Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

PSIS Semarang

Suporter PSIS Korban Penembakan Polisi: Biaya RS Ditanggung Jika Ngaku Bukan Karena Peluru Karet

Tak hanya ricuh yang mengakibatkan beberapa suporter PSIS Semarang terluka, tetapi juga muncul dugaan intimidasi pihak kepolisian terhadap korban.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/IWAN ARIFIANTO
Main bola bersama antar suporter mewarnai aksi unjuk rasa memprotes tindakan represif aparat kepolisian ke suporter dan masyarakat sipil, di depan Mapolda Jateng Kota semarang, Kamis (26/12/2024) sore. 

Kala itu, suporter melakukan aksi boikot dengan tidak menonton pertandingan antara PSIS Semarang Vs Malut United.

Pada duel itu, PSIS Semarang keok 1-3.

Perwakilan Suporter Semarang Melawan, Ragil menuturkan, aksi damai tersebut dilakukan dengan melakukan orasi, teatrikal, dan main bola.

Tuntutan dalam aksi yaitu pecat Yoyok Sukawi sebagai CEO PSIS Semarang.

"Ketika pertandingan di dalam stadion selesai, kami yang berada di pintu gerbang ditembaki polisi menggunakan gas air mata dan water canon, sehingga massa aksi bubar," jelasnya. 

Namun ternyata ada suporter yang menjadi korban dengan total sebanyak enam orang. 

Belum termasuk ratusan korban lainnya yang terpapar gas air mata.

Baca juga: Rumor Alfeandra Dewangga Hengkang Paruh Musim Ini ke Persija Jakarta, Begini Kata Bos PSIS Semarang

Baca juga: Harga Bek PSIS Semarang Alfeandra Dewangga di Bursa Transfer, Persija Harus Rogoh Kocek Dalam

Ragil merinci, keenam korban terdiri dari satu orang terkena peluru karet. 

Sisanya kaki memar, pingsan sampai mulut berbusa dan lainnya.

"Itu yang terdata, korban yang tidak terdata lebih banyak," jelasnya.

Menanggapi soal isu bahwa korban terkena keramik, Ragil membantahnya. 

Menurutnya, keterangan dari korban bahwa itu memang peluru karet dan memang dari pendamping yang mengantarkan ke rumah sakit menyebut terdapat lubang di sebelah tangan bagian kiri.

"Tidak mungkin kalau itu luka dari keramik," ujarnya.

Ragil menyebut, ratusan suporter yang terkena dampak dari gas air mata tidak terdata.

Mereka cenderung menormalisasi kejadian tersebut karena terbiasa mendapat represif dari aparat.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved