Berita Grobogan
GKJTU Kaliceret, Gereja Tertua di Grobogan yang Dibangun Tanpa Paku, Berdiri Kokoh Sejak Tahun 1898
Di Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo, Grobogan, berdiri sebuah bangunan megah gereja berwarna putih.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN - Di Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo, Grobogan, berdiri sebuah bangunan megah gereja berwarna putih.
Bangunan itu bukan sekadar tempat ibadah, melainkan saksi bisu perjalanan sejarah bangsa dan iman umatnya selama lebih dari satu abad.
Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) Kaliceret telah berdiri sejak tahun 1898, sebuah peninggalan dari zending Jerman dan Belanda.
Di usianya yang ke-127 tahun, gereja ini masih tegak kokoh, memeluk erat jejak sejarah dan budaya yang melekat pada setiap kayunya.
"Gereja Kristen Jawa Tengah Utara Kaliceret ini adalah peninggalan dari Jerman, juga dari Belanda. Gereja ini dibangun sekitar tahun 1898, tentu merupakan gereja yang tua dan bangunannya semua dari kayu jati," kata Agus Trisarjoko, Pendeta GKJTU Kaliceret, kepada TribunJateng.com, Jumat (18/4/2025).
Arsitektur Belanda-Jawa yang Abadi
Dari luar, gereja ini menampilkan kombinasi arsitektur Belanda dan Jawa.
Atap limasan segitiga dan menara kecil di bagian depan mempertegas identitas bangunan era kolonial.
Lebar bangunan 10 meter dan panjang 18 meter memberi ruang yang cukup untuk puluhan jemaat berkumpul dalam kebaktian setiap minggunya.
Dindingnya masih didominasi oleh kayu jati asli, yang kini dilapisi gipsum di bagian dalam demi kerapian tanpa mengubah bentuk asli.
Jendela-jendela besar berwarna cokelat turut memperindah tampilan, menyaring cahaya matahari yang masuk dengan nuansa hangat.
"Bentuk bangunan semuanya tidak ada perubahan, altar dan kursi juga masih seperti jaman dulu. Kami hanya merenovasi supaya kelihatan halus tapi tidak meninggalkan bentuk dan kayunya," ujar Agus.
"Dari luar masih kelihatan kayu, kalau di dalam sudah kita lapisi gipsum untuk menambah kerapian saja, tapi tidak mengubah bentuk apapun," imbuhnya.
Bangunan Tanpa Paku
Salah satu keunikan arsitektur GKJTU Kaliceret terletak pada teknik konstruksinya yang tidak menggunakan 'nagel' atau paku sama sekali.
Nagel merupakan pasak kayu yang berfungsi sebagai pengikat sambungan antarbagian kayu.
Menurut Agus, teknik ini membuat struktur gereja menjadi sangat khas dan langka.
"Yang unik lagi bahwa bangunan Gereja ini kateknya tidak ada pakunya, jadi kalau miring sedikit bisa lepas," kata Agus.
Meski demikian, kekuatan bangunan tidak perlu diragukan. Selama lebih dari seabad, struktur gereja tetap berdiri kokoh, membuktikan ketangguhan warisan teknik konstruksi tradisional yang diwariskan oleh para pembangun gereja.
Saksi Sejarah Penjajahan
Lebih dari sekadar tempat ibadah, GKJTU Kaliceret pernah menjadi saksi pergolakan sejarah.
Pada masa pendudukan Jepang, bangunan ini bahkan digunakan sebagai tempat penahanan tentara Belanda.
"Dulu waktu jaman Jerman, lalu Jerman kalah melawan Belanda kemudian Belanda kalah dengan Jepang, saat Jepang itulah banyak tentara-tentara Belanda yang dipenjara di sini, namun sekarang sudah tidak kelihatan lagi bekas-bekas penjaranya," kata Agus mengenang kisah masa lalu gereja ini.
Renovasi Sekali dalam Seabad
Meski telah berusia lebih dari satu abad, gereja ini baru satu kali mengalami renovasi.
Itu pun dilakukan pada tahun 2023 karena bangunan mengalami kemiringan akibat pergeseran tanah.
Namun, semangat mempertahankan warisan tetap diutamakan sehingga tak banyak melakukan perubahan.
"Gereja tua ini belum pernah mengalami renovasi total, baru kemarin tahun 2023 ada renovasi pondasi karena terjadi pergeseran karena dulu pernah miring," ungkap Agus.
Pernah juga terjadi kebakaran yang nyaris melahap bangunan tua ini.
Namun, berkat kesiapsiagaan jemaat, api berhasil dipadamkan dan tidak sampai merusak bagian utama gereja.
Harapan untuk Cagar Budaya
Sebagai bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya, GKJTU Kaliceret kini berada di persimpangan antara pelestarian dan keterbatasan.
Agus berharap pemerintah lebih memberi perhatian terhadap gereja tua ini.
"Karena ini sebagai cagar budaya, pemerintah paling tidak harus campur tangan karena kalau kita tidak dapat memelihara katanya akan diambil pemerintah. Makanya sebagai tanggungjawab, pemerintah juga harus memberikan bantuan untuk memelihara cagar budaya ini," harap Agus.
GKJTU Kaliceret bukan hanya bangunan ibadah, tapi warisan sejarah yang hidup.
Ia berdiri di antara masa lalu dan masa depan, menjaga iman, budaya, dan kisah panjang perjuangan umat yang tak lekang oleh waktu.
Perjamuan Kudus di GKJTU Kaliceret
Saat TribunJateng.com mendatangi GKJTU Kaliceret, suasana hening dan penuh perenungan ditunjukkan oleh para jemaat yang mengikuti ibadah Jumat Agung dengan penuh khidmat.
Ibadah ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan wafatnya Yesus Kristus, momen sakral yang menjadi dasar iman Kristen tentang pengorbanan Sang Juru Selamat untuk menebus dosa umat manusia.
Yang menjadi inti dari ibadah Jumat Agung kali ini adalah perjamuan kudus, sebuah simbol spiritual yang mendalam.
Prosesi sakral ini dilakukan dengan makan roti dan meminum anggur, masing-masing melambangkan tubuh dan darah Kristus.
Agus Trisarjoko, menegaskan bahwa perjamuan kudus bukan sekadar ritual, melainkan penghayatan mendalam atas penderitaan dan kasih Yesus kepada umat manusia.
“Roti sebagai simbol tubuh Kristus dan anggur sebagai simbol darah Kristus yang tercurah untuk menebus dosa manusia,” ujar Agus kepada TribunJateng.com.
Ia menambahkan bahwa dengan mengikuti perjamuan kudus, jemaat diajak untuk mengingat dan menghidupi kembali makna pengorbanan Yesus, tidak hanya sebagai sejarah, tetapi sebagai dasar untuk menjalani kehidupan penuh kasih dan pengampunan.
"Pada Jumat Agung ini kita mulai dengan ibadah disertai perjamuan kudus untuk mengingatkan kita akan kesengsaraan Tuhan Yesus yang dilakukan semata-mata untuk keselamatan manusia," kata Agus.
Paskah: Kemenangan atas Dosa dan Kegelapan
Dalam pesan penggembalaannya, Pendeta Agus juga mengajak jemaat untuk menatap Paskah sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kegelapan.
“Makna Paskah adalah bagaimana kita percaya bahwa Yesus menderita, sengsara, mati, dikuburkan, dan bangkit. Itu adalah satu kemenangan atas segala kuasa dosa dan kegelapan,” kata dia.
Yesus yang setia hingga mati di kayu salib dan kemudian bangkit menjadi teladan bagi umat agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.
"Ketika menghadapi kesengsaraan, tantangan dan kesulitan, kalau yang tidak kuat tentu akan melarikan diri, namun karena kesetiaannya Yesus menghadapi hingga akhir," ujar Agus.
"Demikian juga bagi ummat ketika menghadapi tantangan kehidupan, seperti ekonomi, persoalan keluarga, tetap dijalani dan percaya kepada Tuhan hingga akhir, memang tidak mudah tapi harus dihadapi tidak dihindari untuk mewujudkan cinta yang sebenarnya," imbuhnya.
Kembul Bujono Diundur
Biasanya, ibadah Jumat Agung di GKJTU Kaliceret ditutup dengan kembul bujono atau perjamuan kasih berupa makan bersama jemaat, sebagai ungkapan kebersamaan dalam kasih Kristus.
Namun tahun ini, kegiatan tersebut diundur ke Jumat pekan depan karena adanya penyesuaian jadwal.
“Biasa kami menyelenggarakan perjamuan kasih atau dalam istilah Jawa itu ‘kepungan’ atau kembul bujono. Tapi karena ada perubahan jadwal, kembul bujono akan kita lakukan Jumat minggu depan,” tutup Agus.(*)
Baca juga: Alasan Gilbert Agius Masih Optimis PSIS Semarang Maksimalkan Sisa Lima Laga Musim Ini
Baca juga: Prestasi Gemilang! Mahasiswa FTIK UIN Saizu Sabet Juara 1 Lomba Video Konten Literasi Banyumas 2025
Baca juga: Pesona Watak Sabtu Legi: Daya Tarik Alami yang Sulit Ditolak
| Permintaan Terakhir Angga Terkabul Dengan Cara Tragis, Bikin Pilu Keluarga di Grobogan |
|
|---|
| Pilu, Angga Siswa SMPN 1 Geyer Grobogan Korban Bullying Sempat Minta Kaos dan Sepatu Bola ke Ayahnya |
|
|---|
| BREAKING NEWS 2 Teman Sekelas Angga Resmi Jadi Tersangka Bullying di SMPN 1 Geyer Grobogan |
|
|---|
| Inilah Percakapan Terakhir Angga Bagus Perwira Siswa SMP Grobogan Sebelum Tewas Dibully Temannya |
|
|---|
| Sedih, Ejekan Teman yang Membuat Angga Siswa SMP di Grobogan Marah, 2 Kali Berkelahi dan Meninggal |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/Gereja-Kristen-Jawa-Tengah-Utara-Kaliceret.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.