Berita Kriminal
Kreak Semarang Dikirim ke Barak Militer, Wali Kota Agustin: Ide Bagus
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, membuka peluang untuk menerapkan kebijakan pengiriman
Penulis: Lyz | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, membuka peluang untuk menerapkan kebijakan pengiriman remaja pelaku tawuran dan anggota gangster ke barak militer sebagai upaya pembinaan disiplin.
Wacana tersebut terinspirasi dari gagasan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang belakangan ramai diperbincangkan publik karena dianggap efektif menekan angka kenakalan remaja.
Agustina mengakui bahwa ide tersebut cukup menarik dan layak menjadi bahan pertimbangan dalam menangani perilaku menyimpang remaja, khususnya aksi kekerasan jalanan seperti tawuran dan aktivitas gangster.
Hanya saja, kebijakan itu tidak bisa langsung ditiru.
Kebijakan itu perlu dipelajari terlebihdahulu.
"Ide Gubernur Jabar itu bagus, tapi saya baru membaca soal itu di media.
Tidak langsung bisa ditiru, harus dipelajari dulu.
Kami akan kirim pegawai Pemkot Semarang untuk belajar ke Pemprov Jabar," tutur Agustina, Senin (19/5/2025).
Selain perlu mempelajari mengenai konsep barak militer ala Gubernur Jabar, menurut Agustina, mengirim anak barak militer juga perlu pertimbangan mengingat akan berkaitan dengan penggunaan anggaran negara.
Pemkot Semarang bakal menghitung apakah anggaran bisa tercover melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Program tersebut juga berkaitan dengan penggunaan uang negara.
Misalkan uang negara nggak bisa dipakai, kami harus mengumpulkan warga Kota Semarang yang mau membantu," ujarnya.
Sementara, untuk mengatasi masalah kenakalan remaja, Pemkot Semarang sebetulnya telah memiliki rencana mengadakan event olahraga bela diri seperti tinju hingga muangthai.
Event olahraga itu untuk memberi ruang remaja yang suka tawuran di jalanan.
"Kami sudah berdiskusi dengan beberapa kepala dinas terkait anggaran perubahan untuk kita gunakan membuat eksibisi pertandingan tinju atau muangthai.
Kami ingin mengubah perilaku remaja agar tidak tergabung kreak," jelasnya.
Agustina menambahkan, dalam mengatasi problem kenakalan remaja, orang tua dan lingkungan memiliki peran yang cukup vital dalam mengawasi pergaulan anaknya.
Selain itu, peran serta jajaran kepolisian rutin melakukan patroli untuk mencegah kreak tawuran di wilayah Kota Semarang juga sangat diperlukan.
Hal berbeda malah diutarakan oleh Gubernur Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah, Komjen (Purn) Ahmad Luthfi, juga enggan mengikuti jejak Jawa Barat.
Ia menilai, penanganan siswa yang bermasalah sebaiknya dilakukan sesuai jalur hukum yang berlaku.
Luthfi tidak mempermasalahkan apabila Dedi Mulyadi memiliki pendekatan berbeda, namun ia menegaskan bahwa pendekatan militer bukan pilihan yang akan diterapkan di Jawa Tengah.
Menurutnya, anak-anak yang masih di bawah umur sebaiknya dikembalikan ke orangtua, sedangkan jika mereka telah cukup umur dan melakukan pelanggaran hukum, maka proses hukum tetap harus berjalan.
"Kalau anak di bawah umur, kita kembalikan ke orangtuanya.
Kalau anak-anak sudah di atas umur, melakukan tindak pidananya, kita sidik tuntas terkait dengan tindak pidananya," tegas Luthfi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Senada dengan Gubernur Luthfi, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa Gus Yasin, juga menolak pendekatan militer terhadap siswa.
Ia menilai, kedisiplinan memang penting, namun tidak harus diterapkan melalui pelatihan ala militer.
"Nggak lah, kita kan ada aturannya, kita bukan negara yang siap perang kok.
Kita sudah tahu kedisplinan itu wajib.
Di Jawa Tengah punya sekolah yang bekerja sama dengan militer dan mereka dilatih di sekolah," kata Gus Yasin di Semarang, Kamis (15/5/2025).
Menurutnya, pendidikan tetap menjadi fokus utama bagi siswa.
Ia menekankan pentingnya ketertiban, kedisiplinan, dan pemahaman bahwa masa muda adalah waktu untuk belajar.
Selain itu, Gus Yasin juga menyebutkan bahwa setiap daerah memiliki karakteristik dan pendekatan tersendiri terhadap masalah sosial.
"Setiap daerah punya permasalahan sendiri-sendiri yang tidak sama satu sama lain.
Jawa Tengah punya keakraban yang berbeda dengan masyarakat Jawa Timur atau pun Jawa Barat," jelasnya. (Eyf)
Wanita Muda Korban Pembunuhan di Tegal Dimakamkan di Brebes, Ibu Korban Pingsan |
![]() |
---|
Gadis yang Dihamili Ayah Kandung di Cilacap Lahirkan Bayi dalam Kondisi Selamat |
![]() |
---|
Kenalkan Namanya Sawabi Ayah Bejat dari Cilacap Hamili Anak Kandung, Terbongkar Berkat Tetangga |
![]() |
---|
"Ada Laki-laki Lain" Warga Setempat Ungkap Pemicu Pembunuhan Wanita Muda di Tegal |
![]() |
---|
Titus Bunuh Wanita Muda di Tegal yang Dikenalnya Lewat Michat karena Tak Puas Pelayanan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.