Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Unsoed Purwokerto

Ramadhan dan Kesalehan Sosial

Setelah sekian bulan kita sibuk dengan rutinitas, akhirnya di tahun 2025 ini kita berjumpa lagi dengan Ramadhan 1446 H

Editor: rival al manaf
istimewa
DOSEN UNSOED - Muhamad Riza Chamadi, dosen agama Islam Fakultas Biologi Unsoed 

TRIBUNJATENG.COM - Setelah sekian bulan kita sibuk dengan rutinitas, akhirnya di tahun 2025 ini kita berjumpa lagi dengan Ramadhan 1446 H. Ramadhan merupakan momentum penempaan diri seorang muslim. 

“Muslim menjalani puasa dan berbagai amalan lainnya agar menjadi pribadi yang baik, semakin baik, bahkan secara kontinu menuju insan yang paripurna. Ramadhan juga mendorong  aktivitas ekonomi dan sosial yang semakin masif di kalangan umat Islam, dan masyarakat Indonesia pada umumnya,” kata Muhamad Riza Chamadi yang merupakan dosen agama Islam Fakultas Biologi Unsoed (unsoed.ac.id)

Selama ini masyarakat Indonesia memaknai Ramadhan sebagai upaya memperbanyak pahala. Baik itu dari amalan-amalan wajib maupun amalan-amalan sunah. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi: "Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan." (HR. Bukhari-Muslim).” 

Semangat masyarakat dalam berburu pahala secara kuantitatif di bulan Ramadhan merupakan satu keniscayaan. Namun demikian, menurut Riza kita juga perlu memahami pesan moral dan sosial di dalam amalan puasa. 

“Puasa bukan hanya soal pahala, namun bagaimana kita mampu mengubah pribadi menjadi saleh secara sosial. Puasa tidak boleh menciptakan arogansi dalam beragama. Mari kita manfaatkan puasa sebagai proses penempaan diri dan kembali pada fitrah yang suci,” jelas Riza. 

Dalam hadis riwayat Bukhori berbunyi: “Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya.” Oleh karena itu, mari kita berpuasa dengan niat memperbaiki diri, bukan untuk mendapat penghormatan dari orang lain. Karena bagaimanapun balasan puasa itu sepenuhnya dari Allah Swt, bukan dari sudut pandang manusia.  (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved