Berita Semarang
Purwono Teliti Mikroalga Sebagai Bahan Bakar, Suplemen Makanan hingga Obat-obatan
Isu berkaitan tentang energi terbarukan atau renewable energy dari mikroalga disampaikan Purwono saat menjalani sidang promosi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Isu berkaitan tentang energi terbarukan atau renewable energy dari mikroalga disampaikan Purwono saat menjalani sidang promosi S3 studi Doktor Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Dipenogoro (Undip).
Mengusung judul disertasi "Innovation of Spiral Electrocoagulation to Optimize Microalgae Harvesting and HHO Gas Production' acara berlangsung di ruang sidang utama gedung TTB A, lantai 1 Sekolah Pascasarjana Undip, Senin (24/2).
Dijelaskannya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis, mikroalga yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar, suplemen makanan, dan juga obat-obatan, Prospeknya dinilai cukup besar untuk mengarah ke renewable energy.
"Terkait dengan tema ini memang sedang booming jadi ini merupakan sumber energi yang terbarukan jadi terkait dengan isu-isu perubahan iklim itu sekarang sedang menjadi perhatian banyak peneliti jadi, itu alasannya kenapa saya ambil terkait dengan mikroalga ini," kata Purwono, Senin (24/2).
Purwono menilai mikroalga sebagai renewable energy cukup potensial dikembangkan di Indonesia, terlebih dengan iklim tropis yang dimiliki.
Penelitian ini bisa diduplikasi di tempat lainnya yang sumber airnya cukup melimpah.
"Manfaatnya yang pertama nanti akan ada sebuah produk prototipe sebuah alat yang dipakai untuk memisahkan mikroalga istilahnya itu memanen dari larutan dari air itu nanti akan diambil menjadi sebuah product nah itu di situ harapannya nanti alat ini bisa diuji coba lebih lanjut skala pilot dan skala industri," ujarnya.
Selain bisa sebagai bahan bakar, mikroalga juga bisa bermanfaat untuk dijadikan suplemen mengatasi masalah stunting. Apalagi, menurut Purwono sekarang sedang digembar- gemborkan makanan bergizi gratis, barangkali hasil dari penelitiannya ini bisa menjadi sebuah produk suplemen pendamping untuk produk makanan.
Ia menambahkan, penelitian yang dilakukan di laboratorium bioproses C-BIORE (Center of Biomass and Renewable Energy) Universitas Diponegoro ini membutuhkan waktu satu setengah tahun untuk mencapai sebuah produk yang bisa teruji skala laboratorium. Menurutnya, tingkat kesulitan ada pada proses pengawasan.
"Kesulitannya karena ini skala laboratorium jadi memang harus menjaga secara real time 24 jam nonstop sampai beberapa minggu," ujarnya yang meraih predikat Cumlaude dengan IPK 4.00 masa study 2,5 tahun.
Pria yang saat ini bekerja sebagai Dosen di Program Studi Ilmu Lingkungan UIN Raden Mas Said Surakarta ini mengatakan pencapaian gelar doktor ini tidak lantas membuatnya berhenti.
Dia mengaku akan tetap akan melakukan tri dharma di perguruan tinggi asal dan ingin nantinya bisa melanjutkan penelitian yang telah dilakukan saat ini untuk dikembangkan di kampus.
"Melalui hasil penelitian ini harapannya, masyarakat nanti lebih familiar terhadap sumber energi terbarukan tidak hanya dari fosil, tetapi bisa berasal dari apa ya sumber yang bisa diperbarui, salah satunya adalah mikroalga," pungkasnya. (*)
Promo Merdeka KAI Diperpanjang hingga 31 Agustus, Tiket Lebih Hemat 20 Persen |
![]() |
---|
Cerita Para Puan di Gunungpati: Sulap Sampah Jadi Emas |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Minggu 24 Agustus 2025, Didominasi Awan, Suhu Capai 32 Derajat |
![]() |
---|
Kota Semarang Terima Dana Transfer Pusat Rp1,8 Triliun untuk 2025, Ini Kata Wakil Wali Kota |
![]() |
---|
DPC INSA Semarang Tanam 1.500 Bibit Mangrove di Tambakrejo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.