Berita Semarang
Kolektif Hysteria Semarang: Dua Dekade Berkarya dan Menyebarkan Energi Seni
Dua dekade bukan waktu yang singkat bagi Kolektif Hysteria untuk tetap bertahan dan berkembang di dunia seni dan budaya.
Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dua dekade bukan waktu yang singkat bagi Kolektif Hysteria untuk tetap bertahan dan berkembang di dunia seni dan budaya.
Berawal dari sekelompok kecil seniman di Kota Semarang, komunitas ini terus menyebarkan semangat dan energi kreatifnya ke berbagai daerah.
Salah satu langkah terbaru mereka adalah program Bandeng Keliling, yang menghadirkan pemutaran dan diskusi film dokumenter Legiun Tulang Lunak: 20 Centimeters per Year sejak Februari 2025.
Program tersebut menjadi cerminan perjalanan panjang Kolektif Hysteria, yang dalam perjalanannya mengalami pasang surut.
Pekan lalu, pemberhentian pertama Bandeng Keliling adalah Kota Magelang, berkolaborasi dengan Komunitas Stick Around Initiative dan IndonesiArt Foundation.
Acara tersebut berlangsung di Lokabudaya, Alun-Alun Selatan Magelang, dan menampilkan film yang menggambarkan perjalanan komunitas ini selama 20 tahun terakhir.
Setelah pemutaran film, diskusi interaktif pun digelar dengan menghadirkan sejumlah narasumber termasuk Yuswinardi, Founder Kolektif Hysteria hingga IndonesiArt Foundation.
Menurut Yuswinardi, atau yang akrab disapa Yus, perjalanan Hysteria dimulai pada 2004 dari sebuah eksperimen kecil yang kemudian berkembang menjadi komunitas seni yang lebih luas.
“Awalnya hanya saya sendiri, lalu bertemu teman-teman yang memiliki semangat sama. Ada masa-masa sulit, anggota yang keluar masuk, dan acara yang kadang sepi. Tapi kami tetap berpegang pada komitmen awal,” ungkapnya, Kamis (13/2/2025).
Dalam perjalanannya, Kolektif Hysteria sempat mengalami tantangan besar dalam pendanaan dan regenerasi anggota.
Mereka bertahan dengan dana mandiri hingga akhirnya mendapatkan dukungan Dana Indonesiana dalam tiga tahun terakhir.
“Kami tidak pernah menjadikan jumlah peserta atau dana besar sebagai ukuran keberhasilan. Yang terpenting adalah keberlanjutan ide dan gerakan seni,” kata Yus.
Filosofi Tulang Lunak Bandeng Juwana sendiri menjadi metafora bagi ketahanan Kolektif Hysteria.
Meski awalnya skeptis terhadap kerja sama dengan pemerintah, mereka akhirnya menyadari bahwa keberlanjutan ekosistem seni membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah.
Program Bandeng Keliling sendiri kini menjadi bagian dari Event Strategis Dana Indonesiana 2025 yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
"Dengan semangat berbagi dan berjejaring, Kolektif Hysteria terus bergerak, memastikan bahwa energi seni dan kreativitas tetap mengalir di berbagai komunitas," imbuhnya.
Sempat Lepaskan 56 Demonstran, Polda Jateng Kembali Tangkap 40 Orang Massa Aksi |
![]() |
---|
Kericuhan di Depan Polda Jateng Kembali Pecah Dini Hari Ini, Polisi Bubarkan Pakai Gas Air Mata |
![]() |
---|
Dari TK hingga SMP, Anak-Anak Semarang Diajak Cinta Membaca |
![]() |
---|
Belum Kondusif, Doa Bersama Ojol untuk Affan di Semarang Terpaksa Batal |
![]() |
---|
Menolak Pulang! Ratusan Demonstran Bertahan di Gerbang Mapolda Jateng Meski Dihujani Gas Air Mata |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.