingga uap air yang naik mengalami kondensasi dan terbentuk menjadi butiran es.

"Kondisi labilitas udara yang kuat mendorong massa udara ke lapisan freezing level, sehingga menghasilkan partikel es," katanya.

Fenomena hujan es biasanya disertai dengan kilat dan angin kencang, dan diperkirakan masih akan muncul hingga akhir Oktober ini.

Namun, sifat fenomena ini sangat lokal dan hanya terjadi dalam durasi yang singkat.

"Bisa saja di satu daerah terjadi hujan es, sementara di wilayah lain tidak mengalami hujan sama sekali," ujar Winda.

Winda juga menambahkan bahwa ukuran butiran es di Indonesia relatif kecil jika dibandingkan dengan fenomena serupa di negara lain.

"Di sini, hujan es lebih kecil ukurannya. Tetapi jika partikelnya cukup besar, tetap berisiko menimbulkan kerusakan," katanya.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan hujan es di beberapa daerah selama masa transisi ini, terutama di wilayah yang rawan mengalami perubahan cuaca ekstrem.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved