Berita Demak
Kondisi Geologi Pesisir Jadi Pemicu Banjir Rob di Semarang dan Demak, Ini Penjelasan Ahli ESDM
Banjir rob yang melanda wilayah pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda surut.
Penulis: faisal affan | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Banjir rob yang melanda wilayah pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda surut.
Salah satu penyebab utamanya adalah kondisi geologi tanah di wilayah tersebut yang masih berupa aluvial muda dan dominan lempung, sehingga air pasang sulit meresap ke dalam tanah.
Hal itu disampaikan oleh Agus Azis, Kepala Seksi Geologi, Mineral, dan Batubara Cabang Dinas ESDM Semarang–Demak.
Menurutnya, sifat tanah yang belum padat serta pembebanan dari aktivitas pembangunan menjadi kombinasi yang mempercepat penurunan permukaan tanah.
“Pembangunan industri, permukiman, hingga infrastruktur di pesisir menyebabkan tanah terbebani sehingga permukaan tanah terus menurun setiap tahun,” ujar Agus, Senin (2/6/2025).
Agus menambahkan, meskipun pengambilan air tanah turut menjadi faktor penyebab penurunan muka tanah, namun faktor tersebut tidak terlalu signifikan. Yang lebih dominan justru konsolidasi batuan yang belum padat.
Berdasarkan pemantauan dari patok pengamatan, penurunan permukaan tanah di Semarang dan Demak tercatat antara 1 hingga 2,8 cm per tahun.
Namun, data ini berbeda dari Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, yang menyebut penurunan tanah bisa mencapai 5 hingga 11 cm per tahun di titik tertentu.
"Selain faktor lokal, perubahan iklim global juga mempengaruhi terjadinya banjir rob.
Mencairnya es di Kutub Utara dan Selatan telah menyebabkan permukaan laut meningkat," jelas Agus.
Menurut data IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), dari tahun 1993 hingga 2024, permukaan air laut naik sekitar 10 cm merata di seluruh dunia.
Agus menjelaskan bahwa solusi jangka pendek yang bisa segera dilakukan antara lain pembangunan tanggul laut, penanaman mangrove di wilayah pesisir, dan penerapan rumah panggung.
Sayangnya, masyarakat di pesisir Semarang dan Demak masih banyak yang memilih meninggikan rumah dengan tanah urug, padahal cara tersebut cenderung mahal dan tidak berkelanjutan.
“Normalisasi sungai seperti yang direncanakan Bupati Demak bukanlah solusi jangka panjang.
Yang perlu dilakukan adalah penataan kawasan pesisir secara terpadu,” tegas Agus.
Penataan kawasan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah daerah, tetapi juga perlu melibatkan kementerian terkait, sektor swasta, dan masyarakat.
Salah satu proyek strategis nasional yang dinilai bisa membantu adalah pembangunan Tol Semarang–Demak.
“Proyek tol ini disertai pembangunan tanggul dan kolam retensi, yang dirancang untuk mencegah air laut masuk ke daratan,” tambahnya.(afn)
Pemkab Demak Wujudkan "Kecamatan Berdaya" Bebas Kekerasan |
![]() |
---|
Produksi Garam di Demak Anjlok 50 Persen, Petani Terdampak Cuaca Tak Menentu |
![]() |
---|
Kronologi Kecelakaan Beruntun Truk Tronton di Mranggen Demak |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Kecelakaan Beruntun Libatkan Tiga Kendaraan di Mranggen Demak |
![]() |
---|
127 Desa di Demak Masuk Kategori Berisiko Tinggi Rawan Bencana |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.