Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ungaran

Korupsi Pertamina Bikin Resah Warga Ungaran, Konsumen Kini Semakin Ragu Kualitas BBM Pelat Merah

Berbagai macam opini masyarakat terkait pembelian BBM di SPBU Pertamina muncul seusai Kejagung menahan tujuh tersangka kasus dugaan korupsi Pertamina.

TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV
ANTREAN DI PULAU PERTAMAX - Suasana SPBU Pertamina 44.505.06, Asmara, Jalan Ahmad Yani, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Rabu (26/2/2025). Antrean pemotor yang membeli BBM jenis Pertamax terbilang cukup panjang. 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Berbagai macam opini masyarakat terkait pembelian BBM di SPBU Pertamina muncul seusai Kejagung menahan tujuh tersangka kasus dugaan korupsi tata kelola minyak dan produk pada PT Pertamina pada Senin (24/2/2025).

Dalam pengadaan produk kilang, Dirut Pertamina Patra Niaga, RS, melakukan pembelian untuk Ron 92 (Pertamax), padahal sebenarnya hanya membeli Ron 90 (Pertalite) atau lebih rendah, dilakukan blending di storage/depo untuk menjadi Ron 92.

Beberapa opini yang beredar yakni kekecewaan konsumen yang telah membeli BBM Pertamax, namun yang didapat hanya campuran atau tidak murni.

Baca juga: Kronologi Terungkapnya Korupsi Pertamina, Kejagung Sebut Berawal Keluhan Masyarakat

Dari pantauan Tribunjateng.com di SPBU 44.505.06, Asmara, Jalan Ahmad Yani, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang pada Rabu (26/2/2025), tampak antrean pemotor untuk mengisi BBM di pulau Pertamax terbilang cukup panjang.

Dalam rentang waktu satu jam, antrean masih tetap stabil dengan jumlah lima sampai enam pemotor.

Begitu juga dengan pulau Pertalite di SPBU, antrean yang terjadi juga hampir sama.

Seorang pemotor yang bekerja di wilayah Ungaran, Erwin Khusnul M, berpendapat bahwa masyarakat sudah terlanjur apatis mengenai kejahatan yang dilakukan oleh para pejabat.

“Kemungkinan sudah apatis, sehingga berpikirnya sama-sama beli BBM, pilih yang tidak ada antrean panjang.

Saya sejak dahulu konsisten membeli jenis Pertalite dan soal korupsi itu tidak berpengaruh terhadap saya,” kata Erwin.

Dengan pemberitaan yang ada, dia mengaku, justru khawatir dengan BBM jenis Pertalite yang biasa dia beli untuk kebutuhan motornya sehari-hari.

“Kepikiran sedikit, jangan-jangan Pertalite juga kandungan Ron-nya bukan 90, tapi lebih rendah.

Konsumsi BBM juga akhir-akhir lebih cepat habis,” imbuh dia.

Sementara itu, Area Manager Communication, Relations, and Corporate Social Responsibility (CSR) Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Taufiq Kurniawan mengatakan bahwa hingga kini jumlah pembelian Pertamax oleh konsumen di Jawa Tengah tidak mengalami penurunan.

“Belum ada (penurunan),” ungkap Taufiq kepada Tribunjateng.com.

Dalam keterangan tertulisnya, Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) menegaskan tidak ada pengoplosan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax

Kualitas Pertamax dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah yakni RON 92.

“Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina merupakan produk jadi yang sesuai dengan RON masing-masing, Pertalite memiliki RON 90 dan Pertamax memiliki RON 92.

Spesifikasi yang disalurkan ke masyarakat dari awal penerimaan produk di terminal Pertamina telah sesuai dengan ketentuan pemerintah,” ujar Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari, Selasa (25/2/2025).

Heppy melanjutkan, treatment yang dilakukan di terminal utama BBM adalah proses injeksi warna (dyes) sebagai pembeda produk agar mudah dikenali masyarakat.

Selain itu juga terdapat injeksi additive yang berfungsi untuk meningkatkan performance produk Pertamax.

"Jadi bukan pengoplosan atau mengubah RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax," jelas Heppy.

Pertamina Patra Niaga melakukan prosedur  dan pengawasan yang ketat dalam melaksanakan kegiatan Quality Control (QC).

Baca juga: Pertalite Dioplos Jadi Pertamax, Tujuh Tersangka Korupsi Pertamina Rugikan Negara Rp193 Triliun

Distribusi BBM Pertamina juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). 

"Kami menaati prosedur untuk memastikan kualitas dan dalam distribusinya juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Migas,” tutur Heppy.

Heppy melanjutkan, Pertamina berkomitmen menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) untuk penyediaan produk yang dibutuhkan konsumen. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved