Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Ipda Rudy Soik Melawan saat Hendak Ditangkap 9 Aparat Propam Polda NTT

Namun, kedatangan petugas Propam Polda NTT itu dilawan oleh Rudy dan keluarganya.

KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE
Ipda Rudy Soik, bersama sejumlah aktivis, menggelar jumpa pers di Kupang, Senin (14/10/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, KUPANG - Senin sore (21/10/2024), sejumlah anggota Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT), mendatangi rumah Inspektur Polisi Dua (Ipda) Rudy Soik. 

Kedatangan personel Propam Polda NTT itu untuk menangkap menangkap mantan Kepala Urusan Pembinaan Operasi (KBO) Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Kupang Kota tersebut.

Namun, kedatangan petugas Propam itu dilawan oleh Rudy dan keluarganya.

Baca juga: Keluarga Eks Casis TNI AL Kecewa Serda Adan Terdakwa Pembunuhan Berencana Hanya Divonis Seumur Hidup

Sejumlah keluarga Rudy menolak dan mengusir personel Propam untuk pergi dari rumah mereka.

Rudy pun mengaku kesal dengan proses penangkapan tersebut.

"Bapak Kapolri, inilah kondisi di Polda NTT. Ketika saya mengajukan hal-hal yang benar dalam proses penyelidikan (BBM)," kata Rudy.

Menurut dia, baru pertama kali Polda NTT melakukan penggeledahan.

Sesuai surat perintah yang ia terima, Rudy harus langsung dibawa untuk ditahan di Polda NTT.

Dia menyebut, penahanan berlaku selama 14 hari, hingga pemberhentian tidak dengan hormat.

Namun, untuk putusan penahanan 14 hari itu, Rudy sudah ajukan keberatan, yang dalam aturan selama 30 hari Kapolda NTT harus membalas keberatannya.

"Sekarang sudah lewat 30 hari, mereka minta saya untuk ditahan dengan dalih sana-sini. Saya merasa ini adalah bentuk kriminalisasi," tegas Rudy.

Rudy juga mengaku, sebelumnya sudah mendapat intimidasi dan teror dari sejumlah pria berbadan kekar yang menutup wajahnya, datang memasang drone untuk memantau aktivitasnya.

"Saya tegaskan, saya bukan pelaku asusila, narkoba, dan korupsi maupun pidana apa pun," kata dia.

Dia merasa tidak memiliki masalah dengan siapa pun. Maka, dia meminta untuk segera dibentuk tim independen untuk membuka tabir mafia BBM di Kota Kupang.

"Saya hanya mau memperjuangkan hak saya. Mau ditembak mati pun saya tidak akan ikut," tegas dia.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved