Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Semarang

Kisah Inspiratif Gus Rosyid Bikin Kerajinan Gaun Hingga Laris Manis saat Tahun Baru, Pernah Ditipu

Momentum akhir tahun bisa menjadi berkat bagi sejumlah pengusaha, satu di antaranya perajin gaun.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Reza Gustav
PANTAU PRODUKSI - Pemilik produsen gaun, Abdusrrosyid melihat bahan kain sekaligus memantau proses produksi di rumahnya, Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Kamis (2/1/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Momentum akhir tahun bisa menjadi berkat bagi sejumlah pengusaha, satu di antaranya perajin gaun.

Gaun biasanya digunakan saat pesta tahun baru, maupun perayaan-perayaan lainnya.

Seorang pengusaha pembuat gaun di Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Abdurrosyid mengaku bahwa pihaknya sempat kebanjiran pesanan bahkan kewalahan dalam mengakomodir seluruh pembeli yang meningkat drastis menjelang pergantian 2024-2025.

“Ini pas menjelang akhir tahun kemarin sehari bisa berkisar 500 sampai 700 gaun, sedangkan hari-hari biasa rata-rata 300 gaun,” kata pria yang kerap disapa Gus Rosyid tersebut, Kamis (2/1/2025).

Dia menambahkan, tantangan yang harus dihadapinya yakni proses pembuatan gaun yang tidak sama dengan produksi pakaian lainnya secara massal.

Pasalnya, satu model gaunnya yang masing-masing memiliki keunikan tersebut membutuhkan pemahaman, penghapalan desain, serta pengalaman ketepatan menjahit dari para perajin dia.

Satu perajin bisa memproduksi satu gaun dari bahan yang sudah ada dengan waktu kurang lebih satu jam.

“Itu karena para perajin kami sudah memiliki keahlian tinggi, sejak awal dilatih khusus tidak hanya menjahit baju biasa saja.

Sekarang kami punya lebih dari 50 perajin dan upahnya di atas rata-rata, sesuai dengan skill yang mereka punya,” imbuh dia.

Gaun yang dibuat pun berbagai jenis, satu di antara kekhasannya yakni bruklat velvet.

Kini, lanjut dia, usahanya sudah memiliki ratusan jenis gaun lantaran setiap pemesan memiliki nama jenis gaunnya sendiri.

Perjalanan usaha dia bersama istrinya tersebut tidak bisa dibilang mulus.

Abdurrosyid mengaku, pernah mengalami kerugian hingga sekitar Rp60 juta lantaran sempat ditipu pembeli saat awal-awal merintis usahanya.

“Itu waktu awal-awal setelah saya merintis pada 2019. 

Saya sampai menjual mobil saya karena (gaun) sudah kami kirim tapi tidak dibayar,” imbuh dia.

Dengan kondisi usaha dia bernama Fass Production yang kini terbilang sudah mapan, Abdurrosyid mengungkapkan bahwa akan mengubah gaya bisnisnya.

Satu di antara contohnya yakni jika semula pihaknya menuruti model gaun dari konsumen, maka kini dia harus memperbanyak desain sehingga pembeli yang harus menyesuaikan model yang sudah disediakan.

Gaun tersebut dijual kepada konsumen di seluruh wilayah di Indonesia melalui sejumlah platform jual beli dan media sosial.

Abdurrosyid juga bersyukur bahwa para perajinnya memiliki keahlian yang terbilang tinggi.

Dia berharap, para perajin dia memiliki bekal yang matang jika nantinya keluar dari usahanya untuk merintis usaha sendiri atau pun berpindah ke produsen gaun yang lain.

Seorang perajin gaun di sana, Irianti (40), mengaku bahwa dirinya bekerja sambil belajar membuat berbagai macam gaun.

“Ini soalnya kan beda-beda terus, ya, setiap modelnya.

Pertama dipahami dulu, dipelajari caranya, kemudian baru langsung menjahit,” kata Irianti. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved