Wonosobo Hebat

Bak Negeri Sakura Jepang, Festival Koinobori di Wonosobo Ajang Kolaborasi Anak, Orang Tua dan Guru

Ist. Yayasan Sanggar Cilik Wonosobo
Kemeriahan Festival Koinobori di Alun-alun Wonosobo ratusan peserta mengenakan pakaian Kimono khas negeri Sakura Jepang, Minggu (15/12/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Ratusan peserta meriahkan Festival Koinobori di Alun-alun Wonosobo dengan mengenakan pakaian kimono khas negeri Sakura Jepang, Minggu (15/12/2024).

Kegiatan ini rutin digelar setiap tahunnya yang diinisiasi oleh SC Klab dan SD Nasional Kakuka yang berada dibawah naungan Yayasan Sanggar Cilik Wonosobo.

Kurang lebih 600 peserta yang terdiri dari siswa day care, play group, preschool, SD Nasional Kakuka Yayasan Sanggar Cilik, guru dan orang tua siswa, berbaur menjadi satu untuk menyukseskan Festival Koinobori ini.

Baca juga: Sutikno Promosikan Keharuman Kopi Gunung Windu Khas Wonosobo, Produk Unggulannya "Kopi 7 Rempah"

Mereka bersatu-padu untuk mengikuti berbagai permainan dan aneka perlombaan ala Jepang.

Ketua Yayasan Sanggar Cilik Wonosobo, Umar Kusuma mengatakan, Festival Koinobori sudah rutin dilakukan satu tahun sekali. 

Kegiatan ini digelar guna membangun kebersamaan antara siswa, orang tua dan guru dalam menciptakan pendidikan karakter bagi anak-anak.

"Koinobori atau bendera koi sebenarnya adalah bendera berbentuk ikan koi yang dikibarkan di rumah-rumah di Jepang oleh orang tua yang memiliki anak laki-laki. Pengibaran koinobori dilakukan untuk menyambut perayaan hari anak agar mereka menjadi generasi yang sukses," katanya.

Kepala SD Nasional Kakuka Wonosobo, Rahmawati menambahkan, Festival Koinobori di sini diadopsi menjadi ajang permainan dan kolaborasi bersama antara anak, orang tua dan guru. 

"Suasananya sangat menyenangkan sekali. Anak-anak jadi belajar langsung bagaimana berkolaborasi dengan orang tua membangun permainan bersama. Suasana ini tidak mesti bisa dilakukan setiap saat. Orang tua terlibat langsung permainan bersama anak," terangnya.

Diawali dengan pawai ta'aruf keliling alun-alun, anak-anak lanjut bermain undokai atau halang rintang.

Bersama orang tua mereka membangun strategi bisa mencapai garis finish dengan cepat. 

Setelah itu, anak-anak bermain sumo. 

"Anak yang mampu menang bermain sumo akan mendapat rewart berupa cap di id card. Selanjutnya, mereka akan masuk terowongan atau labirin ikan. Terakhir, anak-anak melawan monster yang terbuat dari jerami. Mereka akan memukul lonceng yang menggantung di monster," jelasnya.

Salah satu siswa Kelas IV SD Kakuka Desvira Kiara Asla, mengaku senang dengan permainan tersebut.

Sebab, suasana tampak seru dan di setiap tempat permainan banyak tantangan dan rintangan. 

"Semoga sekolah terus menggelar permainan ini agar anak-anak selalu merasa senang dan riang gembira," ucapnya.

Baca juga: Respons Wakil Ketua DPRD Wonosobo Setelah Dilaporkan ke Polisi Atas Dugaan Penganiayaan

Orang tua siswa preschool, Hendrik, juga menilai Festival Koinobori sangat positif bagi pendidikan karakter anak.

Apalagi dalam permainan tersebut melibatkan secara aktif peran orang tua. 

"Pihak sekolah juga mengajarkan pada anak-anak untuk mencintai lingkungan sebab setelah acara selesai alun-alun bersih dari sampah bekas makanan," ujarnya. (ima)