Berita Ukrania
Kehadiran Guterres di KTT BRICS 2024 Picu Kemarahan Presiden Ukraina dan Tolak Kunjungan Sekjen PBB
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah menolak kunjungan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, ke Ukraina
TRIBUNJATENG.COM, KYIV -- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah menolak kunjungan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, ke Ukraina.
Penolakan tersebut berpangkal pada keikutsertaan Sekjen PBB itu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2024 di Rusia, beberapa waktu lalu.
Hal itu diungkap oleh seorang sumber tingkat tinggi di kepresidenan Ukraina kepada AFP, pada Jumat (28/10).
Pada KTT BRICS yang diselenggarakan Rusia di Kota Kazan, Guterres sebenarnya memohon "perdamaian yang adil" di Ukraina.
Ia menyerukan dalam pidatonya di depan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk diakhirinya pertempuran selama lebih dari dua tahun.
Namun partisipasi Guterres dalam pertemuan 20 pemimpin dunia, termasuk Presiden China, Xi Jinping, dan Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah memicu kemarahan di Kyiv, Ukraina.
"Setelah Kazan, (Guterres) ingin datang ke Ukraina, tetapi Presiden (Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky–Red) tidak mengonfirmasi kunjungannya.
Jadi Guterres tidak akan berada di sini, khususnya karena penghinaan terhadap kewarasan dan hukum internasional di Kazan," kata sumber itu.
Pasukan Korut
Di sisi lain, Pemerintah Jepang, pada Jumat mengatakan, indikasi penempatan pasukan Korea Utara di Rusia sebagai sebuah "kekhawatiran serius".
"Pemerintah Jepang memantau pengerahan tentara Korea Utara ke Rusia dengan kekhawatiran serius, termasuk kemungkinan mereka bergabung dalam agresi Rusia terhadap Ukraina," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, dikutip dari AFP.
"Perkembangan terkini kerja sama militer antara Rusia dan DPRK (Korea Utara), termasuk dengan perkembangan ini, bukan hanya mengundang kemerosotan lebih lanjut situasi di Ukraina, melainkan juga sangat mengkhawatirkan dari perspektif dampaknya terhadap keamanan kawasan di sekitar Jepang," kata Hayashi kepada wartawan.
"Jepang akan terus mengumpulkan dan menganalisis informasi yang relevan dan terus bekerja sama dengan masyarakat internasional demi penerapan penuh resolusi Dewan Keamanan yang relevan dan terwujudnya perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina sesegera mungkin," katanya. (kps/afp/Tribunnews)
Baca juga: Chord dan Kunci Gitar Smokin Out the Window, Bruno Mars : Diamonds on Her
Baca juga: Turun Lagi! Daftar Harga BBM Hari Ini Senin 28 Oktober 2024, Mulai Pertamax hingga Dexlite
Baca juga: LDII Jateng Gelar Silahturahim Kebangsaan Jilid IV untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Baca juga: Inilah Sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.