Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bencana Tanah Gerak di Sirampog Brebes

Hipotesa BRIN, Tanah Bergerak di Mandala Brebes Bukan Longsor Biasa, Serentak di 3 Bukit

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, menyebut Desa Mendala kini menjadi lokasi riset penting dalam program Ekspedisi Geologi Darat

|
Penulis: budi susanto | Editor: muslimah

TRIBUNJATENG.COM, BREBES – Bencana tanah bergerak (landslide) yang menyapu bersih kawasan Dukuh Krajan, Babakan, dan Cupang Bungur di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, tak hanya menyisakan puing dan luka. 

Peristiwa ini juga menjadi perhatian kalangan ilmiah, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang turun langsung ke lokasi untuk melakukan kajian geologi mendalam.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Adrin Tohari, menyebut Desa Mendala kini menjadi lokasi riset penting dalam program Ekspedisi Geologi Darat, sebuah inisiatif BRIN untuk mitigasi bencana geologi berbasis data lapangan.

“Wilayah ini akan kami jadikan objek riset untuk memahami bencana geologi tanah bergerak. Apakah ini terjadi berulang? Kalau iya, maka ini bisa kembali terulang kapan saja,” ujar Adrin saat ditemui Tribun Jateng di Desa Mandala, Rabu (27/5).

Baca juga: "Lebih Baik Dirobohkan Saja!" Tangis Nasrullah Lihat Rumah Rusak Imbas Tanah Gerak Sirampog Brebes

Adrin menjelaskan, hipotesis awal BRIN menunjuk pada faktor geologi sebagai pemicu utama. 

Wilayah Desa Mendala berada dalam formasi batuan vulkanik yang dikenal sebagai Formasi Rambatan, terdiri dari batu lempung (claystone), napal (marl), dan batuan serupa lainnya.

“Batu lempung ini sangat aktif terhadap perubahan kelembaban. Saat kering bisa menyerpih, saat basah berubah seperti bubur,” jelasnya.

Meski batu lempung ini tidak langsung terlihat di permukaan Desa Mendala, namun data peta geologi menunjukkan keberadaannya di lapisan bawah. 

Fenomena serupa, kata Adrin, pernah terjadi di wilayah Limbangan, Desa Sridadi, yang juga mengalami landslide pada 2024.

Adrin menegaskan bahwa fenomena tanah bergerak di Mandala bukanlah longsor biasa apalagi bukan likuifaksi seperti di Palu. Perbedaan terletak pada mekanismenya.

“Landslide di sini tidak membentuk tebing baru seperti longsor. Tanah tidak meluncur jauh, tapi bergeser di tempat. Pergerakan tanah ini lebih mirip kompresi, ada rumah yang miring, bahkan terangkat,” paparnya.

Ia juga membantah anggapan bahwa perubahan fungsi lahan menjadi penyebab utama bencana.

“Sawah di sana sudah lama ada. Kalau memang sawah penyebabnya, seharusnya bencana sudah terjadi sejak dulu. Yang kami soroti justru tata kelola air yang buruk,” tambahnya.

Air hujan yang tidak tersalurkan dengan baik, lanjut Adrin, masuk ke dalam tanah dalam jumlah besar hingga menyebabkan kejenuhan tanah dan naiknya muka air bawah tanah. Kondisi inilah yang memicu pergerakan massa tanah.

Tanah Bergerak Serentak di Tiga Bukit

Salah satu temuan menarik dari hasil pemantauan BRIN adalah bahwa pergerakan tanah di Desa Mandala tidak hanya terjadi di satu bukit, melainkan di beberapa bukit berbeda namun dengan arah pergerakan yang sama, yakni ke barat laut menuju arah sungai.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved