Tangisan Anak Pecah Saat Temukan Sang Ibu Tewas Dililit Ular Piton, Ini Perjuangannya Tolong Ibu

TRIBUNJATENG.COM, BUTON --– Suasana duka menyelimuti sebuah keluarga di Desa Winning, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, setelah seorang ibu ditemukan tewas dalam kondisi tragis.

 Ia ditemukan dalam posisi terlilit ular piton di kebun oleh anak-anaknya sendiri pada Rabu, 9 April 2025.

Peristiwa memilukan ini bermula ketika korban tak kunjung pulang dari kebun sebagaimana biasanya.

Anak korban, S (34), mengaku mulai merasa khawatir karena ibunya tak juga kembali hingga pukul 18.00 Wita.

"Biasanya sudah pulang jam 4 atau jam 5 sore. Ini sudah jam 6 belum pulang, makanya kita susul," ucap S sambil menahan tangis saat ditemui Jumat (11/4/2025).

Adik S yang sempat pergi ke kebun bersama sang ibu sebelumnya telah lebih dulu pulang karena tidak menemukan sang ibu di lokasi.

Namun hingga malam, ibu mereka tak juga tiba di rumah. Rasa khawatir semakin memuncak, mendorong keduanya untuk kembali ke kebun dan mencari.

Yang mereka temukan jauh dari harapan.

Dalam kondisi gelap dan hanya bermodalkan senter, adik S menemukan tubuh sang ibu dalam keadaan tengkurap, dililit ular piton besar.

Reaksi adik S seketika adalah teriakan histeris, disusul aksi nekat memotong tubuh ular demi menyelamatkan sang ibu—namun segalanya sudah terlambat.

"Karena kena senter, ularnya mulai bergerak lagi.

Adik saya berteriak, lalu potong ularnya. Saya datang cepat-cepat bantu dia," tutur S, mengenang detik-detik memilukan itu.

Dalam video amatir yang beredar, tampak S berusaha memotong ular sambil menangis histeris.

Tidak hanya takut, tapi marah—karena kehilangan sosok ibu yang mereka cintai dengan cara yang begitu mengerikan.

"Bukan takut, tapi lebih ke marah. Karena yang kami lihat itu ibu kami sendiri," ujar S dengan mata berkaca-kaca.

Jenazah sang ibu kemudian dievakuasi dan dimakamkan di dekat rumah duka pada Kamis, 10 April 2025.

Sang suami, terlihat masih terpukul dan menangis saat menceritakan momen terakhir sang istri.

Peristiwa ini menjadi pengingat tragis akan bahaya yang bisa mengintai di alam bebas, dan juga tentang betapa besarnya cinta seorang anak yang rela menantang maut demi ibunya.